header marita’s palace

Jurnal Syukur #4: Belajar Kembali tentang Komunikasi Efektif

jurnal syukur sekolah ibu komunikasi efektif


Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Ada yang sudah kenal dengan ustazah Mia Inayati Rachmania? Selain seorang ibu rumah tangga dan menjadi pendakwah, beliau merupakan direktur Sekolah Alam Ar Ridho. Satu hal yang selalu membuatku kagum dengan ustazah Mia adalah beliau memiliki 7 orang putra dan 4 orang putri. Yes, 11 anak… dan dari wajahnya tidak pernah ada gurat kesusahan, selalu senyum dan ceria. Aku masih ingat beliau pernah bilang “jangan dikira semakin banyak anak itu semakin pusing lo, nggak… insya Allah semakin gampang.” Masya Allah. 


profil mia inayati rachmania


Apa hubungannya ustazah Mia dengan postinganku kali ini? Ada dong… Setelah di hari sebelumnya, ustazah Aisyah Dachlan telah berhasil menghentakkan kalbu para peserta Sehari bersama Quran, ustazah Mia Inayati Rachmania membuat peserta yang menghadiri hari pertama Sekolah Ibu Sendangmulyo pada hari Senin, 21 Mei 2018 mereview cara komunikasinya terhadap suami dan anak-anak. Sebuah materi yang tak pernah habis dibahas, baik dalam urusan rumah tangga atau pun parenting. Bahkan untuk urusan sosial alias hubungannya dengan orang lain, komunikasi juga bisa menjadi masalah jika tidak dilakukan dengan benar.

Itulah kenapa kini kesadaran masyarakat untuk belajar mengenai komunikasi efektif semakin tinggi. Karena komunikasi yang rusak bisa menjadi awal kehancuran lainnya; hubungan bertetangga, perceraian dan buntunya hubungan orangtua dan anak. Sebelum panjang lebar aku mau mengajak teman-teman melihat video yang pada waktu acara hari Senin, 21 Mei 2018 lalu ingin diperlihatkan oleh ustazah Mia, namun entah kenapa gagal dimainkan:



Sudah pernah lihat video tersebut sebelumnya? Nah, itu sekilas contoh lucu bin nganyelke sebuah komunikasi yang tidak berjalan semestinya. Kacau juga ya kalau begitu? Hehe. That’s why sebelum mulai belajar hal-hal tentang komunikasi efektif, pertama kita musti paham dulu tujuan dari berkomunikasi. Apa hayo? 

At least ada dua tujuannya; supaya pesan kita sampai pada orang yang kita ajak bicara dan agar kita mampu mempengaruhi orang lain, atau agar orang merespon pembicaraan kita sesuai dengan apa yang kita maksudkan. 


10 Prinsip Komunikasi Efektif

Agar sebuah komunikasi bisa efektif, maka kita harus memegang 10 prinsip berikut ini:

10 prinsip komunikasi efektif


1. Mengetahui ragam komunikasi.

Ragam komunikasi ada bahasa lisan dan non lisan. Tidak semua orang mampu menyampaikan ide mereka dengan baik secara lisan, namun melalui tulisan atau bahkan gestur tubuh, maka kita harus paham itu.

2. Mencoba empati.

Saat sedang proses berkomunikasi kita harus bisa memposisikan diri pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami lawan bicara kita, entah itu pasangan, anak atau rekan kita. Bisa jadi mereka sedang memiliki situasi dan kondisi yang berbeda dengan kita. Kalau kita tak memahami ini, bisa jadi ada miskomunikasi. Misal kita mengajak ngobrol anak tentang acara  pentas di sekolahnya, tapi ternyata anak merespon dengan kasar. Kalau kita langsung tersinggung tanpa memahami ada apa di balik sikap anak kita tersebut, bisa jadi masalah akan membesar. Kita bisa menganggap anak kurang ajar. Padahal kalau kita mau menggali lebih dalam ternyata anak sedang merasa kecewa karena di sekolah bertikai dengan temannya. Saat kita memahami kondisi anak, kita jadi bisa lebih bijak dalam menyikapi perilaku kasarnya. Membiarkan dia tenang dulu baru kita ajak bicara kembali.

