header marita’s palace

Mayda Hanifa Setianingtyas.. Gadis Hujan dari Surga


Momen terindahku sebagai seorang wanita adalah memiliki seorang Ifa, gadis kecil yang akhirnya kumiliki di tengah keputusasaanku.

My Luphly Ifa

Seringkali menungggu adalah hal yang menjemukan, apalagi ketika segala usaha telah dilakukan dan tak ada hasil yang didapat. Aku yang notabene manusia  biasa hanya mampu berkata "Stop, aku lelah".. begitupula ketika testpack yang kupakai pada awal bulan mei itu menandakan padaku dua buah strip yg artinya -i'm pregnant-, tak seperti wanita lain yang kegirangan melihatnya, cukup tersenyum, bukan karena aku tak bahagia atas hadirmu, hanya karena aku terlalu takut terlalu berharap seperti yang sudah-sudah. Kujalani awal hadirmu tanpa euphoria, cukup pasrah dan yakin bila memang kau rejekiku, semua akan indah pada waktunya.

Hampir 4 tahun aku menunggumu datang mengisi kehidupanku yang mulai bergerak stagnan, tak perlu kau tanya seperti apa aku menginginkanmu, apalagi ketika melihat wanita-wanita lain yang menikah sesudahku sudah menggendong bayi2-bayilucu mereka.. hmmm.. sesak dada ini, terlebih ketika harus menjawab pertanyaan teman-teman atau keluarga yang kadang menyudutkan, "kapan?, kok belum punya momongan?, wah rak jos ik, dsb", yang mungkin hanya berupa gurauan, tapi sungguh aku tak suka. Bukan aku yang menentukan bila memang aku belum saatnya diberi momongan.

Dua kali pula aku mesti menjalani kuretase sebelum kehadiranmu, tak terperi bagaimana rasanya kehilangan harapan. Kuretase pertama kujalani beberapa bulan setelah aku menikah di tahun 2008, dan sejak 2008 hingga 2011 tak ada sedikitpun tanda aku kan segera menimang bayi. Kuyu, aku merasa tak sempurna menjadi wanita.

Di minggu kelima kehadiranmu, seperti di kehamilanku sebelumnya, aku mulai flek-flek dan disusul dengan bleeding yang sangat hebat. Aku hanya mampu mengelus dada, mungkin belum waktunya bagiku dipercaya olehNya menjaga hadiah dari surga. Tapi haruskah kuret lagi sementara dua bulan sebelum aku mengetahui engkau menghuni rahimku, aku baru saja selesai menjalani kuretase ku yang kedua dan membuatku cukup trauma mengalaminya lagi.

Hmm, setelah di USG belum ada tanda-tanda kehadiranmu di rahimku, hanya amnion yang terlihat. Seminggu lagi dokter meminta datang untuk  melihat perkembangannya karena biasanya janin baru nampak pada minggu ke 6. satu minggu kemudian dengan kondisi masih saja bleeding, kembali ku cek kondisimu dan masih sama, kau belum terlihat juga. Harapan yang kususun mulai kandas perlahan. tapi entah kali ini aku lebih tenang dibanding dua kehamilanku sebelumnya, seperti sebuah keyakinan engkau kuat di dalam sana.

Dokter meminta datang di minggu ke 10 untuk memastikan janin tidak Blighted Ovum (kondisi dimana janin tak berkembang semestinya, biasanya karena masalah kromosom), apabila di minggu tersebut kau masih juga tak terlihat, kuretase yang ketiga mesti kujalani.

Minggu ke-10, bleeding sudah berhenti, harap-harap cemas. Kusisakan sedikit harapan dan hanya mampu berkata Bismillah. Pak Jati, Spog, mengoleskan krim di atas perutku dan mulai menggerakkan alat USGnya, perlahan kulihat di layar monitor, sebuah bentuk di dalam amnion akhirnya terlihat. Akhirnya bunda melihatmu, nak (that was the first part of my greatest moment with you). Hmmm, masih 10 minggu saja kau sudah suka main petak umpet ya.. "Nah itu keliatan," Pak Jati berkata dan Alhamdulillah, akhirnya the real pregnancy datang juga, tapi perjalanan masih panjang dan segala kemungkinan masih bisa terjadi, tapi bunda yakin kau kuat, dengan bleeding yang cukup banyak dan kau masih mampu bertahan, kau hebat, nak!!!

