header marita’s palace

5 Alasan Mengapa Kamu Perlu Membaca “Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi”

review Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi

“Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi” merupakan buah karya dari Amanda Katili Niode, Ph. D. Disebutkan dalam bab pembukanya, bahwa buku ini bukan semata-mata memoar, lebih sebagai gabungan antara memoar dan pengembangan diri. Kalau zaman sekarang, kita sudah kerap menemui Hybrid Car, nah kalau buku ini bisalah dinamai sebagai Hybrid Memoar.

Membaca buku karya perempuan kelahiran Bandung, 12 Februari 1957 ini benar-benar membuka mata ternyata ngobrolin tentang bumi bisa sedalam itu. Aku sebagai orang awam, yang masih dalam taraf terpapar isu-isu lingkungan hidup, belum sampai jadi penggerak yang aktif, banyak ternganganya membaca lembar demi lembar buku ini.

Hal-hal yang Membuatku Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama  

Pertama kali aku menerima buku ini, satu hal yang membuatku terkesima adalah;

1. Tebalnya

Dengan ketebalan mencapai 420 halaman, aku agak deg-degan nih. Bisa nggak ya membaca hingga tuntas. Secara beberapa bulan belakangan aku sering mandheg membaca buku bahkan ketika belum sampai separuh.

Namun ternyata kekhawatiranku ini tak terjadi, Bu Amanda sangat piawai mengolah kata dan rasa hingga aku mampu menikmati buku hingga akhir. Malah rasanya sayang kalau berhenti di tengah jalan.

2. Covernya

Desain cover buku ini cantik banget. Dengan warna biro toska, di mana ada sosok perempuan sedang duduk di sebuah perahu yang ditopang dua tangan sedang khusyuk membaca buku. Sementara itu sekelilingnya air yang jernih dengan tanaman-tanaman yang indah. Cover tersebut mampu menggambarkan isi buku dengan cantik dan maksimal.

3. Pembatas Bukunya

Ukuran pembatas bukunya sangat berbeda dengan buku lain. Dengan ukuran yang besar ini, sangat cocok melengkapi ketebalan bukunya. Ketika diletakkan di tengah-tengah buku jadi tidak mudah terselip.

Permasalahan yang sering aku hadapi adalah kehilangan pembatas buku bawaan. Dengan ukuran buku yang lebih besar dari umumnya, alhamdulillah sudah tiga minggu buku ini di tangan, pembatas bukunya masih aman terselip di antara lembaran-lembaran buku ini.

4. Galeri Foto

Pada akhir buku ini, terdapat galeri foto yang menceritakan bagaimana perjalanan kehidupan seorang Amanda Katili Niode, Ph.D. Menariknya, foto-foto yang dibagikan juga penuh warna, sehingga semakin membuat semangat menikmatinya. Dicetak dalam kertas yang tebal, foto-foto ini mampu menjadi pelengkap dan penutup cerita yang memuaskan.

galeri foto buku Amanda Katili Niode

Begitulah, secara fisik, buku dari seorang pegiat harmoni bumi ini sudah mampu memikat begitu tanganku menerimanya pertama kali. Bisa dibilang, love at first sight. Lalu bagaimana dengan isi bukunya? Yuk, akan aku ajak sohib kongkow untuk menilik lebih jauh “Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi”!

“Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi”, Buku Wajib Baca Agar Kamu Lebih Mencintai Lingkungan

Kalau dalam bahasa copywriting dan digital marketing, sebuah konten yang menarik itu perlu memiliki hook. Semacam pemikat di awal agar penonton atau pembaca mampu menuntaskan menonton atau membaca konten itu hingga akhir.

Bu Amanda memainkan konsep hook dalam buku ini dengan amat cantik. Selain ketiga hal fisik yang telah aku ungkapkan di awal, hook lain yang digunakan Bu Amanda adalah setiap kali bab baru dibuka, ada halaman berwarna dengan kutipan dan gambar yang menjadi pemikat.

