header marita’s palace

Kostum Kupu-kupu Ifa



Brak.

Ifa membanting tasnya ke lantai sepulang sekolah. Mulutnya terkunci rapat. Kostum kupu-kupu yang sejak dua hari lalu sudah disiapkan bersama ayah bunda untuk pentas muhadhoroh hari ini dilemparnya. "Aku nggak suka. Kostumnya jelek."


Bunda mengernyitkan kerning. Bunda bertanya-tanya ada apa dengan Ifa? Namun Bunda berusaha meredam keingintahuannya. Menunggu Ifa siap bicara. 

Saat makan malam tiba, Ifa akhirnya mau keluar dari kamarnya. Wajahnya masih muram. Tanda kalau hatinya masih dalam kondisi tak bersahabat.

Melihat Ifa yang terus menekuk wajahnya, Ayah mencoba mencairkan suasana. "Kupu-kupu cantik ayah, bagaimana pentasnya hari ini? Kok ayah belum mendengar ceritanya ya? Biasanya Ifa banyak cerita setelah pentas."

Bukannya mulai bercerita, Ifa malah menitikkan air mata. "Loh, kok menangis sayang? Ada apa? Cerita yuk sama ayah bunda."

Sambil terisak, Ifa mulai bercerita. "Tadi kostum kupu-kupuku berbeda sendiri. Semua teman kostumnya tidak seperti itu. Aku malu."

Bunda dan ayah saling berpandangan, mulai mereka-reka apa yang terjadi. Bunda kemudian bertanya, "Mbak Ifa nggak suka kostum kupu-kupu yang kita buat bersama-sama? Bunda minta maaf ya, harusnya bunda cari informasi dulu sebelum membuat kostumnya."

Isak tangis Ifa mulai reda. "Aku suka sih sama kostum yang kita buat, tapi aku sedih karena kostumku beda sendiri." 



Di tengah obrolan mereka, bunda mendapat kiriman foto-foto acara pentas puncak tema tadi pagi. Ah, bunda jadi tahu mengapa Ifa bersikap seperti ini. Ternyata semua temannya mengenakan kostum yang dibeli jadi di toko. Mereka mengenakan satu set sayap lengkap dengan tongkat dan bandonya. Sedangkan kostum Ifa dibuat dari kardus bekas yang telah dilapisi kertas marmer warna pink keunguan dan dihias dengan polkadot dari kain flanel warna-warni. 

Bunda pikir ketika bu guru meminta para orangtua menyiapkan kostum sendiri, mereka harus membuat dan tidak membeli kostum yang telah jadi. Dua hari yang lalu pun saat bunda dan ayah mengajak  Ifa menyiapkan kostumnya, Ifa pun bersorak gembira. Apalagi setelah melihat hasil jadinya, Ifa nggak sabar menunggu hari pentasnya tiba dan menunjukkan kostum buatannya kepada bu guru beserta teman-temannya. 

Siapa yang mengira ternyata kejadiannya seperti ini. Bunda jadi ikut bersedih, "Maaf ya mbak Ifa. Bunda nggak tahu kalau teman-teman mbak Ifa kostumnya beli jadi. Kemarin kan handphone bunda sedang diservis, jadi bunda nggak tahu info apapun."

Ayah pun mengangguk-angguk. Tanda  bahwa beliau  mulai memahami masalah yang terjadi. Ayah pun meminta bunda menunjukkan foto yang dikirimkan ibu guru, "Lihat mana bun fotonya?"

Setelah melihat foto tersebut, senyuman pun mengembang di bibir ayah. "Kostum mbak Ifa unik ya? Beda dari yang lain. Keren lo."

Raut wajah Ifa mulai berubah. "Unik itu apa yah?"

Ayah mengelus rambut Ifa. "Unik itu spesial. Tidak ada yang menyamai dan itu keren."

Ifa mendengarkan ayah dengan seksama. "Mbak Ifa tahu nggak kalau Allah menciptakan semua makhluknya itu unik. Setiap makhluk yang diciptakanNya semua berbeda, bahkan yang kembar sekali pun."

Ifa lalu menyahut, "Ah iya. Temanku ada yang kembar di sekolah. Sekilas nampak mirip sih, tapi mereka tetap saja berbeda."

Ayah meneruskan penjelasannya, "Nah iya kan? Lalu kenapa mbak Ifa harus malu jadi kupu-kupu yang unik dan berbeda? Justru dengan menjadi unik, mbak Ifa akan lebih dikenali. Mbak Ifa harus percaya diri, berbeda dari yang lain bukan berarti mbak Ifa itu lebih jelek dari yang lain. Justru kalau mbak Ifa percaya diri, mbak Ifa bisa jadi pusat perhatian. Pasti ada yang penasaran kenapa kostum mbak Ifa paling berbeda." 

Ifa mengangguk. "Iya sih, tadi ada temenku yang bilang kok kostumku lucu sih. Lalu aku cerita kalau kostumnya buat sendiri, bareng-bareng sama ayah dan bunda."

Ayah menanggapi cerita Ifa dengan antusias, "Oh ya? Lalu teman mbak Ifa bilang apa?"

"Kata temanku begini, ih seneng ya. Pasti seru bikin kostum bareng-bareng ayah bunda. Kata dia ayahnya sibuk, pulangnya malam. Mana sempat membuat kostum untuknya. Bundanya juga sibuk ngurusin adiknya yang masih bayi."

Ayah lalu tertawa dan memeluk Ifa. "Jadi mbak Ifa masih kesel nih sama kostumnya?"

Ifa menggeleng. Raut mukanya pun sudah kembali ceria. "Makasih ya bunda dan ayah sudah mau membuatkan kostum keren buat aku. Nanti kalau puncak tema lagi, aku mau kita buat kostumnya bareng-bareng lagi ya. Aku nggak akan sedih kalau kostumku berbeda. Kan beda itu unik, spesial dan keren. Iya kan, yah?"

Ayah dan bunda pun mengangguk  dan menghela nafas bersama. "Alhamdulillah, anak ayah bunda memang pintar. Bunda dan ayah juga berterima kasih karena mbak Ifa sangat pengertian dan berani berbeda dengan yang lain."



Malam itu berakhir dengan canda tawa yang membahagiakan. Hari itu Ifa belajar bahwa menjadi berbeda itu keren. 

***

Esoknya sepulang sekolah, tanpa melepas sepatu Ifa langsung masuk ke rumah dan memeluk Bunda dengan erat.  "Bunda.... Assalamualaikum.. aku terpilih jadi kostum terbaik lo.  Terima kasih ya sudah membuatkan kostum spesial untukku. I love you."

***



#faksi
#cerpenanak
#kelasmenulisceritaanak
#kelasMCA

5 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Kedekatan antara bunda dan anak yang mengilhami pembaca untuk terus berbuat kebaikan antara anak dan bunda.

    ReplyDelete
  2. Huaaaa pengen peluk mbak Ifa. Ikut terharu saat mbak Ifa sedih dan ikut bahagia saat dpt kostum terbaik. Ceritanya bagus.

    ReplyDelete
  3. Anak2 suka gitu ya jd baper kalo beda sendiri. Nadia pun masih suka gitu sampe sekarang tp aku selalu bilang beda iti bukan berarti jelek tapi malah unik kan.
    Semangat kakak ifa kostumnya keren lho :*

    ReplyDelete
  4. cerpennya keren, ifa lucu ya :)

    ReplyDelete
  5. Barokallahu mb ifa. barokallahu ayah dan bundanya yang hebat dan luar biasa!

    ReplyDelete