Minggu demi minggu, bulan demi bulan kujalani, sungguh kau tak banyak membuat bunda dan ayah kebingungan. Tak ada ngidam, nafsu makan biasa saja, tak ada morning sickness bahkan 2 hari sebelum kau menghirup udara bumi, bunda masih keluyuran kerja. Hanya kadang kau suka membuat bunda khawatir karena begitu tenang di dalam sana, tanpa gerakan, hanya denyut-denyut jantungmu yang kurasakan. Aku pikir kau bayi yang sangat anteng ketika lahir nanti, ternyata sekarang kau  begitu luar biasa aktifnya. Kadang pula aku miris dan bertanya-tanya apa kau akan  lahir dengan normal mengingat di awal kemunculanmu kau sempat tak terdeteksi, bahkan dokter pun masih meraba-raba apa yang diperlukan untuk membuatmu bertahan, jadinya asam folat dosis tinggi adalah konsumsi dari minggu awal hingga akhir kehamilan. Sungguh tangan Tuhan lah yang membuatmu hadir. Manusia hanya mampu berusaha, selanjutnya biar Tuhan bekerja dengan keajaibanNya.
Setelah USG yang terakhir, posisimu masih tetap sungsang, ditambah dengan minus mataku yang sudah mencapai delapan, tidak memungkinkan untukku melahirkanmu secara normal. Meski sebagai seorang wanita aku berharap merasakan kontraksi, pembukaan dan mengejan. Hmmm, sepertinya bukan takdirku.

Dengan berbagai pertimbangan, kupilih tanggal 28 desember 2011 sebagai hari lahirmu, tak ada hitung-hitungan, tak ada yang spesial di hari itu, hari itu menjadi istimewa setelah kehadiranmu.

Delapan pagi pada Rabu, 28 Desember 2011, aku dan ayahmu datang ke RSUD Kota Semarang, setelah melakukan pendaftaran dan dicek sebentar oleh dokter, ditentukan jam 11.30 aku masuk ke ruang operasi. Asal kau tahu nak, aku benci rumah sakit dan obat, serta takut jarum, sungguh tersiksanya diinfus dan disuntik, dan hanya demi dirimu kupupus segala ketakutanku.

Sebelum masuk ke VK, dokter meminta koas mengecek denyut jantungmu, senangnya bisa mendengar jantungmu berdetak sembari mengira-ira seperti apakah dirimu, tak sabar, deg-degan, dan takut bercampur menjadi satu.

Persiapan di VK, berganti seragam rumah sakit. Pasang infus, pasang kateter dan skin test untuk memastikan tidak alergi obat. Huff semakin tak karuan rasanya. Hingga 11.30 pun datang, digledek ke ruang operasi tanpa bisa menerka seperti apa rasanya cesar itu semakin membuat dag dig dug, apalagi kalau mengingat pengalaman kuret yang kedua (obat bius tak bekerja dengan baik) membuatku semakin takut membayangkan apa yang terjadi di dalam sana nantinya.

Masuk ke ruang operasi, step demi step dilakukan, dari ganti baju operasi, menunggu sambil melihat pasien-pasien lain yang hilir mudik keluar masuk ruang operasi, juga mendengar tangis-tangis bayi yang baru saja dilahirkan.. tak terasa keringat dingin keluar  juga.

Akhirnya tiba waktuku masuk ke ruang super dingin itu, menggigil aku dibuatnya hingga suhu AC terpaksa dinaikkan. Baru aku tahu di luar hujan cukup deras ketika jarum suntik menyentuh punggung bawahku untuk memasukkan anestesi dan membuat tubuh bagian bawahku mati rasa. Hufff.. sakit... Alhamdulillah, tim anestesi kali ini sangat baik dan ramah, aku diajak bercerita sehingga keteganganku sedikit demi sedikit hilang. Sambil menikmati hilir mudik tim anestesi dan tim medis lain mempersiapkan operasi, aku merasa jantungku berdetak semakin cepat. Lama-lama aku merasa kakiku semakin tebal dan tak bisa kugerakkan, bius mulai berjalan dengan sangat baik. Pak Jati masuk ke ruang operasi, menyapa dengan ramah dan bercerita ini itu kepada tim medis, sambil sesekali melempar gurauan padaku, membuatku tak khawatir.

