Di tengah kehidupan masyarakat yang sering kali sibuk dan abai, jarang ada sosok yang berani mengulurkan tangan pada mereka yang terpinggirkan. Triana Rahmawati, seorang perempuan muda asal Surakarta, bukan hanya mengulurkan tangan—ia memberikan hatinya untuk mereka yang kerap dilupakan, yakni Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Dengan penuh ketulusan, Triana mendirikan Griya Schizofren, sebuah komunitas yang berdiri untuk memberikan dukungan, kehangatan, dan peluang bagi ODMK di Surakarta. Melalui kisah inspiratif dan kerja kerasnya, ia mengajak kita untuk lebih memahami pentingnya memanusiakan mereka yang kerap terpinggirkan oleh stigma sosial.
Awal Mula Perjalanan Triana: Dari Kepedulian hingga Aksi Nyata
Kepedulian Triana terhadap kesehatan mental bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Dalam beberapa kesempatan, ia bercerita bahwa kehidupannya sejak muda telah membentuk kepekaannya terhadap masalah kesehatan mental.Berbekal pengalaman dan dorongan empati, Triana pun mulai menekuni dunia sosial, dengan fokus pada ODMK yang selama ini sering diabaikan oleh masyarakat. Seperti yang sering ia bagikan di akun Instagram-nya, @uleetria, ia menulis dan mendokumentasikan perjuangannya membangun komunitas yang mampu memberikan dukungan dan memberdayakan ODMK.
Inspirasi untuk mendirikan Griya Schizofren datang dari pengalaman langsung melihat stigma dan diskriminasi yang sering kali dialami oleh ODMK. Triana menyaksikan sendiri bagaimana orang dengan masalah kejiwaan kerap dipandang sebelah mata, bahkan dijauhi. Ia merasa, dengan sedikit kepedulian, mereka yang dianggap "berbeda" ini juga berhak mendapatkan kesempatan untuk kembali hidup secara bermartabat di tengah masyarakat.
Membentuk Komunitas: Visi dan Misi Griya Schizofren
Dengan dedikasi yang tinggi, Triana mendirikan Griya Schizofren sebagai komunitas yang terbuka bagi ODMK di Surakarta. Visi dan misinya jelas—memberikan ruang bagi ODMK untuk berkembang, berdaya, dan diterima di masyarakat.Secara resmi, komunitas ramah ODMK ini berdiri sejak 10 Oktober 2013. Awalnya Griya Schizofren dikomandoi oleh Triana beserta dua orang sahabatnya, Febri dan Wulan.
Nama Schizofren dipilih dengan filosofi yang dalam. Griya memiliki arti “rumah”, sementara Sc - diambil dari kata Social yang bermakna “komunitas sosial”. Hi merupakan singkatan dari Humanity, yang merujuk pada arti kata “kemanusiaan”, sedangkan Fren mewakili kata Friendship yang berarti “persahabatan.”
Jika dirangkai, Griya Schizofren memiliki makna rumah yang menerima ODMK dengan setulus hati, memberikan perlakuan yang setara, tidak dijauhi dan menawarkan persahabatan yang tulus untuk mereka.
Griya Schizofren tidak hanya berfungsi sebagai komunitas; bagi anggotanya, tempat ini adalah rumah, tempat mereka menemukan rasa aman, nyaman, dan didengarkan.
Di komunitas ini, perempuan kelahiran Palembang, 15 Juli 1992 tersebut mengimplementasikan berbagai program yang berorientasi pada pemulihan dan pemberdayaan. Misalnya, ada program keterampilan kerajinan tangan yang dirancang untuk membantu ODMK mengembangkan kreativitas mereka.
Dengan keterampilan yang diasah di Griya Schizofren, anggota komunitas dapat memproduksi karya yang kemudian dijual, membantu mereka mendapatkan penghasilan dan membangun rasa percaya diri.
Selain itu, ada pula sesi terapi kelompok yang memungkinkan anggota untuk berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain. Bagi mereka, berbagi cerita dalam suasana yang aman menjadi langkah penting untuk menyembuhkan luka mental dan emosional yang mereka alami.
Triana sering kali harus menghadapi berbagai pandangan negatif saat memperkenalkan Griya Schizofren kepada masyarakat. Namun, ia terus maju, berupaya meruntuhkan dinding stigma tersebut melalui edukasi dan pendekatan yang penuh empati.
