header marita’s palace

NHW #7; Rejeki Itu Pasti, Kemuliaan Harus Dicari

NHW #7; Rejeki Itu Pasti, Kemuliaan Harus Dicari


Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Bagaimana weekend-nya minggu ini, pals? Senang dong ya bisa berkumpul bersama keluarga tercinta. Seperti biasa di akhir minggu, aku akan berbagi tentang materi yang aku dapatkan dari kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #4. Alhamdulillah, 'kuliah'ku sekarang sudah berjalan hingga minggu ketujuh.

Setelah minggu-minggu lalu, kami diberi perkenalan materi tentang bagaimana menjadi Bunda Sayang dan Bunda Cekatan, kini saatnya kami belajar bagaimana menjadi Bunda Produktif. Dalam materi ini diajarkan untuk lebih memahami tentang konsep produktif dan lebih mengenal apa tujuan penciptaan kita di bumi ini.

Materi ini merupakan materi favoritku sepanjang mengikuti kelas matrikulasi. Di sini semangatku kembali dilecutkan bahwasanya produktif itu tidak harus melulu bekerja di ranah publik. Bahkan seorang ibu yang fokus di ranah domestik namun bisa memberikan banyak manfaat tidak hanya pada keluarganya, namun juga masyarakat di sekitarnya, bisa jadi lebih produktif.

Baca juga: NHW #6; Belajar Menjadi Manajer Keluarga yang Handal

Baik yang memilih fokus pada ranah domestik ataupun publik, setiap bunda harus menjadi sosok yang produktif. Hal itu karena produktivitas dapat menambah syukur, menegakkan taat dan berbagi manfaat.



Menjadi Bunda Produktif dengan Memahami Hakikat Rezeki

Kita seringkali menghubungkan produktivitas dengan aktivitas yang bisa menghasilkan uang atau gaji. Padahal Bunda Produktif tidak selalu dinilai dari uang, namun dari kemanfaatan yang dihasilkan.  Let's say ada orang yang bisa bergaji banyak, namun ternyata anak-anaknya tak terurus, ketemu keluarga hanya di ambang jam tidur. Namun ada ibu yang tidak memiliki pendapatan sendiri, namun ia selalu mendampingi anak-anaknya belajar, aktif dalam kegiatan sosial dan disukai oleh para tetangga karena keramahannya. Maka mana yang lebih produktif?

Bunda Produktif harus sesuai dengan value di Ibu Profesional yaitu "bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga." Bahkan meskipun ia beraktivitas pula di ranah publik, ia tetap memperhatikan semua kebutuhan anak dan keluarga. Kita harus mulai mengubah orientasi produktif kita bukan semata-mata untuk mencari gaji, namun menjadikan produktif sebagai bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusanNya. Tugas kita hanya berikhtiar dengan sungguh-sungguh, masalah hasil kita pasrahkan pada Allah Subhanahuwata'ala.



Kita juga perlu memahami bahwa hakikat antara rejeki dan gaji itu berbeda. Rezeki tidak selalu terletak pada pekerjaan kita. Allah menaruh sekehendak-Nya. Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab akibat, karena rezeki kadang perlu kita tafakuri. Rasulullah pernah bersabda bahwa "Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.

Imam Al Ghazali pernah mengucapkan bahwa "bisa jadi engkau tidak tau dimana rezekimu, namun rezekimu tau dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan turunkan, jika rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita."

Maka tidaklah patut kita takut akan kekurangan rezeki, apalagi jika sampai menghambakan diri pada manusia lain. Rejeki itu pasti, maka tidaklah perlu kita mengejar  sesuatu yang sudah pasti, apalagi jika sampai mengorbankan amanahNya dan melupakan ketaatan padaNya hanya demi angka-angka yang ada di struk gaji.



Jadi ingat petuah ibu, "selama kita masih bernyawa, itu artinya masih ada rezeki buat kita. Jadi jangan takut akan kekurangan. Allah sudah mencukupkan semuanya untuk kita." Apalagi jika kita menggali lebih dalam bahwasanya rezeki itu tidak melulu soal uang, mempunyai keluarga yang samara (sakinah, mawaddah warrohmah), anak-anak yang sholih-sholihah, sehat jasmani-rohani, mempunyai ilmu yang bermanfaat dan dikelilingi sahabat-sahabat sejati juga merupakan rezeki yang luar biasa.

