header marita’s palace

Apa Itu FOPO (Fear of Other People's Opinion): Mengenal, Mencegah, dan Mengatasi

FOPO (Fear of Other People's Opinion)
FOPO, atau Fear of Other People's Opinion, adalah fenomena psikologis yang melibatkan rasa takut atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap pendapat orang lain terhadap diri kita. Semakin berkembangnya era digital dan media sosial, FOPO menjadi tantangan emosional yang semakin umum terjadi.

Sejujurnya aku baru tahu ada istilah ini gegara ikut kegiatan TRIDOP dari ISB (Indonesian Social Blogpreneur). Selama ini tahunya FOMO (Fear of Missing Out), eh ternyata sekarang nambah lagi istilah lain, si FOPO ini.

Sederhananya sih, FOPO itu sebuah kondisi di mana kita jadi terbatas melakukan sesuatu. Pernah nggak sih ngalamin, pengen post tulisan atau konten di blog or media sosial, tapi terus kita urungkan niat.

Udah tulis, hapus… tulis, hapus… karena terbersit dalam pikiran kita, “Hmm, ntar orang-orang responnya gimana ya?” atau, “Duh, jangan-jangan nanti ada yang berpikiran A, B sampai Z.” Alhasil kita urungkan niat untuk posting status atau konten karena takut akan opini orang lain.

Ya sebenarnya nggak apa juga sih ya pikiran kaya gitu sebelum melakukan sesuatu. Bisa dibilang ini kan semacam ‘pagar’ biar yang kita lakukan tetap on the track.

Namun kalau kemudian ini menjadi berlebihan, bikin kita jadi takut berkarya, berkreativitas, dan ujung-ujungnya jadi people pleaser doang, sementara kitanya tersiksa, nggak happy, bahkan sampai kehilangan diri sendiri, nah… itu yang bahaya!

Jujurly aku pernah sih mengalami titik ini di saat ada satu postingan lamaku yang tiba-tiba viral. Ujug-ujug ada yang ngepost salah satu kontenku di media sosial, tanpa ada konfirmasi ke aku dan sebagainya.

Namanya konten di-up sama orang lain, kan biasanya sepotong-sepotong yaaa... dan ya memang sebenarnya pro kontra tentang sebuah hal itu wajar aja sih. Cuma karena ujug-ujug, nggak ada persiapan dan konten yang mendadak viral itu konten lama, aku kaget…

Tiba-tiba ada yang DM, minta tulisanku di-take down, merasa tulisan itu menyudutkan, nggak ada basic fakta dan sebagainya. Padahal aku tulis postingan itu berdasarkan resume dari sebuah kajian.

Short story, sejak hari itu, aku tuh kalau mau nulis sesuatu yang agak ‘berat’, suka mikir berkali-kali. Jadi takut begini dan begitu. Takut respon orang nggak sesuai dengan apa yang aku mau. Padahal kan ya nggak apa juga… perbedaan pendapat toh wajar, pro kontra itu hal yang biasa.

Lama-lama aku menyadari kalau pikiran-pikiran itu menyiksaku, membuatku kaya berada dalam kotak. Kaya terperangkap dalam cangkang. Nggak bisa dong kaya gitu terus? Jelas mematikan kreativitas, keberdayaan dan produktivitasku. Aku mulai menggali dari dalam diriku dan menemukan cara-cara untuk keluar dalam kondisi FOPO tersebut.

Gimana prosesnya? Nah, insya Allah melalui Artikel ini, aku akan ngobrolin apa itu FOPO, penyebab serta dampaknya, dan memberikan beberapa cara yang aku simpulkan dari beberapa ahli untuk mengatasinya. Cekidooot, pals!

Apa Itu FOPO?

FOPO adalah singkatan dari "Fear of People's Opinion," yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Ketakutan terhadap Pendapat Orang Lain." Ini adalah ketakutan atau kecemasan yang melibatkan rasa khawatir yang berlebihan terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita. FOPO bisa banget jadi penghalang terhadap pertumbuhan pribadi, karier, dan hubungan sosial.

Bahkan dari sebuah podcast yang bahas keuangan bersama Ligwina Hananto, seorang Financial Planner, FOPO bisa merusak keuangan kita. Kok bisa?

Yup, kalau kita sering dengerin pendapat orang lain tanpa memfilternya… kita bisa tuh beli sesuatu hanya karena omongan orang, bukan karena kita bener-bener butuh. La iya kalau budget kita mencukupi untuk membeli barang yang diomongin orang itu, kalau nggak? Kan bubrah yaaa…

Penyebab FOPO

Sekarang yuk kita gali, sebenarnya apa sih yang bikin Fear of Other People’s Opinion ini muncul dalam diri kita?

