header marita’s palace

Affan Anak yang Mandiri



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Finally, mulai minggu lalu sudah masuk ke materi kedua dari kelas Bunda Sayang Batch #3 Institut Ibu Profesional. Materinya cukup menjadi PR besar buat aku, hingga sampai hari ke lima dari Tantangan 10 hari aku masih bingung menentukan siapa yang akan menjadi partnerku. Berbeda dari materi pertama yang boleh berganti-ganti partner, di materi kedua ini aku harus memilih salah satu anggota keluargaku sebagai partner.

Kemarin sempat aku utarakan ke Ifa untuk menjadi partnerku dalam menyelesaikan misi tantangan 10 hari ini, namun setelah mendengar apa yang harus dia lakukan tanpa babibu dia langsung menolak, wkwkkw. Bahkan meski sudah diberikan reward pun, dia enggan melakukannya. Emang apaan sih PR di materi kedua ini?

MELATIH KEMANDIRIAN

Sebenarnya nggak harus anak sih, obyeknya boleh suami atau pun diri sendiri. Namun sejauh ini meski ada sedikit manja-manjanya, rasa-rasanya aku dan suami sudah termasuk tipe orang yang mandiri kok, terbukti sudah bisa mandi sendiri, eits.. hehe. Lagipula di brief tantangan 10 hari yang diberikan, untuk yang sudah memiliki anak, dianjurkan untuk mengerjakan misi ini bersama anak-anaknya, tentu saja jika anaknya lebih dari satu, harus memilih satu untuk menentukan fokus.

Alhamdulillah, meski masih membutuhkan banyak motivasi dan stimulasi, Ifa so far so good sih. Di usianya yang menginjak angka enam, dia sudah bisa makan, mandi dan buang air sendiri, ganti baju sendiri, meletakkan baju ke tempat kotor, mengembalikan baju atau kerudung ke tempat semula, merapikan buku dan mainan, cuci piring makannya sendiri, dan membuat susu sendiri.

Ifa waktu umur tiga tahunan

Justru PR nya di aku dan ayahnya yang kadang masih pengen cepet dan pengen instan,  sehingga lupa untuk membiasakan latihan kemandirian kepadanya. Terutama kalau ada ayahnya, manjanya super banget. Anyway, kalau aku protes masalah ini, si ayah pun menertawakan aku. “Mau tahu kenapa Ifa manja? Lihat dong, kamu kalau ke aku kek gimana?” Dan ya… aku memang seringkali memperlihatkan kemanjaan ke sang ayah, jadi wajarlah kalau Ifa ikut-ikutan, likeMalas makan yah, suapin….” Jadi bukan salah Ifa kalau ikutan minta disuapin juga makannya, wkwkw. Noted, PR buat diri sendiri, kalau pengen suap-suapan nunggu anak-anak tidur. Keburu laper kali.. hehe.

Tantangan terbesar untuk Ifa memang masih soal memisahkan tempat tidur. Setahun lalu sudah sempat berjalan apik, meski masih harus ditemani sampai dia terlelap. Namun ketika adiknya lahir, Ifa sepertinya mengalami kecemburuan dan meminta tidur bersamaku lagi, malah jadinya aku dan suami yang pisah ranjang, wkwkw. Berhubung takut cemburunya Ifa menjadi, maka aku putuskan untuk menyiapkan emosi Ifa dulu baru memisahkan kembali tempat tidur kami. Setelah beberapa kali negosiasi, Ifa sudah mau memulai latihan bobok sendiri saat usianya tepat 6 tahun, it means 24 hari lagi, hehe. Oke deh, let’s see… Bisakah Ifa konsisten dengan janjinya dan bisakah orangtuanya tega(s) memulai latihan bobok sendiri buat dia?

Latihan Kemandirian untuk Affan

Karena Ifa menolak jadi obyek penelitianku, eh maksudnya jadi partner untuk misi tantangan 10 hariku. Maka aku putuskan menjadikan Affan jadi partner pengamatanku selama 10 hari ke depan. Aku pikir ini keputusan yang cukup baik karena berbeda saat mengasuh Ifa, stimulasiku ke Affan agak selow, santai kaya di pantai. Waktu Ifa dulu kurasain, aku rajin bacain buku ke Ifa, rajin ngajak ngomong, dan rajin ini itu lainnya.

Entah karena stimulasi yang agak kendor, atau memang tipe bocahnya yang berbeda, ada beberapa fase tumbuh kembang Affan yang agak lama munculnya. Meski ada juga beberapa fase yang lebih cepat juga dibandingkan Ifa. Seperti soal merangkak dan rambatan, Affan jauh lebih jago. Tapi urusan ngoceh, Ifa lebih cas cis cus. Aku masih ingat waktu usia 10 bulan Ifa udah punya banyak kata yang bermakna. Sementara Affan baru mulai punya kata bermakna di usianya ke sebelas bulan, itu pun baru Yayah dan Mamam/ maem, yang kadang muncul kadang hilang, hehe. Usia 12 bulan seingatku Ifa sudah berani berdiri sendiri dalam waktu lama, dan kemudian mulai berjalan di usia 13 bulan. Sedangkan sekarang Affan yang sudah berumur 12 bulan lebih 8 hari masih belum berani tanpa pegangan. Sempat beberapa kali bisa dilepas, namun nggak lebih dari tiga detik.