Banyak diantara kita yang merasa galau ketika dihadapkan pada pilihan; perlukah bekerja di ranah publik? Termasuk aku yang kadang masih gonjang-ganjing ingin kembali berkarir di luar rumah. Namun materi kali ini menguatkan pilihanku. Sebelum memutuskan untuk bekerja di luar rumah, kita bisa mengevaluasi dulu beberapa hal. Apa kita bekerja untuk membantu suami, apa kita bekerja untuk menyalurkan hobi, apa kita bekerja untuk mengisi waktu luang, saat kita bekerja di luar rumah adakah yang menjaga anak-anak kita, bagaimana efeknya untuk tumbuh kembang anak, bagaimana caranya menjaga kebersamaan keluarga, bagaimana caranya agar anak-anak tidak merasa kehilangan ibunya, dan masih banyak lagi hal lainnya.


Jika menjadi produktif di luar rumah akan meningkatkan kemuliaan diri, anak-anak dan keluarga, maka lanjutkan. Jika tidak, maka kuatkan dulu pilar-pilar sebagai bunda sayang dan cekatan. Jika manfaat yang kita dapatkan jauh lebih banyak ketika kita berkarir di luar rumah, maka jangan ragu. Luruskanlah niat tersebut sebagai ibadah. Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rezeki keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.



Ibu yang bekerja di ranah publik, bahkan ibu rumah tangga sekalipun, seringkali merasa galau, kasihan dan merasa bersalah ketika harus meninggalkan anak, entah itu untuk bekerja, belajar (mengikuti seminar atau workshop), atau melakukan me time. Padahal sesungguhnya kita tidak perlu merasakan itu semua. Jika kita meninggalkan anak-anak untuk hal yang positif, maka jangan ragu. Anak-anak tidak harus selalu bersama ibunya kok, mereka juga memiliki dunianya sendiri. 

Cara untuk mengurangi rasa galau, rasa bersalah dan kasihan saat harus meninggalkan anak; kita harus FOKUS.  Saat kita harus bekerja, fokuslah dengan pekerjaan kita. Saat kita harus bersama anak, fokuslah bersama anak. Tidak ada sambil-sambilan. Tidak ada yang namanya 'aku sedang bersama anakku kok', tapi di tangan kita lagi pegang handphone dan asyik menelusuri sosial media. Itu namanya kita sedang berada di dekat anak, namun ruh kita tidak bersamanya. Begitu juga saat kerja, fokuslah dengan apa yang harus kita kerjakan, sehingga pekerjaan kita cepat selesai dengan hasil yang maksimal. Jangan malah kepikiran anak yang di rumah atau di daycare, rewel nggak ya... nangis nggak ya... mau makan nggak ya... Yang ada sudah nggak bisa membersamai anak, pekerjaan pun terbengkalai.

Menjadi Bunda Produktif dengan Mengenali Kekuatan Diri

Selain harus memahami hakikat rezeki dan fokus pada aktivitas yang kita kerjakan, kita juga perlu tahu bahwasanya Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR”. Kira-kira, selama ini aktivitas yang kita kerjakan sudahkah membuat kita merasa senang menjalaninya atau terpaksa karena keadaan?

Jika saat ini ada yang bekerja sebagai guru (ngaku-ngaku guru, padahal cuma bantuin ngajar di POSPAUD, hehe), apakah kita benar-benar menikmati sebagai guru? Tidak peduli dengan nominal yang tertera di struk gaji, namun karena kita mendapatkan kepuasan tersendiri ketika mampu membagi ilmu dan bermanfaat bagi orang lain. Jika sudah, maka itulah produktif yang sebenarnya. Namun ketika saat mengajar, kita ingin cepat selesai, uring-uringan ketika murid-murid berulah, menggerutu dengan gaji yang tak naik-naik. Mungkin perlu mengevaluasi, apakah menjadi guru benar-benar impian kita?

Kalau sampai saat ini kita masih kebingungan dengan aktivitas apa yang bisa membuat mata kita berbinar-binar, mungkin kita belum benar-benar memahami kelebihan dan kelemahan diri kita. Nah, NHW #7 kali ini kami diminta untuk lebih mengenal potensi diri (strength typology). Mungkin kalian juga mau mencobanya, pals.

Masuk ke web www.temubakat.com, lalu isi form yang ada; nama lengkap, tanggal lahir, pekerjaan, jenis kelamin, dll. Lalu kerjakan test tersebut hingga selesai dan mendapat hasilnya. Kita juga bisa download versi PDF nya. Setelah itu amati hasil tersebut dan konfirmasi ulang dengan apa yang kita rasakan selama ini. Sudah sesuaikah dengan apa yang kita jalani? Atau malah kita menemukan potensi yang baru dan belum pernah kita sadari selama ini?

Sebelum mengerjakan NHW #7 ini, sebenarnya aku sudah pernah mengerjakan tes di web ini. Namun waktu itu aku belum begitu memperhatikan secara detail, aku sendiri juga lupa menyimpan hasil PDF nya di mana. Buat yang pernah mendengar Talent Mapping yang diperkenalkan Abah Rama, web ini merupakan bagian dari Talent Mapping tersebut. Memang sih lebih afdolnya ikut assesment-nya biar lebih lengkap 'menguliti' diri kita. Sayangnya hingga hari ini aku belum berkesempatan untuk ikut assesment-nya. Jangankan ikutan assesment-nya, bukunya aja belum kelar aku baca, hehe.



