header marita’s palace

Hey, Ini Alasan Kenapa Kita Harus Mencintai Profesi yang Kita Jalani!



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Pernah nggak sih kalian merasa minder ketika hadir ke sebuah reuni sekolah, dan melihat teman-teman kalian sudah terlihat sukses? Mereka  mengenakan baju, sepatu dan tas yang kalian tahu harganya lebih dari lima ratus ribu atau bahkan jutaan,  naik mobil keluaran terbaru, gadget yang harganya hampir sama kaya motor yang kalian naiki, dan cerita demi cerita tentang pekerjaan mereka yang mengagumkan.

Mendadak kalian berasa pengen jadi kura-kura yang bisa menyembunyikan tubuh di bawah tempurungnya. “Kok hidupku begini banget ya… CUMA jadi IBU RUMAH TANGGA, nggak punya duit sendiri, mau keluar rumah aja susahnya minta ampun, saben hari ngurusin anak-anak yang hobinya berantakin rumah…,” dan segala macam pernyataan negatif muncul satu demi satu. Apalagi kalau ingat waktu jaman kuliah kalian termasuk mahasiswa aktif, lulus cumlaude dengan predikat lulusan terbaik… mendadak pengen mbleseb ke dalam tanah dan nggak menampakkan diri.


Jujur, kalau aku sih pernah merasakan posisi tersebut.  Tapi semua pandangan negatif yang aku arahkan ke diriku sendiri segera aku hapus satu per satu, kuganti dengan affirmasi positif bahwasanya pekerjaanku keren kok, nggak ada yang salah jadi ibu rumah  tangga. Lagian hidup itu kan wang sinawang kalau kata orang Jawa. Aku mungkin lihat temanku kayanya hidupnya enak, sukses… tapi siapa yang tahu kalau ternyata buat mereka hidupku yang lebih enak, nggak harus kerja, udah dikaruniai anak yang lucu-lucu.

Kenali Potensi Dirimu, Pals

Percaya diriku semakin tumbuh ketika aku mulai menggeluti dunia tulis menulis. Ya, meskipun aku belum menerbitkan buku solo, meski blog juga masih begini-begini saja aku merasa sudah menemukan sesuatu yang gue banget.

Ketika kemudian aku mendapat kesempatan mengikuti matrikulasi Institut Ibu Profesional, aku semakin menyadari bahwa setiap ibu itu bekerja. Bedanya ada yang memilih bekerja di ranah publik, ada pula yang memilih bekerja di ranah domestik, dan ada pula yang menjalani keduanya – aktif baik di ranah publik maupun domestik. Ilmu baru ini semakin menguatkanku bahwa jadi ibu rumah tangga itu keren!

Hanya saja untuk melengkapi kekerenannya, sebagai seorang wanita, entah itu sebagai individu, istri ataupun ibu, aku perlu mengenali potensi diriku. Aku juga perlu belajar banyak hal baru sebagai bekal sebagai madrasah pertama untuk anak-anakku. Alhamdulillah aku diberi kemudahan oleh Allah untuk menemukan potensi diri, namun ternyata di luar sana banyak teman-teman yang masih bingung dan timbul pertanyaan seperti ini “sebenarnya potensiku apa sih, kok aku merasa nggak bisa ngapa-ngapain?”

Allah menurunkan kita ke dunia pasti dengan misi spesifik yang harus kita jalani, itu artinya Allah pasti membekali kemampuan yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Masalahnya ada yang bisa dengan mudah menemukannya, ada yang butuh usaha keras untuk menggalinya, malah ada yang semuanya bisa tapi karena tidak fokus kemudian malah tak membawa manfaat baik bagi diri sendiri dan orang lain.

Nah, buat yang masih bingung dengan potensi dirinya, bisa lo coba isi beberapa pertanyaan di web Temu Bakat. Nanti sedikit banyak kita akan terbantu untuk mengenal apa potensi kita, apa kelemahan dan kelebihan kita. Lebih oke lagi kalau kita bisa ikut Talent Mapping-nya Abah Rama, karena tentunya lebih komplit dan mendalam. Aku juga pengen nih bisa ikutan, semoga ada rezekinya.