1. Perbandingan Sosial

Era media sosial telah menciptakan lingkungan di mana orang dapat dengan mudah membandingkan hidup mereka dengan kehidupan orang lain. Perbandingan sosial ini dapat memicu FOPO karena seseorang merasa tidak sebanding atau tidak layak dibandingkan dengan orang lain.

2. Rendahnya Kesehatan Mental

Gangguan kecemasan sosial atau rendahnya tingkat kepercayaan diri dapat menjadi penyebab FOPO. Seseorang yang mengalami kondisi-kondisi ini cenderung lebih peka terhadap pandangan dan pendapat orang lain.

Artinya kalau kita mengalami ini, sebenarnya kita ini sedang feel insecure sama diri kita. Kenapa bisa insecure? Karena bisa jadi kita nggak merasa content, nggak merasa full, dan lack of self-love.

3. Pengalaman Traumatik

Pengalaman traumatis, seperti penghinaan atau penolakan berulang, dapat menciptakan ketakutan akan pendapat orang lain. Seseorang mungkin menjadi sangat sadar diri dan khawatir akan pengulangan pengalaman negatif tersebut.

4. Peran Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial, termasuk keluarga, teman, atau lingkungan kerja, dapat memainkan peran dalam perkembangan FOPO. Tekanan atau ekspektasi yang tinggi dari lingkungan dapat meningkatkan kecemasan terhadap pendapat orang lain.

Nah, dari keempat poin di atas, mana yang kira-kira paling menjadi penyebab FOPO dalam dirimu, pals?

dont limit yourself with FOPO

Dampak FOPO bagi Kehidupan

Sesuatu yang berlebihan pastinya akan memberikan pengaruh dalam setiap lini kehidupan kita kan? Kalau sohib kongkow sudah nggak bisa lagi controlling FOPO dalam diri, bisa jadi hal-hal ini yang akan muncul:

1. Kecemasan dan Stres Berlebihan

FOPO dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi karena terus-menerus memikirkan apa yang orang lain pikirkan atau katakan tentang diri kita. Kecemasan yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, seperti gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dan gangguan pencernaan.

2. Perasaan Rendah Diri

Takut akan pendapat orang lain dapat membuat kita merasa tidak aman dan kurang berharga. Perbandingan sosial yang seringkali muncul akibat FOPO dapat merusak harga diri dan menyebabkan perasaan rendah diri yang mendalam.

3. Kurangnya Kepercayaan Diri

FOPO dapat merusak kepercayaan diri seseorang. Ketika kita terlalu khawatir tentang apa yang dikatakan orang lain, kita jadi enggan untuk mengambil risiko, berbicara di depan umum, atau mengejar peluang baru yang mungkin bisa meningkatkan kualitas hidup.

4. Pertemanan dan Hubungan Sosial Terpengaruh

FOPO dapat mempengaruhi kualitas hubungan sosial. Seseorang yang terlalu fokus pada pendapat orang lain mungkin kesulitan membangun dan memelihara hubungan yang sehat karena khawatir akan penilaian atau penolakan.

5. Hambatan dalam Pengembangan Diri

FOPO bisa menjadi hambatan signifikan dalam pengembangan pribadi. Seseorang mungkin enggan untuk mencoba hal-hal baru atau mengejar impian karena takut akan tanggapan negatif dari orang lain.

6. Ketidakpuasan terhadap Hidup

FOPO dapat menyebabkan seseorang terjebak dalam siklus ketidakpuasan terhadap hidupnya sendiri. Rasa takut terhadap penilaian orang lain dapat mengaburkan kebahagiaan dan pencapaian pribadi. Alhasil, kita jadi pribadi yang kurang bersyukur dengan nikmat-nikmat Allah SWT yang sedemikian besarnya. Naudzubillahi min dzalik.

7. Stagnasi Karier

Dalam konteks profesional, FOPO dapat merugikan perkembangan karier. Seseorang mungkin enggan untuk mengambil tanggung jawab baru atau berbicara di pertemuan karena khawatir tentang pandangan rekan kerja atau atasan. Atau kali dari sisi blogger, kek aku beberapa saat lalu, takut nulis ini itu, jadinya nggak produktif.

8. Isolasi Sosial

FOPO dapat menyebabkan isolasi sosial karena seseorang mungkin menghindari interaksi sosial yang mungkin memicu kecemasan atau ketidaknyamanan.

