header marita’s palace

DEWI SINTA



Tokoh : Dewi
              Sinta
              Sepasang kekasih

(Lampu menyala, menyorot pada geber putih/ siluet nampak adegan pertengkaran suami istri – atau suara pertengkaran rumah tangga di belakang panggung, kemudian lampu redup, fokus pada Dewi. Setting: di sebuah taman kota lengkap dengan kolam ikan, rumput-rumputan, lampu-lampu taman. Dewi duduk termenung di sudut taman, sambil melemparkan makanan ikan ke arah kolam, di sudut lain Sinta nampak kebingungan mencari seseorang.)

Sinta
(mendesah) Akhirnya aku menemukanmu juga..
(dewi menoleh ke arah Sinta, tersenyum)
Dewi
Aku tak pernah bisa bersembunyi darimu. Apa ibu yang menyuruhmu mencariku?
Sinta
Semua orang panik...
Dewi
Lalu....
Sinta
Lalu?
Dewi
Iya, lantas apa yang harus aku lakukan?
Sinta
Menurutmu?
Dewi
Entahlah...Aku masih ingin di sini...
Sinta
Bersama ikan-ikan itu?
Dewi
(Tersenyum) Mungkin
Sinta
Kamu sendiri seperti ikan.
Dewi
Benarkah?
Sinta
Ya....begitu sulit dipegang, begitu susah diterka..Licin.
(dewi menatap sinta, tersenyum, dan kembali memberi makan ikan)
Sinta
Kenapa kamu pergi?
Dewi
Karena aku merasa.....aku memang harus pergi.
Sinta
Besok harinya, Dew..
Dewi
Justru karena besok harinya...
Sinta
Kamu belum siap?
Dewi
Tidak juga.....Entahlah, Sin...Aku hanya...
Sinta
Takut?
Dewi
(mendesah) Mungkin...
Sinta
Dew, kita sudah sering membicarakan hal ini sebelumnya, dan aku kira....aku kira kamu sudah bisa mengatasi ketakutan itu!
Dewi
Lihat ini.....bacalah...(menyodorkan koran)
Sinta
‘Seorang Ayah Tega Menggauli Anak Kandungnya Sendiri...’
Dewi
Laki-laki seperti serigala....kadang mereka berbulu domba, tapi tetap saja serigala, bukan?
Sinta
(mendesah) Tidak semua laki-laki...
Dewi
Sudah banyak faktanya! Kenapa kamu membela mereka.?
Sinta
Karena..
Dewi
Kita selalu jadi korban...Aku tak mau hidup seperti ibuku....juga kamu!
Sinta
Aku....? aku bahagia dengan kehidupanku!
Dewi
Sudahlah, Sin......Kamu boleh membohongi seluruh dunia ini, tapi kamu tak perlu membohongi aku! Aku tahu pasti bagaimana Rama memperlakukanmu!
Sinta
Dia laki-laki yang baik....juga setia...(lirih)
Dewi
(tersenyum mengejek) Lalu apa ini? (memegang pipi sinta yang kebiruan)
Sinta
Terjatuh di kamar mandi...
Dewi
Sampai kapan kamu akan seperti ini? Memakai topeng yang begitu tebal....tersenyum pada khalayak ramai. Di luar sana, kamu berorasi tentang penentangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga...memprovokasi banyak orang untuk melawan tirani kaum Adam....Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu justru bertahan dalam cengkraman Rama! Kamu benar-benar telah melakukan pembohongan publik besar-besaran!
Sinta
Cukup! Dia tidak seperti yang kamu kira!


Dewi
Tidak seperti yang aku kira.....? Apa kamu juga masih akan bertahan meski Rama memintamu membakar diri sebagai bukti kesetiaanmu padanya? (menatap sinis pada Sinta)
Sinta
(terdiam, meneteskan air mata) dia ayah yang baik...
Dewi
Suami yang baik pula?
Sinta
(menghela nafas) Kamu tidak akan mengerti, kecuali kamu menjalaninya sendiri...
Dewi
Gila...Jadi menurutmu aku harus mengorbankan diri...
Sinta
Bukan sepeti itu maksudku!
Dewi
Lalu?
(sinta terdiam cukup lama sebelum menjawab, lalu mendesah pelan)
Sinta
Kenapa kamu menerima pinangan Arman?
Dewi
......................Aku Mencintainya.................
Sinta
Aku pun mencintai Rama, sebagaimana ibumu mencintai ayahmu.....
Dewi
Kamu tetap mencintainya...meski ia memukulimu seperti ini?
Sinta
Iya...
Dewi
Meski ia melakukannya setiap hari?
Sinta
Iya...

Dewi
Meski ia melakukannya di depan anak-anakmu?
Sinta
Iya..
Dewi
(sedikit lirih, namun sinis) meski ia punya affair dengan rekan kerjanya?
Sinta
(menghela nafas, menjawab dengan cukup berat) Iya...
Dewi
(sedikit berteriak) Meski ia selalu pulang pagi dan mulutnya beraroma ‘minuman’? atau bajunya lengket dengan parfum perempuan? Dan akhirnya ia akan membawakan seorang ‘madu’ untukmu?
Sinta
Iya....iya...iya...iya...(teriak, menangis)



Dewi
Aku tak ingin jadi wanita bodoh sepertimu, juga ibu....
(Sinta masih menangis tersedu, Dewi membelai rambutnya, perlahan Sinta pun tenang)
Dewi
Sin, aku sangat mencintai Arman...lebih dari apapun di dunia ini....dan selamanya aku ingin mencintainya. Aku tak ingin ia menyakitiku hingga membuatku tak bisa mencintainya lagi. Aku tak mau hal itu terjadi, Sin....aku tak mau perasaanku padanya berkurang, meski hanya 0,000001 persen....aku mencintainya dan ingin selalu mencintainya...
Sinta
Ia tak akan pernah menyakitimu...Arman bukan ayahmu, bukan pula Rama...percayalah, ia laki-laki baik....dan akan selalu menjaga serta menyayangimu...dia laki-laki baik, Dew!
Dewi
Justru karena dia laki-laki baik...dia begitu perhatian, selalu santun dan sopan...tak pernah sedikit pun ia menggores hatiku...Aku tahu dia bukan ayah, juga bukan Rama....tapi tidak menutup kemungkinan....

Sinta
Dew....kamu harus yakin pada hatimu...pada saat pertama kali kamu menerima pinangannya...
Dewi
Yang aku yakini sekarang....aku ingin melihatnya tetap baik...Sempurna, tanpa cela seperti saat aku pertama kali mengenal dia hingga hari ini.... Aku tidak mau melihatnya menjadi serigala!
(keduaya terdiam, larut dalam lamunannya masing-masing)
Sinta
Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?
(Dewi terdiam, sepasang kekasih lewat di hadapan mereka, sepasang kekasih itu bertengkar. Si laki-laki menampar si perempuan, dan perempuan membalasnya...)
Dewi
Aku mau pulang....
Sinta
Syukurlah... (menghela nafas panjang)
(Dewi menatap Sinta tajam dan penuh arti)
Dewi
BERSAMAMU....seperti dulu
(Dewi berdiri dan mengulurkan tangan pada Sinta, Sinta nampak terkejut...Ponsel Sinta berdering)
Sinta
Ya....Ada apa Arman....Aku belum menemukannya...Maaf, aku tidak bisa bantu banyak....
(Ponsel ditutup...Sinta tersenyum dan menggandeng Dewi keluar dari taman)


-          dari imajinasi liar dan ketakutanku –
Semarang, 18 Juni 07



Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com