Cara gampang untuk menemukan potensi diri adalah menelusuri manakah dari sekian banyak aktivitas yang kita kerjakan itu memenuhi syarat 3E. Enjoy, Excellent, Earn.



Enjoy – artinya kita menikmati sekali aktivitas itu, kalau sudah melakukannya rasanya waktu berjalan begitu cepat. Saat menjalaninya kita merasa bebas, semangat dan nggak ada beban. Sesuatu yang benar-benar gue banget dan membuat mata kita berbinar-binar. Sesuatu yang kayanya sehari saja tanpa melakukannya ada yang kurang. Sesuatu yang terus membuat kita tertantang untuk bisa lebih baik dan lebih baik lagi. So, coba ditulis kegiatan apa yang masuk kategori ini untukmu, pals?

Excellent – selain membuatmu bersemangat dan lebih hidup, hasil kegiatan ini juga diakui oleh orang lain. Misalnya, kamu suka banget bikin cupcake dan teman-temanmu bilang kalau cupcake bikinanmu enak banget, or kamu suka banget memotivasi orang lain dan banyak orang yang bilang kalau kata-katamu udah bikin semangat mereka yang tadinya down jadi up lagi. Sekarang coba dari kegiatan yang sudah kamu tulis dan kamu sangat menikmatinya, manakah yang bisa mencapai tahap excellent ini?

Earn – Tidak hanya menyenangkan untuk dijalani, dan mendapat pengakuan dari orang lain, hal yang merupakan potensimu akan menghasilkan imbal balik, selain berupa kepuasan batin tentu saja menghasilkan pundi-pundi emas. Iya sih, dapat duit.. tapi nggak seberapa… jangan membandingkan dengan pundi-pundi orang lain, pals. Allah pasti sudah menghitung takaran rezeki yang pas untuk kita. Bukan soal berapa banyak pundi emasnya, tapi soal menemukan potensi yang ternyata bisa kamu gali untuk menunjang kehidupanmu. Jadi, kerucutkan lagi daftar kegiatan yang sudah sampai di tahap excellent, pilih yang sudah bisa masuk ke tahap earn.

Setelah memilah aktivitas demi aktivitas yang kamu jalani, kamu bisa menemukan ternyata ada aktivitas yang kamu enjoy, namun tidak excellent dan earn. Ada yang kamu tidak enjoy tapi kamu excellent dan earn. Nah, potensi yang sebenarnya adalah yang bisa kamu nikmati, hasilnya sudah diakui orang lain dan bisa menunjang kehidupanmu – bahkan meski cuma buat beli jajannya anak-anak. Setiap orang bisa jadi punya hobi banyak, namun hobi yang sekaligus potensi menghasilkan mungkin saja cuma satu atau dua. Setiap orang itu unik, jadi nggak perlu iri sama potensi orang lain.

Kok aku tetap merasa nggak nemu ya aktivitas yang 3E ini? Coba ditelaah lagi pals.. jangan-jangan selama ini kamu pengen bisa menguasai semua hal. Rajut dicoba, jahit dijajal, masak pun bisa… namun belum sampai tingkat excellent, kamu sudah pindah lagi mempelajari yang lain. Alhasil kemampuanmu cuma setengah-setengah. Ketika kemampuan masih setengah-setengah, pasti orang lain pun mundur teratur dong untuk mempercayakan sesuatu ke kita.

Belajar segala hal itu sah-sah saja, tapi pastikan kamu juga punya satu hal yang kamu excellent banget di bidang itu sehingga bisa mencapai tahap earn. Kalau masih belum ketemu juga, coba perluas relasi dan komunitasmu. Siapa tahu belum muncul karena mainmu kurang jauh, ciint… hehe. Ya, semakin banyak bertemu orang dan lakukan banyak aktivitas, serta perbanyak waktu untuk melakukan aktivitas yang kamu senangi adalah kunci untuk menemukan potensi diri yang sejati.


