header marita’s palace

Sebuah Catatan untuk Anak-anakku




Wuih, sudah hari kesembilan, tinggal sehari saja nih #10DaysKF - nya. Nggak kerasa bisa juga menyelesaikan tantangan menulis dari Kampus Fiksi ini. Hari ini semua peserta ditantang untuk menulis surat untuk seseorang. 

Ngomongin soal surat, aku jadi ingat kalau aku punya surat yang kutulis untuk ibu namun tak pernah sanggup kuberikan pada beliau. Yang sudah baca postinganku "Ketika TV di Rumah Tak Lagi Menyala" pasti tahu kalau akhirnya surat itu kubacakan semalam sebelum beliau wafat. Aku juga pernah menulis surat untuk bapak, apalagi untuk suami... berkali-kali. Buatku, surat masih alat yang efektif untuk menyampaikan maksud hati.

Kali ini aku ingin menulis surat untuk belahan jantungku; anak-anakku.



***

Apa kabar hari ini, anak-anakku?

Saat kalian bisa membaca catatan kecil dari bunda ini pasti tubuh kalian sudah tinggi dan besar. Kalian juga pasti sudah bisa melakukan hal-hal secara mandiri. Bahkan mungkin sudah tak lagi membutuhkan pertolongan bunda. Bisa jadi saat kalian membaca ini, bunda sudah tidak lagi di sisi kalian. Soal umur, siapa yang tahu kan, nak?

Anak-anakku...
Maafkan bunda karena mereka bilang aku tak pantas dianggap seorang ibu, aku belum sepenuhnya menjadi wanita karena telah melahirkan kalian dengan cara yang tak seharusnya. Pengen gampang dan cepatnya saja. Bunda tak bisa berkata dan membela diri, nak. Kalian hanya perlu melihat bekas sayatan dan jahitan yang ada di perut bunda, dan berikanlah penilaianmu sendiri. Apapun itu, mau bunda lahirkan kalian dari mana dan cara seperti apa, kalian tetap anak-anak bunda yang selalu bunda cintai jauh sebelum bunda bisa menggendong tubuh mungil kalian.



Anak-anakku...
Maafkan bunda jika mereka bilang aku tak mengasihi kalian karena tak bisa memberikan ASI eksklusif, karena harus ada susu formula yang bunda berikan lewat botol. Mereka bilang bunda pemalas dan tak mau berusaha. Dan lagi-lagi bunda tak akan membela diri, nilai saja sendiri apakah yang bunda lakukan ini kesalahan atau bukan. Sungguh, nak... cinta bunda melebihi dari air susu yang tumpah untuk kalian. 

Anak-anakku...
Bunda memang bukan ibu yang sempurna. Bunda bukan ibu yang tidak pernah marah, bukan pula ibu yang selalu bisa memasakkan kalian makanan-makanan lezat. Tapi kalian perlu tahu, bunda ingin selalu menjadi tempat berlari dan kembali bagi kalian ketika terjatuh atau ada lubang di hati. Mungkin bunda tak bisa memberikan kata-kata indah yang menenangkan, tapi bunda punya pelukan yang akan membuat kalian tahu bahwa bunda selalu ada di setiap langkah kalian.



Anak-anakku...
Maafkan jika bunda tak bisa membuat kalian bangga karena hanya bergelar seadanya, berpakaian sederhana, tidak pernah pergi kemana-mana. Namun kalian harus tahu, bunda ingin selalu menjadi orang yang pertama kali kalian lihat ketika membuka mata, orang yang pertama kali mendengar segala kisah bahagia maupun duka, orang yang pertama melihat apa-apa saja yang sebelumnya  kalian belum bisa.

Anak-anakku...
Jadilah kalian apa saja yang kalian inginkan. Bunda bebaskan kalian menentukan pilihan. Hanya saja bunda ingin jangan pernah kau gadaikan keimanan di dadamu untuk dunia yang fana ini. Pegang teguh iman dan islam, nak. Kenalilah Rabb-mu, dan nabi-nabimu. Bukalah kitabmu dan jangan sekedar membacanya, pahami dan amalkanlah nak. Jadilah sebaik-baiknya umat untuk Rabb-mu, dan jadilah sebaik-baiknya manusia untuk sesama. 



Anak-anakku...
Bunda tak akan selamanya ada di sisi kalian, namun selama kalian bisa tumbuh bersama orang-orang yang senantiasa mengajak kalian pada kebaikan dan kebenaran, maka bunda  tak akan takut. Berkawanlah dengan sesiapa saja, berbuat baiklah pada sesiapa saja, namun pilihlah sahabat-sahabat terbaik yang akan membuat kalian kecipratan harumnya.

Anak-anakku..
Mungkin wejangan ini akan terdengar membosankan, lalu hanya masuk kuping kanan lalu keluar ke kuping kiri. Namun begitulah seorang ibu, nak. Jika kelak bunda tak bisa lagi membersamai kalian, semoga doa-doa bunda akan selalu menjaga kalian.


Mencintaimu Jauh sebelum ku lihat
Wajahmu Wajahmu

Menyayangimu Semenjak jarimu masih
Bersatu Bersatu


Tumbuh yang sesungguhnya
Sayang yang sebenarnya


Senyummu senyumku
Sedihmu sedihku ooo

Dunia Ramahlah Padanya
Belahan jantungku

(Andien)




Dari bunda yang tak pernah berhenti mencintai kalian.

***
Hiks, kenapa tetiba jadi mellow. Ciumin anak satu per satu. Sampai jumpa di lain postingan #10DaysKF, pals. Thanks for visiting and reading. 

6 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com