Tim medis dan pak Jati mulai bekerja, aku tak bisa merasakan apa-apa, tapi dari obrolan mereka aku tahu perutku mulai disayat. Hmm, detik-detik kehadiranmu mulai kurasakan, lalu salah seorang dari tim anestesi berkata "wah putihnya", aku belum ngeh kalo yang dimaksud adalah dirimu. Hingga akhirnya pak Jati mengangkatmu dari rahimku tepat pada pukul 12.24, dan disambut dengan tangisanmu yang super keras membahana hingga ke seantero ruangan seakan-akan ingin bilang .."huhuhu, aku masih enak-enak bobo nih.. kok digangguin sih.." Bahagia campur haru melingkupi segenap jiwaku seiring dengan kencangnya tangisanmu, wwelcome to the world, malaikat kecilku. Sayang, karena fasilitas yang ada di RSUD bunda tak bisa melakukan IMD dan memelukmu segera.

Setelah dokter selesai menjahit rahim dan perut, akhirnya bisa keluar juga dari ruangan yang hampir membuatku beku, tapi aku belum bisa memelukmu. Hingga akhirnya setelah kondisi dinyatakan stabil aku bisa keluar dari ruang operasi, lucunya kalau pasien yang lahir keluar dengan memeluk bayinya, aku keluar tanpa dirimu hingga ayah dan eyang-eyangmu menanyakan keadaanmu, takut ada apa-apa. Aku sendiri bingung saat ditanya, "la bayinya mana?".

Sesaat kemudian dirimu yang begitu mungil dan putih pun dibawa keluar oleh perawat, (mungkin saking menggemaskannya dirimu  sampai perawat-perawatnya juga tidak ingin jauh darimu). Itulah kali pertama aku melihat binar matamu yang indah, tak bisa terungkapkan dengan kata-kata apapun. 2.8 kg dengan panjang 47 cm, kau memang sungguh mungil dan menggemaskan, dan sejak hari itu sungguh kau telah menyempurnakanku.

Mayda Hanifa Setianingtyas... sederetan doa dan pengharapan menyertai kehadiranmu, jadilah kau cantik paras dan hatimu, jadilah kau teguh menjaga iman, pendirian, kebenaran dan kebaikan dan setialah pada Tuhan dan agamamu.


Gadis Hujanku

Kini sudah hampir 13 bulan kau menemaniku dari mulai ku membuka mata hingga kembali kututup mata. Kau tumbuh dengan baik dan cepat. Sekarang kau sudah mampu bernyanyi riang sambil bertepuk tangan, merangkak mengikutiku ketika aku keluar kamar dan berceloteh riang, dan sesekali mulai memamerkan langkah-langkah kecilmu. Sungguh senyum, tawa dan tingkah polahmu adalah penawar untuk segala rasa lelah dan galau, meski terkadang kau juga rewel dan menangis hingga membuatku kepayahan mengatasinya, namun itu semua membuatku sadar bahwa menjadi ibu itu tidak hanya melulu soal senangnya punya anak.. ada konsekuensi yang harus dijalani di balik sebuah label bernama IBU.. kesabaran, kesabaran, kesabaran.. yah, bukan Ibu yang sebenarnya kalo belum punya stok sabar yang banyak, dan aku masih belajar. Menjadi ibu butuh mental yang luar biasa yang terkadang kita mengira telah siap dengan mental yang kita punya, tapi Tuhan lebih tahu sesiap apakah kita. Dengan hadirmu aku menjadi mengerti mengapa baru sekarang Tuhan mempercayakanmu padaku. So buat teman-teman yang sampai sekarang masih menanti momongan yang tak kunjung datang, jangan bersedih, teruslah berusaha, persiapkan mentalmu karena akan banyak hal-hal tak terduga ketika kau sudah menjadi seorang Ibu. Ketika Tuhan belum mempercayakan seorang anak kepadamu yakinlah bahwa Ia tahu seberapa siap dirimu, dan semua kan indah pada waktunya.

5 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Love this story so...
    makes me cry.... :')

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. hik hik hik.. :) makasih lo mbak sudah mampir

      Delete
  3. MasyaAllah huhuhu rembes. Aku membayangkan prosesnya Bun. Semoga diringankan segalanya dan lancarkan persalinan ku aamiin. Bunriritsehat selalu sekeluarga aamiin.

    ReplyDelete