header marita’s palace

Karena Aku (Bukan) Ibu Yang Sempurna

Semakin hari semakin jelas kalimat-kalimat yang keluar dari mulut kecilmu... merangkai tanya demi tanya tentang apa, siapa, kenapa... juga tutur kisah-kisah dari buku yang sering kami bacakan untukmu, tentang suara-suara yang sering kamu dengar, tentang tayangan-tayangan yang pernah kamu lihat.. terkadang pun kami terkaget-kaget dengan kata-kata ajaib yang bisa kamu munculkan... 

Ifa Anak Sholehah
Melihat setiap perkembanganmu tiap detik seperti ini membuatku semakin yakin bahwa berada di rumah dan melakukan banyak hal bersamamu sepanjang hari adalah hal terbaik yang pernah kulakukan, juga sesuatu yang tak bisa digantikan dengan nominal berapapun.. karena masa depanmu bukan hanya soal mengumpulkan pundi-pundi uang berjuta-juta, tapi juga tentang melukis jiwa dan merekatkan bonding antara kita...

Tanpa terasa 2.5 tahun sudah kamu mengisi hidup kami.. itu artinya ternyata waktu berjalan lebih cepat dari yang kubayangkan.. betapa sekejap saja masa-masa emasmu, begitu singkatnya waktu untuk sedekat seperti sekarang ini. Ketika nanti kau mulai mengenal bermain bersama teman, menghabiskan waktu di sekolah, aah aku pasti merindukan masa-masa ini, masa-masa dimana kau suka sekali bermanja-manja denganku. Bahkan sedetik saja kau tak melihat bayanganku, langkah-langkah kecil disertai panggilan manja dari bibir kecilmu akan terus mencari-cariku. Saat nanti kau mulai memiliki duniamu sendiri, masihkah kau akan mencariku seperti itu, nak?

Tidak bisa menafikan keadaan, pilihan untuk tinggal di rumah saat itu kuambil karena memang aku tak punya tempat dan kepercayaan untuk menitipkanmu pada orang lain. Melepaskan pekerjaan demi merawatmu juga bukan hal yang mudah saat itu. Membayangkan kebutuhan hidup yang tinggi dan pemasukan yang akan berkurang separuh jelas membuat megap-megap, sedang saat itu tantemu masih harus menyelesaikan sekolah menengahnya. Apalagi dengan kondisi nenekmu yang sakit, itu artinya ada setumpuk tanggung jawab di pundakku. Tapi melihatmu, segala ragu itu hilang, nak. Bukankah rejeki tak pernah tertukar? Alhamdulillah, ternyata di rumah pun aku tetap bisa berkarya tanpa harus meninggalkan dan menitipkanmu, tentu saja sembari menuntaskan baktiku sebagai seorang anak pada ibunya.

Merawat dan membesarkanmu adalah tantangan terbesar untukku. Kesabaran, satu hal yang tak pernah kumiliki selama ini, mau tak mau harus aku tumbuhkan. Besar dengan keluarga yang selalu diliputi amarah, pertengkaran dan pertengkaran ternyata mampu mengoyakku terlampau dalam. Bukan satu dua kali aku seperti orang gila menahan sabar, bahkan menjadi ibu rumah tangga jauh lebih melelahkan dibandingkan bekerja 10 jam di kantor. Emosi yang naik turun karena rumah yang tak pernah rapi, pekerjaan rumah yang sepertinya tak pernah ada habisnya, hak-hak nenek yang belum dipenuhi, ayahmu yang seringkali pulang terlambat dari kantor, artikel-artikel yang terbengkalai... hahaaha, benar nak, ibumu memang belum pandai menaklukkan waktu dan emosi.