Namun bukan sekadar pemikat, halaman pertama dalam masing-masing awal bab itu juga menjadi kunci yang akan membukakan pintu ke dalam petualangan baru berikutnya.

hook yang memikat dalam buku Amanda Katili Niode

Memiliki 11 bab, Hybrid Memoar ini sangat lengkap membahas awal mula Bu Amanda tertarik dengan isu-isu lingkungan hingga bagaimana perjalanannya menjadi pegiat harmoni bumi yang aktif dalam bidang lingkungan hidup, perubahan iklim dan keberlanjutan.

Adapun 11 bab tersebut, meliputi;
  • Bab 1 - Mengenal Bumi, Nilai dan Nasibnya
  • Bab 2 - Menggalang Memoar untuk Bumi
  • Bab 3 - Mengukir Landasan Pendidikan
  • Bab 4 - Mengembangkan Profesi Harmoni Bumi
  • Bab 5 - Menuju Masa Depan Berkelanjutan
  • Bab 6 - Mendunia dalam Dialog Global
  • Bab 7 - Membawa Perubahan dengan Kata
  • Bab 8 - Menginspirasi Melalui Climate Coaching
  • Bab 9 - Mewacanakan Filsafat, Ilmu dan Teknologi
  • Bab 10 - Mengangkat Citra Kuliner Lokal
  • Bab 11 - Menjalin Kolaborasi Pemuda
Masing-masing bab memiliki cerita menariknya, namun inilah lima hal yang membuatku sangat terkesan pada buku setebal 420 halaman ini:

1. Sentuhan Parenting yang Tersirat

Setiap kali aku membaca buku dari seorang tokoh besar, aku selalu bertanya-tanya seperti apakah ia dibesarkan. Begitu juga ketika membaca profil Amanda Katili Niode, Ph.D. Dengan segala kiprahnya yang luar biasa untuk Bumi, dibesarkan oleh orang tua seperti apa ya.

Meski tidak dibahas terlalu dalam, tetapi banyak paragraf yang menyiratkan bagaimana sentuhan parenting dari kedua orang tua Bu Amanda membentuk dirinya yang sekarang. Dalam bab pertama diceritakan bagaimana ayah Bu Amanda yang seorang doktor di bidang geologi selalu melibatkan Bu Amanda di setiap aktivitasnya.

Pada usia empat tahun, ayah Bu Amanda selalu memintanya me-recalling judul thesis yang sedang digarapnya. Dengan bahasanya yang masih cadel, Bu Amanda menyebutkan judul tersebut secara lengkap. Walau saat itu belum paham dengan apa yang diucapkannya.

Begitu juga saat ayah Bu Amanda sedang berproses menulis sebuah essay, bu Amanda ikut terlibat di dalamnya. Ayahnya selalu mengatakan ini tulisan pertamamu. Apresiasi dari seorang ayah berperan besar dalam pembentukan karakter dan kepercayaan diri anak perempuannya. Terbukti bagaimana bu Amanda terus berkiprah hingga saat ini.

Ayah Bu Amanda juga selalu mengajaknya pada hampir setiap kunjungan ke luar negeri. Pengalaman ini semakin meluaskan wawasan Bu Amanda tentang dunia.

Menurut Bu Amanda dalam bukunya, ia sebenarnya bukanlah sosok yang terlalu pintar. Terbukti pada bangku SD, ia hampir saja tidak naik kelas saking senangnya bermain. Namun karena dukungan ibunda, Bu Amanda akhirnya bisa naik kelas dengan syarat dan bisa membuktikan bahwa ia layak untuk naik kelas.

Jejak-jejak pengasuhan yang ditorehkan oleh kedua orang tuanya telah membentuk karakter tangguh dan pantang menyerah.

Anak yang diasuh dengan baik dan sehat akan membangun pengasuhan yang sama pula untuk anak-anaknya. Terlihat bagaimana dalam kesibukannya, Bu Amanda tetap menjalankan peran sebagai seorang ibu bagi tiga anaknya dengan optimal.

Ketiga anaknya tumbuh menjadi orang-orang hebat di bidangnya. Hebatnya lagi, Bu Amanda mampu menjadi inspirator bagi putra-putrinya untuk menjadi pegiat lingkungan. Sebuah tulisan apik dari anak keduanya yang bernama Terzian Ayuba Niode, M.Sc, tentang kiprahnya sebagai sukarelawan lingkungan di tengah kesibukannya sebagai bankir.