Berkat tantangan 10 hari ini, aku jadi terpacu untuk lebih concern mengamati Affan. Dari hasil ngulik buku Rumah Main Anak Part 1, aku mendapat beberapa parameter perkembangan anak usia 12 -18 bulan berikut ini;

No
Perkembangan
Aspek Perkembangan
1.
Berjalan sendiri.
Motorik kasar
2.
Menendang dan melempar bola ke arah depan.
Motorik kasar
3.
Merangkak saat menaiki anak tangga.
Motorik kasar
4.
Membuat coretan tidak beraturan dengan alat tulis (pensil, crayon, spidol, dll).
Motorik halus
5.
Memegang gelas dengan kedua tangannya.
Motorik halus
6.
Menumpahkan benda dari sebuah wadah dan memasukkannya kembali.
Motorik halus.
7.
Menunjukkan reaksi tidak suka/ marah saat mainannya diambil.
Sosial – emosional.
8.
Bermain dengan teman namun sibuk dengan mainannya sendiri.
Sosial – emosional.
9.
Menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap orang yang dikenal dan tidak dikenal.
Sosial - emosional
10.
Menunjukkan dan menanyakan beberapa benda di rumah.
Kognitif.
11.
Suka mengeksplorasi lingkungannya (membuka laci, mengeluarkan benda dari lemari, dll).
Kognitif
12.
Menunjuk anggota tubuh yang ditanyakan.
Kognitif
13.
Merespon pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak.
Bahasa.
14.
Mengucapkan dua kalimat yang terdiri dari dua kata (misal: mau minum, papa pergi).
Bahasa
15.
Menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenalnya.
Bahasa
 (Sumber: Rumah Main Anak, halaman 92 – 93)

Dari 15 parameter tersebut, aku baru menemukan lima poin di diri Affan yaitu no 5, 7, 8, 9 dan 11. Wah, masih banyak nih ya PR ku untuk enam bulan ke depan. Berhubung dalam tantangan 10 hari ini kami diminta untuk fokus pada One Week One Skill, maka pada minggu pertama aku akan konsen ke parameter pertama yaitu “berjalan sendiri”.


Melatih Affan Berjalan

Sebenarnya sudah sejak usia tujuh bulan Affan mulai bisa berdiri dengan berpegangan. Seiring kemampuannya berdiri, dia pun belajar berjalan rambatan. Sudah bisa sampai mana-mana nih bujang kecil jalannya kalau ada pegangannya. Begitu kehilangan pegangan, dia akan milih berhenti lalu melanjutkan perjalanannya dengan merangkak super cepat, wkwk.

Nah, PR ku saat ini tentu saja membuatnya yakin dan berani untuk berdiri sendiri tanpa berpegangan, terus melangkah ke depan deh. Dari beberapa literatur yang aku baca, berikut ini hal-hal yang bisa aku lakukan untuk menstimulasi keberanian Affan untuk berjalan tanpa pegangan;

Satu, bebaskan anak



Maksudnya yaitu bebaskan ruang gerak anak. Jangan terlalu banyak dilarang, jangan terlalu banyak digendong dan jangan terlalu banyak diletakkan di stroller. Untuk yang satu ini aku jauh lebih membebaskan Affan dibanding Ifa. Affan benar-benar bebas bereksplorasi sampai bisa naik ke sepedanya si kakak. Jarang sekali aku menggendong Affan kecuali sedang pergi ke luar rumah, selebihnya dia lebih sering melantai alias eksplorasi apa saja yang ada di rumah.

Dua, berdirikan anak

Nah, ini nih yang sepertinya kurang aku stimulasi. Melihat Affan sudah senang berdiri dengan pegangan dan jago rambatan ke sana ke mari, aku nggak terlalu fokus untuk melatihnya berdiri tanpa pegangan. Gara-gara tantangan 10 hari, aku jadi mulai fokus melatihnya. Tidak ditarget sih, tapi saat sedang menemaninya bermain dan ada kesempatan aku akan memberdirikan Affan lalu kulepas pelan-pelan tanganku. Sejauh ini Affan baru bisa berdiri tanpa pegangan selama tiga detik. Pernah dia nggak sadar kalau pegangannya aku lepas, dia bisa berdiri sampai lima detik, tapi setelah sadar aku melepas pegangannya, perlahan dia jongkok lalu duduk deh, hehe.

Tiga, push walker



Sejak jaman Ifa pun aku nggak pernah menganggarkan beli baby walker. Alasannya karena menghemat duit dan rumah kami terlalu sempit, wkwk. Selain itu para ahli menyarankan untuk menggunakan push walker daripada baby walker. Aku sendiri menggunakan push walker dengan barang-barang yang ada di rumah, seperti kursi dan stroller. Kalau berjalan sambil dorong kursi dan stroller sih Affan sudah canggih. Tinggal terus distimulasi aja nih.

Empat, menitah anak

Dulu waktu Ifa seusia Affan, aku rajin banget nitah Ifa. Nah, sekarang aku nyadar jarang banget nitah Affan. Gara-gara jarang nitah, Affan pun kalau aku titah suka nggak sabar, dan milih turun untuk merangkak. PR nih untuk lebih sering menitah Affan agar kakinya semakin kuat dan menstimulasi keberaniannya untuk berjalan sendiri.

Lima, jangan dipaksa


Yoyoy… meski nggak sabar pengen lihat Affan bisa jalan sendiri. Aku selalu mengingatkan diriku untuk tidak memaksanya, jika aku melihat Affan lagi nggak mau dititah atau kuajak berdiri, aku akan membebaskannya melakukan apa yang dia mau. Stimulasi kan hanya ikhtiar, hasil akhir tergantung si anak, aku percaya kok setiap anak punya perfect moment-nya sendiri-sendiri.

Doakan aku ya semoga istiqomah membersamai Affan meraih kemandiriannya. Btw, teman-teman punya tips lain nggak untuk menstimulasi anak berani berjalan sendiri? Ditunggu sharingnya di kolom komentar ya, pals. Thank youuuu.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


#Harikesatu
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com