Triana sering mengadakan sesi edukasi untuk masyarakat melalui tulisan, seminar, dan diskusi di media sosial. Dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan mental, ia berharap masyarakat dapat mulai memandang ODMK sebagai individu yang berhak hidup layak dan dihargai. Usahanya ini mulai membuahkan hasil, terutama saat ia mendapatkan dukungan dari rekan-rekannya serta berbagai pihak yang bersimpati dengan misinya.
Perubahan kecil seperti inilah yang membuat Triana semakin yakin bahwa apa yang dilakukannya membawa dampak positif. Kepercayaan diri yang tumbuh di dalam diri para ODMK adalah bukti nyata bahwa mereka hanya butuh didengarkan, diperhatikan, dan diberi kesempatan.
Melalui proses pemulihan yang berlangsung di Griya Schizofren, para ODMK tidak hanya belajar untuk kembali berfungsi secara sosial, tetapi juga menemukan kembali rasa percaya diri dan kebahagiaan yang pernah hilang.
Melalui berbagai platform media massa, baik online maupun offline, kisahnya semakin dikenal luas. Ia berharap lebih banyak orang muda yang ikut bergerak membantu ODMK, membuka mata mereka tentang pentingnya memberikan dukungan dan kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan.
Hingga pada 2017, usahanya tersebut mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2017 dari PT Astra International Tbk. Hal ini semakin membakar semangat dalam dirinya untuk memberikan usaha yang lebih baik lagi untuk edukasi kesehatan mental pada masyarakat.
Sebagai seorang aktivis yang peduli terhadap kesehatan mental, Triana juga menyadari bahwa edukasi dan pengertian adalah kunci utama untuk mengurangi stigma di masyarakat. Dia tidak henti-hentinya membagikan informasi tentang pentingnya kesehatan mental dan mendorong masyarakat untuk lebih memahami bahwa ODMK adalah individu yang membutuhkan perhatian khusus, bukan penghakiman.
Triana juga berharap suatu hari nanti Griya Schizofren dapat memiliki fasilitas yang lebih lengkap, seperti pusat pelatihan keterampilan dan ruang konseling yang nyaman. Dengan fasilitas yang memadai, ia yakin dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi ODMK.
Di komunitas ini, perempuan kelahiran Palembang, 15 Juli 1992 tersebut mengimplementasikan berbagai program yang berorientasi pada pemulihan dan pemberdayaan. Misalnya, ada program keterampilan kerajinan tangan yang dirancang untuk membantu ODMK mengembangkan kreativitas mereka.
Dengan keterampilan yang diasah di Griya Schizofren, anggota komunitas dapat memproduksi karya yang kemudian dijual, membantu mereka mendapatkan penghasilan dan membangun rasa percaya diri.
Selain itu, ada pula sesi terapi kelompok yang memungkinkan anggota untuk berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain. Bagi mereka, berbagi cerita dalam suasana yang aman menjadi langkah penting untuk menyembuhkan luka mental dan emosional yang mereka alami.
Tantangan dan Stigma: Melawan Persepsi Masyarakat tentang ODMK
Perjalanan Triana tidaklah mudah. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah stigma masyarakat. Banyak yang masih memandang ODMK dengan rasa takut atau menganggap mereka berbahaya. Stigma ini tidak hanya menyulitkan ODMK untuk diterima di lingkungan sosial, tetapi juga menghambat proses pemulihan mereka.Triana sering kali harus menghadapi berbagai pandangan negatif saat memperkenalkan Griya Schizofren kepada masyarakat. Namun, ia terus maju, berupaya meruntuhkan dinding stigma tersebut melalui edukasi dan pendekatan yang penuh empati.
Triana sering mengadakan sesi edukasi untuk masyarakat melalui tulisan, seminar, dan diskusi di media sosial. Dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan mental, ia berharap masyarakat dapat mulai memandang ODMK sebagai individu yang berhak hidup layak dan dihargai. Usahanya ini mulai membuahkan hasil, terutama saat ia mendapatkan dukungan dari rekan-rekannya serta berbagai pihak yang bersimpati dengan misinya.