Satu hal lainnya yang mengharu biru adalah ketika sebuah esai dari anak sulung Bu Amanda yang telah berpulang dihadirkan dalam buku ini. Tertulis bahwa esai tersebut adalah bentuk interaksi penuh kasih sayang yang manis antara ibu dan anak. Bahkan meski putra-putri bu Amanda melanjutkan pendidikannya di luar negeri, Bu Amanda tetap mampu hadir secara utuh sebagai seorang ibu dalam hal kecil maupun besar.
Buku ini benar-benar memberikan bukti nyata bahwasanya orang tua membawa pengaruh besar dalam diri anak-anaknya. Jika kita ingin menjadi pengaruh positif, tentunya kita harus senantiasa membangun diri kita dengan hal-hal yang positif. Karena anak tidak pernah gagal dalam meniru dan menduplikasi perilaku orang tuanya.

2. Konsistensi dalam Membangun Diri

“Setiap tindakan tidak peduli seberapa kecil, memiliki dampak.” - Amanda Katili Niode, Ph.D.
Kiprah Bu Amanda dalam isu-isu lingkungan hidup yang konsisten tergambar dengan sangat nyata dalam buku ini. Dari proyek skala kecil hingga internasional diceritakan secara lengkap dari satu bab ke bab lainnya.

Dari menginisiasi membuat karya tulis tentang lingkungan, juga beragam pertemuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu hidup berkelanjutan. Bu Amanda juga tak pernah segan untuk meningkatkan keilmuannya, pada bab 08 diceritakan bagaimana ia mengikuti kegiatan Climate Coaching.

Mencatat, merefleksi dan membagikan ilmu yang telah didapatnya adalah kunci bagaimana Bu Amanda bisa terus memberikan dampak.

3. Mengenalkan Banyak Hal Baru

Salah satu yang terekam dalam ingatanku adalah “Binthe Biluhuta Gorontalo”. Ini adalah salah satu makanan lokal yang ditulis pada bab 11. Merupakan sup jagung tradisional yang terbuat dari biji jagung, kelapa parut segar, udang atau tuna, daun kemangi, bawang merah, garam dan jeruk nipis.

Resep ini oleh Bu Amanda telah dikirimkan untuk ditampilkan dalam buku A Grain A Day. Ternyata isu lingkungan sangat terkait dengan makanan lokal, pals.
Apabila kita mampu memaksimalkan sumber daya alam yang kita miliki, dan mengupayakan makanan lokal untuk lebih dikenal agar bisa diolah dan dinikmati oleh orang banyak, sejatinya hal itu salah satu langkah dalam menjaga bumi.
Mengingat dalam beberapa tahun ke depan bisa jadi kita akan mengalami Food Waste dan Food Loss, sebuah PR besar bagi kita untuk bisa mengolah sumber daya yang kita miliki sebaik mungkin. Alih-alih makan-makanan cepat saji yang tak ramah lingkungan dan iklim, sudah saatnya kita bergerak untuk kembali ke alam.

Menanam apa yang bisa kita tanam, dan mengolahnya menjadi makanan yang sehat dan bergizi tinggi. Selain lebih ekonomis, dampaknya bumi akan lebih sehat dan berumur panjang, sehingga anak cucu kita nanti masih bisa tinggal di planet ini dengan nyaman.