Semoga next time bisa ikut assesment test Talent Mapping aah, biar lebih paham sama diri sendiri. Karena ternyata memahami potensi kekuatan dan kelemahan diri juga berpengaruh dalam proses pengasuhan anak lo.

Oke, back to hasil hasil ST30 (Strenght Typology) yang aku dapat setelah mengerjakan tes di web Temu Bakat. Ternyata hasilnya seperti ini;




Untuk meyakinkan diriku bahwasanya memang seperti itulah potensi diriku, atau setidaknya mendekati, aku melakukan tes hingga empat kali. Setelah melihat hasil tesnya memiliki jawaban yang hampir sama antara satu tes dengan tes lainnya, maka aku baru bisa percaya kalau seperti inilah aku;

MARITA SURYA NINGYAS, anda adalah orang yang senang mengkomunikasikan sesuatu yang sederhana menjadi menarik, banyak ideanya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran lateralnya, analitis, teliti & suka mengumpulkan informasi, analitis dan senang berkomunikasi, senang mengkomunikasi ideanya, suka mengumpulkan berbagai informasi atau teraturr, senang memotivasi dengan berbagai cara ada yang melalui sifat periangnya ada yang melalui sifat empatinya ada juga karena selalu ingin memajukan orang lain, senang menghayal tentang apa yang mungkin terjadi jauh ke masa depan. (source; www.temubakat.com)

Dan meski belum dijelaskan secara lengkap, tapi aku merasa deskripsi yang diberikan web tersebut cukup menggambarkan diriku. Berikut ini adalah keterangan dari potensi kekuatan yang aku miliki;





;
Akhirnya setelah mengenal kekuatan dan kelemahan diriku, kini saatnya untuk membuat kuadran aktivitas, yang terdiri dari; kuadran 1 (aktivitas yang aku SUKA dan aku BISA), kuadran 2 (aktivitas yang aku SUKA tetapi aku TIDAK BISA), kuadran 3 (aktivitas yang aku TIDAK SUKA tetapi aku BISA), dan Kuadran 4 (aktivitas yang aku TIDAK SUKA dan aku TIDAK BISA). Inilah kuadran aktivitas versiku;


Alhamdulillah, selesai sudah memahami materi tentang bunda produktif dan mengerjakan NHW #7. Semoga proses mengenali kekuatan dan kelemahan diri ini, bisa membuat aku menjadi seorang ibu yang tidak sekedar sukses, namun lebih dari itu; ibu yang BAHAGIA. Yaitu ibu yang mengerti apa yang ia inginkan sekaligus mensyukuri apapun yang ia kerjakan dan ia dapatkan, meski mungkin keinginannya tidak selamanya tercapai.

Thanks for reading, pals. Jangan bosan-bosan ya mampir ke sini, hehe. Sampai jumpa di postingan berikutnya.



Wassalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.


Referensi:

Materi Sesi 7 "Tahapan Menuju Bunda Produktif" Matrikulasi IIP Batch #4, 2017

10 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Menarik sekali Mbak, jadi pengen coba tesnya hehe

    -Putri-

    ReplyDelete
  2. Silakan mbak.. :) semoga jadi lebih mengenal kekuatan diri.

    ReplyDelete
  3. Makasih mak postinganmu membuatku yg lagi galau mikirin tawaran kerjaan baru jd mantab. Lagi ditawarin ngajar di tempat baru yg lebih oke tp jam kerja full day sedangkan aku berat ninggalin anak2 krn tanggung jawab utamaku mereka. Insyaallah ada rejeki lain. Like u said rejeki sudah disiapkan Allah n bisa datang dari mana saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau bermanfaat mbak. Iya mbak, terkadang sering dibuat galau ya masalah beginian, tapi kalau kembali ingat dengan tanggung jawab utama kita, bismillah... Insya Allah berkah :)

      Delete
  4. Sejak berkeluarga, aku ngga minat kerja yg di luar rumah. Biar suami aja yg jemput rizki di luar, emak2 dukung dari dalam rumah. Ngurus rumah dan anak anak sama doa yang banyak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak bener banget, di dalam rumah pun bisa tetap produktif berkarya kok ya.. :)

      Delete
  5. semoga istiqomah bun, aku juga :P

    ReplyDelete
  6. wah, sharingan yang sangat bermanfaat. terimakasih sudah berbagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mbak. Terima kasih sudah berkunjung :)

      Delete