Wuih, banyak banget kan dampaknya buat kehidupan, pals? Pastinya semua itu nggak sehat buat mental kita kalau dibiarin berlama-lama ngendon dalam diri. So, saatnya untuk move on!

Cara Mengatasi FOPO

Bagaimana move on dari si FOPO? Aku coba resume dari beberapa sumber, plus apa yang sudah aku lakukan selama ini ya…

1. Perbaiki Hubungan dengan Allah

Apapun kegelisahan yang muncul dalam hidup, sebelum kita ambil langkah ini dan itu, hubungkan dulu sama Sang Pemilik Hidup deh. Menurut Ustaz Adi Hidat, Lc, MA, rasa takut itu fitrah yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Selama kadarnya pas. Tidak berlebihan.

Namun ketika rasa takut, gelisah dan khawatir berkembang menjadi berlebihan, dan mengganggu produktivitas diri, maka itu sudah bukan fitrah lagi. Itu sudah menjadi gangguan.

Cara mengatasinya, kalau kita beragama Islam, bisa dengan melakukan amalan-amalan, seperti mengucapkan istighfar, taawuds, dan dzikir. Kalau belum mempan juga, ambil wudhu, laksanakan sholat dan baca Quran untuk meregulasi kecemasan tersebut, sampai hati menjadi tenang.

Dalam sebuah video yang aku tonton langsung di channel Ustad Adi Hidayat Offiical, beliau memberikan beberapa amalan dzikir yang bisa kita praktikkan saat hati terasa gelisah, dan takut berlebihan, di antaranya:
  • Rabbi a'ụżu bika min hamazātisy-syayāṭīn wa a'ụżu bika rabbi ay yaḥḍurụn. Artinya: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku". (QS. Al-Mu'minun ayat 97-98)
  • Allahumma ati nafsi taqwaha wa zakkiha anta khoiru man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha. Artinya:" Ya Allah anugerahkan kepada jiwaku pengendalian, bersihkanlah ia dari segala gangguan dan kotoran, Engkaulah sebaik-baik yang melakukannya, Engkau pemilik dan pengendalinya. (HR. Muslim)
Apabila kita mengalami ketakutan terhadap opini orang saat akan menulis status, membagikan koten, dan sebagainya, cuzz deh praktikkan Doa Nabi Musa yang lafalnya seperti ini;
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.
Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)

Ustaz Adi Hidayat juga menyampaikan bahwa ketakutan terhadap opini orang lain itu wajar, selama itu menjadi rel bagi kita agar berlaku dan berucap lebih bijak. Sebuah fitrah kok ketika kita mau melakukan sesuatu, lalu takut membuat orang lain kecewa dan tersinggung.

Namun pastikan ketakutan itu kadarnya pas, dan langsung ditarik hubungannya dengan Allah. Bawa kegelisahan dan ketakutan itu dalam doa, memohon ridho-nya Allah. Semoga Allah ridho atas tulisan kita, konten kita… insya Allah kalau Allah ridho, maka orang lain pun akan melihat hal-hal positif dari apa yang kita bagikan.

Kok kalaupun masih ada yang kontra, masih komen negatif, let it go… itu sudah di luar kendali kita. Selama kita punya niat yang baik, nggak punya tendensi buruk atas apa yang kita posting… anggap saja itu cara Allah SWT untuk melatih mental kita agar kuat dan lebih hati-hati lagi dalam menyiapkan sebuah konten.

2. Pahami Akar Masalah

Hal lain yang tak kalah penting untuk mengatasi FOPO adalah dimulai dengan pemahaman yang mendalam terhadap akar masalah. Kenali pengalaman atau situasi tertentu yang mungkin menjadi pencetus FOPO dan refleksikan bagaimana hal itu memengaruhi pikiran dan tindakan kita.

Kek yang aku ceritakan di atas, aku menggali kenapa aku kok sekarang jadi takut posting ini dan itu. Oh, ternyata akar masalahnya ini. Begitu ketemu akar masalahnya, aku coba refleksikan diri dong, sehingga aku jadi tahu apa yang harus aku lakukan ke depannya kalau mengalami hal sejenis.

3. Berkomunikasi dengan Orang Lain

Terkadang, ketakutan kita terhadap pendapat orang lain dapat diselesaikan dengan berbicara terbuka dan jujur. Diskusikan perasaan sohib kongkow dengan teman, keluarga, atau seorang profesional untuk mendapatkan perspektif eksternal yang positif.