Narsis Bareng Ifa

Beberapa seminar parenting kudatangi karena aku tahu betapa bodoh dan kurang ilmuku menjadi ibu. Teori demi teori menjejali otakku,  namun ternyata itu semua tak bisa dengan mudah diaplikasikan. Aku masih saja sering memutus simpul-simpul neuronmu, ya nak.. Sungguh bersamamu aku merasa bukan kamu yang sedang belajar tentang dunia, tapi aku yang sedang belajar padamu. Betapa dalam waktu sesingkat ini kamu mampu menjadi manusia kecil yang luar biasa, dari yang hanya bisa merengek tak bisa apa-apa, kini celoteh-celotehmu mampu membuatku tertawa dan takjub. Tingkah-tingkahmu yang seringkali mencontek dari kelakuanku membuatku tersentil dan menyadari betapa banyak yang harus kuubah untuk menjadi ibu dan guru pertama untukmu. Dari mengubah kebiasaan yang kadang tanpa aturan hingga nada bicara yang tanpa sadar cenderung meninggi... benar kata orang nak, "watuk diombeni obat mari, tapi watak..."

Sungguh kehadiranmu adalah anugerah terbesar dalam hidupku. Menunggu selama empat tahun hingga akhirnya Tuhan mempercayaiku untuk menjadi seorang ibu itu luar biasa. Namun seringkali diantara lelapmu dan di ujung malam-malamku, aku tak kuasa menahan air mata, betapa aku masih saja belum bisa menjadi seperti yang aku harapkan, menjadi sosok yang menenangkanmu.. hingga terkadang kau akan berlari ke arah ayahmu dan memeluknya ketika kau merasa telah membuatku marah. Semenit kemudian, kau akan mendekatiku, melingkarkan tanganmu ke leherku, memeluk dan mencium pipiku, seakan-akan ingin mengucapkan maaf karena membuatku marah. Aku selalu dibuat takjub melihatmu meredakan emosiku. Kau benar-benar malaikat kecil, nak.

My Pain Killer
Konflik demi konflik antara aku dan ayahmu adalah hal yang sangat sering terjadi. Namun kehadiranmu membuat semuanya berubah. Semakin besar kau semakin pintar membuat kami tidak berpanjang-panjang bermain dengan masalah. Ada kalanya aku dan ayahmu membutuhkan waktu untuk tidak saling bersama demi meredakan ketegangan, namun ternyata kau lebih pintar. Di saat kami tak ingin berada dalam satu tempat yang sama, kamu justru membuat kami tetap berada di tempat yang sama. Setiap ada satu di antara kami meninggalkan ruangan, kamu akan memanggil-manggil dan menarik kami ke tempat semula mengajak kami bermain hingga tanpa sadar kita terhanyut dalam suasana yang menyenangkan dan diakhiri dengan berpelukan bersama. Bukan hanya malaikat, kau pembawa kedamaian di hati dan di rumah ini. 

Calm Me Down
Itulah kenapa, aku tetap ada di sini dan akan tetap ada di sini. Keinginan untuk kembali bekerja kantoran, cita-cita untuk jadi pegawai sudah melayang terlalu jauh. Karena waktu yang terlalu singkat dan berjalan sangat cepat tak kan mampu membawaku kembali pada masa-masa ini. Semakin hari bersamamu, semakin aku ingin tetap ada di sini saja. Meski aku masih jauh dari kata baik, tapi bersamamu tidak akan ada hal buruk yang bisa terjadi. Karena tawa, senyum dan segala polahmu adalah obat untuk segala ketaksempurnaanku. 

Jika dulu aku belum punya alasan kuat kenapa aku memilih menjadi full time mother, kini alasan itu sudah melekat kuat di otakku. Aku ada di sini karena aku bukan ibu yang sempurna. 24 jam bersamamu saja aku masih merasa belum memberikan yang terbaik, apalagi jika harus bekerja di luar rumah. Dan sungguh aku beruntung karena ketaksempurnaan ini telah membuat kita sama-sama saling belajar. Karena ketaksempurnaan ini menantangku untuk menjadi lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

My World, My Happiness :)

Terima kasih Mayda Hanifa, putri kecilku, yang selalu saja punya sebentuk cinta untuk ibu yang tak sempurna ini. Tetaplah menjadi gadis kesayangan dan kebanggaan keluarga ini ya, nak. :)

2 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Semoga iffa bisa jadi anak yang membanggakan orang tua :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. aaamiin.. makasih mbak Nunu sudah mampir, makasih juga untuk doanya :)...

      Delete