Cintai Profesi itu Perlu

Ketika potensi diri sudah ditemukan, saatnya menggali kemampuan dan memperluas jam terbang. Ada bedanya orang yang baru belajar rajut dibandingkan dengan yang sudah merajut belasan tahun. Jangan bosan dengan prosesnya, pals. Ada kalanya kita pasti nanti menemukan titik terendah dan merasa, “bener nggak ya ini yang aku suka?” atau “kok kayanya gini-gini aja sih, nggak berkembang, yang lain sudah punya ini itu.”

Pals, tugas kita cuma ikhtiar, masalah hasil mah urusannya Allah. Lagipula ketika masalah duit mulai jadi sesuatu yang bikin kita resah, kita perlu menanyakan lagi tujuan awal menggeluti potensi kita ini apa. Apakah memang untuk cari uang atau ada misi spesifik lainnya yang nilainya nggak bisa diterjemahkan pakai uang? Saat kita tulus mencintai profesi kita, saat itulah kita akan ketemu dengan misi spesifik hidup yang Allah inginkan untuk kita jalani.



Salah satu drama Korea yang baru saja selesai aku tonton mengajarkan aku tentang hal tersebut. Judul drama itu “Live Up to Your Name, Dr. Heo”, dimainkan dengan apik oleh Kim Nam Gil dan Kim Ah Joong. Berkisah tentang perjalanan waktu Heo Im dari masa Joseon ke masa sekarang. Heo Im adalah ahli akupuntur yang terkenal di jamannya. Doi sudah banyak menyelamatkan banyak orang. Namun dia mulai goyah dengan tujuan hidupnya. Yang awalnya dia ingin menjadi ahli akupuntur untuk menyelamatkan orang-orang miskin yang nggak punya duit buat berobat, mulai bergeser untuk menggunakan keahliannya demi mencari harta dan status.

Pergeseran niat ini yang kemudian membuatnya terdampar di Seoul, Joseon masa kini. Di masa ini dia bertemu dengan Choi Yeon Kyung, seorang dokter bedah yang mumpuni. Peristiwa demi peristiwa dijalani dan kemudian Heo Im pun sadar dengan tujuan awalnya menjadi seorang ahli akupuntur. Bahwa tidak semuanya bisa diukur dengan materi, bahwa ia sangat menikmati menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa orang.

Mari kita ajukan pertanyaan yang sama ke diri kita, apa tujuan kita menggeluti profesi kita sekarang? Apakah hanya uang tujuan akhirnya?

Selain memperkuat niat dalam menjalani profesi, mencintai profesi itu juga perlu agar percaya diri kita semakin meningkat. Ketika percaya diri kita meningkat, kita akan lebih semangat melewati segala tantangan profesi yang kita jalani. Kita nggak mau stuck di titik yang sama setiap hari, kita akan merasa ilmu yang dimiliki kurang dan haus untuk belajar demi meningkatkan kemampuan. Kita juga menjadi lebih bangga atas apa yang kita jalani dan tentu saja bahagia saat melewati hari demi hari dengan melekatkan profesi itu pada diri kita.

Ibu Rumah Tangga Itu Profesi yang Keren

Khusus buat teman-teman yang memilih ranah domestik sebagai profesinya, mulai hari ini ketika ada orang yang menanyakan apa profesimu, busungkan dadamu dan katakan dengan bangga, “hey, aku ibu rumah tangga professional.” Tapi memangnya ibu rumah tangga bisa mencapai tahap 3E? Bisalah..



Enjoy menjadi ibu rumah tangga, menjalankan setiap detil aktivitas di rumah dengan penuh semangat. Buang-buah jauh tuh keluhan “saatnya mbabu, atau it’s inem time..”, karena sadar semua yang kita lakukan hanya untuk mencapai ridho-Nya. Ketika kita menikmati semua detik sebagai ibu rumah tangga, kita ingin semua yang dilakukan sampai pada tahap excellent. Termasuk mencari cara bagaimana mengatasi pakaian yang menumpuk agar tetap rapi tanpa harus disetrika, bagaimana menata rumah dengan cepat dalam waktu terbatas, akhirnya belajar ilmunya.