Momen Berkesan di Griya Schizofren: Menyentuh Hati dan Mengubah Hidup
Bagi Triana, setiap anggota Griya Schizofren memiliki cerita dan perjalanan yang unik. Salah satu momen yang sangat berkesan bagi Triana adalah ketika seorang anggota ODMK yang semula pendiam dan tertutup akhirnya berani berbicara dan berinteraksi dengan anggota lainnya. Ia mulai memperlihatkan hasil karya kerajinan tangan yang dibuatnya, sebuah momen kecil yang penuh makna bagi Triana dan komunitas.Perubahan kecil seperti inilah yang membuat Triana semakin yakin bahwa apa yang dilakukannya membawa dampak positif. Kepercayaan diri yang tumbuh di dalam diri para ODMK adalah bukti nyata bahwa mereka hanya butuh didengarkan, diperhatikan, dan diberi kesempatan.
Melalui proses pemulihan yang berlangsung di Griya Schizofren, para ODMK tidak hanya belajar untuk kembali berfungsi secara sosial, tetapi juga menemukan kembali rasa percaya diri dan kebahagiaan yang pernah hilang.
Triana Rahmawati: Menginspirasi Generasi Muda untuk Peduli
Kisah inspiratif Triana Rahmawati tidak hanya berhenti di Surakarta. Kegigihannya dalam membangun Griya Schizofren dan perhatiannya terhadap ODMK telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda. ,Melalui berbagai platform media massa, baik online maupun offline, kisahnya semakin dikenal luas. Ia berharap lebih banyak orang muda yang ikut bergerak membantu ODMK, membuka mata mereka tentang pentingnya memberikan dukungan dan kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan.
Hingga pada 2017, usahanya tersebut mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2017 dari PT Astra International Tbk. Hal ini semakin membakar semangat dalam dirinya untuk memberikan usaha yang lebih baik lagi untuk edukasi kesehatan mental pada masyarakat.
Sebagai seorang aktivis yang peduli terhadap kesehatan mental, Triana juga menyadari bahwa edukasi dan pengertian adalah kunci utama untuk mengurangi stigma di masyarakat. Dia tidak henti-hentinya membagikan informasi tentang pentingnya kesehatan mental dan mendorong masyarakat untuk lebih memahami bahwa ODMK adalah individu yang membutuhkan perhatian khusus, bukan penghakiman.
Masa Depan Griya Schizofren: Harapan dan Impian
Triana Rahmawati memiliki banyak impian untuk masa depan Griya Schizofren. Ia bercita-cita memperluas jangkauan komunitasnya agar lebih banyak ODMK yang dapat merasakan manfaat dari program-programnya.Triana juga berharap suatu hari nanti Griya Schizofren dapat memiliki fasilitas yang lebih lengkap, seperti pusat pelatihan keterampilan dan ruang konseling yang nyaman. Dengan fasilitas yang memadai, ia yakin dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi ODMK.
Triana juga ingin mengajak lebih banyak relawan dan ahli kesehatan mental untuk terlibat dalam komunitasnya, memperkuat program yang sudah ada, serta memperluas jaringan Griya Schizofren ke kota-kota lain. Ia percaya, dengan dukungan dari masyarakat luas, visi untuk menciptakan ruang aman bagi ODMK akan semakin mendekati kenyataan.
Dalam dunia yang sering kali abai terhadap mereka yang berbeda, Triana hadir sebagai pengingat bahwa kemanusiaan masih ada, dan setiap orang memiliki peran untuk merangkul mereka yang berada di pinggiran.
Triana Rahmawati telah memulai langkah pertama, dan ia mengajak kita semua untuk ikut serta dalam perjalanan ini—menjembatani harapan bagi mereka yang terlupakan, serta membuka jalan menuju masa depan yang lebih inklusif bagi semua.***
Menutup Kisah: Sebuah Refleksi tentang Kemanusiaan
Kisah Triana Rahmawati dan Griya Schizofren bukan sekadar cerita tentang perjuangan seorang perempuan muda yang penuh empati, tetapi juga tentang kekuatan kemanusiaan dan cinta yang mampu mengubah hidup orang lain. Triana mengajarkan kita bahwa setiap orang, tidak peduli latar belakang atau kondisi mentalnya, berhak untuk diperlakukan dengan kasih sayang dan penghargaan.Dalam dunia yang sering kali abai terhadap mereka yang berbeda, Triana hadir sebagai pengingat bahwa kemanusiaan masih ada, dan setiap orang memiliki peran untuk merangkul mereka yang berada di pinggiran.
Triana Rahmawati telah memulai langkah pertama, dan ia mengajak kita semua untuk ikut serta dalam perjalanan ini—menjembatani harapan bagi mereka yang terlupakan, serta membuka jalan menuju masa depan yang lebih inklusif bagi semua.***
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com