Kalau udah dirasa membahayakan nih, kamu bisa lo konsul sama terapis atau psikolog. Biar mendapat pendampingan secara profesional. Terutama kalau kamu sudah bener-bener stuck dan mengganggu produktivitas.

4. Buat Batasan pada Media Sosial

Reduksi paparan terhadap media sosial dapat membantu mengurangi perbandingan sosial yang mungkin memicu FOPO. Tetap fokus pada pencapaian pribadi dan pertumbuhan tanpa terlalu membandingkan diri dengan orang lain.

5. Penguatan Kesehatan Mental

Upayakan penguatan kesehatan mental melalui praktik-praktik seperti meditasi, olahraga, atau terapi. Ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan. Kalau aku sendiri yang paling work di aku adalah rutin melakukan self talk dan journaling. Nah, kamu bisa cari tuh yang paling cocok buat kamu apaan, pals.

6. Terima dan Pelajari dari Kritik

Penting nih, kita tuh perlu belajar membedakan antara kritik konstruktif dan komentar negatif tanpa dasar. Terima kritik sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar daripada sebagai ancaman terhadap harga diri.

Saat aku menyusun artikel ini, aku menonton dua video keren. Videonya dalam bahasa Inggris. Pertama, video berjudul “How To Stop Worrying About What Others Think Of You”, published on 3 Key Elements Channel. Dalam video itu Coach Kirk Duncan menyampaikan bahwa ketakutan terhadap pendapat orang lain itu muncul karena kita kurang pede sama apa yang kita miliki.

Ketakutan itu nggak berdasar. Ketakutan itu muncul dari pikiran kita sendiri. Padahal mah sebenarnya kita nggak bisa konfirmasi hal-hal tersebut.
Jadi yang perlu dilakukan adalah mengubah cara berpikir kita. Alih-alih berpikir terlalu jauh tentang pendapat buruk orang lain, mending kita membentuk sesuatu yang baik dalam diri kita, sehingga itu akan memantul dan menghasilkan kebaikan buat kita.
So, bangun self esteem dan self confidence, that we are good, we are smart, that contents we deliver are beneficial for others. Kalau kita percaya bahwa apa yang kita lakukan untuk kebaikan, maka insya Allah akan lebih banyak kebaikan pula kok yang akan kita tuai.

Kalau kita mikir yang baik-baik, insya Allah hasilnya juga baik. Tapi kalau pikirannya negatif melulu.. ya jangan kaget kalau yang kita dapat juga negatif. Pernah dengar tentang Law of Attraction? Bahkan dalam Islam pun sudah dijelaskan, bahwasanya “Aku sesuai prasangka hambaku.” Allah SWT akan kasih kita sesuatu sesuai dengan apa yang kita pikirkan. So, be careful with your mind, pals!

Cuzz tonton sendiri deh videonya, siapa tahu kalian dapat insight lain dari apa yang aku tuliskan di atas:


Sementara video yang kedua, aku tonton lewat channel-nya Julia Kristina Counselling. Video ini juga membuka wawasan banget sih menurutku.

Dalam video tersebut, Julia menyampaikan bahwa kalau ada seseorang yang berpendapat negatif tentang diri kita, sebenarnya itu bukan tentang kita. Namun tentang orang itu sendiri. Bisa jadi orang tersebut sedang mengalami insecurities yang sesuai dengan konten kita, terus karena mereka denying, mereka kasih respon negatif.

So, tugas kita adalah keep calm. Jangan terpuruk dan dengarkan saja dengan dada yang lapang. Karena toh kita juga nggak bisa memuaskan semua keinginan orang kan?

Yang perlu kita tahu dan yakini adalah semua hal negatif itu bukan tentang kita. Jadi kita nggak perlu terus-terusan merasa bersalah dan kemudian jadi membatasi produktivitas diri. Lengkapnya, kalian bisa lihat di video ini:


Semoga apa yang aku tulis kali ini bisa memberikan manfaat buat kalian, pals. Kalau ada perbedaan sudut pandang, it’s okay.. mari kita diskusikan dengan tenang.

Fear of Other People’s Opinion alias FOPO adalah tantangan emosional yang dapat dihadapi oleh siapa saja. Dengan memperbaiki hubungan kita sama Sang Pemilik Hidup, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap diri sendiri, dukungan sosial, dan langkah-langkah proaktif, Insya Allah kita dapat mengatasi FOPO dan mengembangkan hubungan sosial yang lebih sehat serta membangun rasa percaya diri yang kuat.

Semangaaaat dan salam sehat mental, pals!***

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com