Biar yang tadinya hanya kasir di rumah, sekarang meningkat jadi manajer keuangan. Biar yang tadinya hanya guru les di rumah untuk anak-anak, meningkat jadi manajer pendidikan. Yang tadinya kita hanya tukang masak, meningkat jadi ahli gizi keluarga. Memang bedanya apa? Kasir cuma tahu menghitung uang masuk dan keluar, manajer keuangan tahu cara mengelola pendapatan dan meminimalisir pengeluaran yang tidak perlu. Guru les tahunya cuma sebatas text book, yang di depan mata itu yang diajarkan. Manajer pendidikan bisa menyusun kurikulum untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Tukang masak cuma ngerti masak, nggak urusan sama kadar protein, lemak dan sebagainya. Ahli gizi mengatur menu sebaik mungkin agar nutrisi untuk keluarga berimbang.

Setelah sudah excellent sebagai ibu rumah tangga, pastinya sudah semakin jago mengelola waktu. Mengerjakan aktivitas domestic tidak lagi perlu seharian, punya kandang waktu misal dari jam 4 sampai 7 pagi untuk urusan domestic, dan waktu lainnya untuk pendidikan anak dan diri sendiri, termasuk mengerjakan hobi dan menambah wawasan. Sesuatu yang dilakukan dengan excellent, pasti hasilnya juga berbeda dengan yang dikerjakan secara ala kadarnya. Hasilnya anak-anak yang diasuh oleh para ibu professional insya Allah akan lebih mandiri, lebih disiplin, lebih bahagia. Bukan dalam  hitungan materi mungkin yang didapat, namun anak-anak sholih dan sholihah juga merupakan rezeki yang luar biasa to?

Kalau mau belajar, panjang bo yang harus disiapkan dan dipelajari untuk jadi ibu rumah tangga professional. So, jika sekarang kita belum ada waktu untuk bisa bermanfaat di ranah publik, fokuslah bermanfaat di rumah kita masing-masing. Bersungguh-sungguhlah di dalam, dan nanti akan mudah bagi kita bersungguh-sungguh di luar. Pals, jadi ibu rumah tangga itu keren, pasti melelahkan, pekerjaan yang lain pun juga sama melelahkan. Tapi niatkanlah untuk mencapai ridho Allah agar lebih mudah menjalaninya dengan sepenuh hati. Jadi masih minder CUMA jadi IBU RUMAH TANGGA?



Oke, pals.. profesi apapun yang kita jalani sekarang,  entah itu di ranah domestik, publik atau keduanya, kuncinya cuma berbahagialah dengan pilihan itu, cintai dan nikmati prosesnya, dan temukan keajaiban demi keajaiban yang Allah akan berikan lewat keikhlasan kita dalam menjalani proses tersebut. Thank you for reading dan sampai jumpa di postingan berikutnya.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.



Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah


#ODOPOKT4
#OneDayOneStatus
#Day12
#BelajarMenulis
#IIPKaltimra

6 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Iya betuuulll...kadang waktu sekolah jadi primadona, sekarang bukan siapa-siapa. Itu problem salah satu kawan yang sampe malu kalau ketemu temen lain. Harus baca tulisan ini nih... Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuk lah temannya suruh baca, hehe. Makasih ya mbak sudah mampir :)

      Delete
  2. Padahal jadi ibu rumah tangga itu hebat lho.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak memang hebat, tapi masih banyak yang belum bangga dengan predikat tersebut.

      Delete
  3. Jazakillah khoir... mengingatkan untuk mencintai profesi, sebab mencintai profesi adalah mencintai takdir yang Tuhan berikan. alhamdulillah saya bersyukur. semoga kita senantiasa menebar kebaikan di setiap profesi yang kita jalani.. aamiin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wa jazakillah khoir mbak. Betul banget mbak, mencintai profesi merupakan bagian dari mencintai takdir. Sukses selalu ya mbak.

      Delete