4. Isu Psikologi dan Pengembangan Diri

Meski bertemakan lingkungan hidup, tetapi aku justru banyak petuah-petuah hebat yang berhubungan dengan pengembangan diri, di antaranya;
  • Tentang Penerimaan Diri - dalam Bab 2 Bu Amanda menyinggung tentang pentingnya penerimaan diri. Disebutkan bahwa akar dari masalah global duni adalah karena manusia-manusia yamg memiliki gangguan psikologis atau dalam level yang lebih ringan masih terikat dengan trauma masa lalu sehingga terganggu hubungan antara jiwa, raga dan sukma. Jadi, orang-orang yang tidak peduli terhadap alam, bisa jadi karena rasanya sudah mati disebabkan oleh ketidakpiawaian dirinya dalam menghadapi emosi.
  • Hubungan Alam dan Fungsi Otak - Bu Amanda menyebutkan dalam bab 8, bahwa kedekatan manusia dengan alam dapat meningkatkan fungsi otak manusia, bahkan menyempurnakan pengambilan keputusan dan menurunkan tingkat stres. Makanya kan banyak tips-tips terkait menghadapi burn out, salah satunya pasti diminta memandang yang hijau-hijau, berkelanan di alam sebelum kembali ke aktivitas harian.
  • Latihan Sinkronisasi Otak - Masih di bab 8, bu Amanda membagikantips untuk melatih otak kepala, otak hati dan otak perut manusia agar selaras. Salah satunya dengan rutin melakukan meditasi mini. Jika ketiga otak ini mampu selaras, manusia dapat menggunakan tingkat kesadaran diri yang lebih dalam untuk membuat keputusan yang lebih baik, termasuk dalam menjaga Planet Bumi yang semakin menurun kesehatannya.
Ketiga hal di atas sejatinya menyentilku dengan dalam. Sepertinya kekurangpekaanku terhadap lingkungan berbanding lurus dengan penerimaan diriku yang masih jadi PR besar. Membaca buku ini membuatku tersadar pentingnya penerimaan diri, sebelum kita mengambil langkah sebagai pegiat lingkungan.

buku bertema lingkungan Amanda Katili Niode

5. Memberikan Effort Terbaik dalam Setiap Langkah Hidup yang Diambil

Dari setiap bab yang kubaca, aku bisa melihat bagaimana Bu Amanda tidak pernah setengah-setengah dalam menjalani perannya. Ia selalu fokus pada apa yang bisa dilakukannya hari ini. Hal inilah yang aku rasa perlu dimiliki oleh setiap individu.

Seringkali kita terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Termasuk hal-hal yang sudah dan belum terjadi. Terlalu fokus pada hal-hal yang di luar kontrol diri kita itulah yang membuat kita tidak bisa bergerak secara optimal. Dari Bu Amanda aku belajar bahwa fokus pada yang bisa kita lakukan adalah kunci untuk bisa memaksimalkan peran.

MasyaAllah, sebuah Hybrid Memoar yang fantastis! Tidak hanya bercerita tentang kiprah Bu Amanda dalam menjaga bumi, tetapi aku justru mendapat banyak ‘siraman rohani’ tentang bagaimana mengembangkan diri.

Jika teman-teman kongkow ingin membaca langsung buku inspiratif ini, silakan bisa menghubungi Penerbit Diomedia pada nomor 0856-4376-2005. Harganya Rp. 145.000,-, tentu saja belum termasuk biaya kirimnya ya.

Izinkan aku menutup ulasan “Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi” ini dengan mengutip satu paragraf dari epilognya;
Menjaga bumi bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban yang harus diemban dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Upaya ini memerlukan ikhtiar bersama, mulai dari tindakan kecil di lingkungan sekitar higga keputusan besar dalam kancah internasional. Seiring dengan berakhirnya buku ini, perjalanan menuju aktivasi diri dan dedikasi unuk Bumi sejatinya baru dimulai. Pembaca dipanggil untuk mengambil bagian dalam gerakan yang lebih besar, gerakan yang mengharuskan berani mengambil langkah, membuat keputusan berani, dan terus menerus belajar serta beradaptasi.”
Sungguh sebuah buku yang layak dibaca untuk membuat kita semakin cinta pada tempat kita berpijak saat ini. Bukan hanya sekadar berhenti pada rasa cinta, tapi juga menyemangati diri untuk mengambil peran dalam menjaga bumi.

Jadi, kapan kamu akan membaca buku ini, pals? Setelahnya, mari kita bergandengtangan untuk bumi yang lebih sehat!***

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Dari buku ini kita jadi banyak belajar ya. Banyak insight baru dan perihal yang membuat kita lebih peduli pada isu lingkungan dan perubahan iklim. Benar-benar buku yang menginspirasi

    ReplyDelete