3. Fleksibel. 

Maksudnya kita harus bisa menyeimbangkan antara gaya komunikasi dengan suasana yang sedang kita hadapi. Misal lawan bicara kita orangnya serius, maka kita nggak mungkin memakai gaya komunikasi yang slengekan. Atau gaya bicara saat menasehati anak atau membacakan cerita anak pastinya juga berbeda kan? Tujuan dari penyesuaian gaya komunikasi agar tujuan dan maksud kita tercapai.

suasana Sekolah Ibu Sendangmulyo di Masjid Al Fatah hari pertama
suasana Sekolah Ibu Sendangmulyo di Masjid Al Fatah hari pertama


4. Memahami bahasa non verbal. 

Di bagian pertama prinsip komunikasi efektif telah disampaikan jika kita harus mengetahui bahwa ragam komunikasi tidak hanya bahasa verbal/ lisan. Ada juga yang dinamakan bahasa verbal. Kita perlu memahami ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Sebelum mengajak seseorang bicara, lihat dulu ekspresi dan gesture tubuhnya apakah sedang gembira,sedang marah,sedang sedih,sedang kecewa dll. 

Makanya ke anak-anak penting banget untuk mengenalkan macam-macam emosi, agar mereka bisa menamai emosi di dalam diri mereka dan bagaimana mengatasinya. Anak-anak yang tidak diajarkan mengenal emosi akan mudah tantrum karena tidak tahu bagaimana menghadapi apa yang dirasakannya.

Mengenai bahasa non verbal, buat teman-teman yang pernah membaca postinganku tentang komunikasi produktif mungkin masih ingat tentang rumus 7-38-55. Bahwa dalam proses komunikasi, kekuatan suara bisa mempengaruhi keberhasilan komunikasi hanya 7%, sedangkan 38% dipengaruhi intonasi dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh/ gesture. Makanya anak akan bisa merasakan lo kalau ibunya sedang marah, daripada kena omel duluan, mending mumpet di kamar deh, hehe.

5. Menjadi pendengar yang baik.

Komunikasi yang baik itu terjadi secara dua arah. Oleh karenanya kita jangan menguasai terlalu banyak pembicaraan, namun kita juga harus mau mendengar apa yang disampaikan oleh lawan bicara. Jika kita mampu menempatkan diri kapan bicara dan kapan menjadi pendengar, insya Allah tidak akan tuh komunikasi searah.

6. Hilangkan sekat psikologi.

Siapa yang sering merasa sungkan bicara dengan suami, belum-belum udah takut duluan atau merasa tidak didengar? Atau siapa yang sering merasa bingung memulai pembicaraan dengan anak, takut nggak nyambung atau nggak direspon?  Yang masih merasa seperti itu, maka wajib ingat dan memegang prinsip komunikasi no 6 ini. Jangan sungkan bicara pada pasangan,  turunkan posisi kita sebagai orangtua ke level teman ketika ingin memulai ngobrol dengan anak. Semua itu agar tidak terjadi sekat psikologis yang akan menghilangkan kehangatan komunikasi di dalam keluarga.

bu Mia menyampaikan materinya


7. Gunakan kalimat yang menyenangkan.

Kita pun kalau diajak ngobrol sama orang pengennya mendengar yang baik, menyenangkan, kata-kata yang lembut kan? Begitu juga orang lain. Maka dalam komunikasi, sejengkel atau sekecewa apapun perasaan kita saat itu, hindari menggunakan kalimat  dan gaya bahasa yang menyinggung perasaan dan menyakiti  orang lain. Ingat doa orang terzalimi itu bisa diijabah oleh Allah lo. Coba kalau kita nggak sengaja menyakiti orang lain sampai dia benar-benar sakit hati, lalu orang itu berdoa agar keluarga kita berantakan, waah… bisa berabe kan? Hati-hati ya pals, mulutmu harimaumu!

8. Sampaikan pesan dengan bijak.

Sesuatu yang disampaikan dengan penuh amarah, intonasi yang cepat biasanya tidak akan tersampaikan dengan baik. Oleh karenanya sampaikan pesan dengan lembut dan bijak. Apalagi saat ngobrol dengan anak atau suami, ingat bukan atasan dan bawahan, we’re family!

9. Gunakan media yang tepat.

Untuk hal yang serius dan membutuhkan respon yang cepat, akan lebih tepat jika berbicara secara langsung, tidak melalui handphone. Kalaupun secara teknis harus menggunakan handphone, hindari berdialog dengan email atau tulisan, pilihlah panggilan suara. Karena biasanya bahasa tulisan bisa diartikan lain oleh pembacanya. Daripada terjadi salah tangkap, mending ngomong langsung saja.

10. Pilih waktu dan suasana yang tepat.

Dibutuhkan kepandaian memilih waktu dan suasana yang tepat, terutama bila kita ingin membicarakan masalah yang rumit. Misal kita dihadapkan pada sebuah kondisi di mana anak kita tiba-tiba ngamuk dan mogok sekolah. Saat suami pulang ke rumah, jangan langsung kita berondong dengan A – Z karena suami pasti sedang capek. Biarkan suami istirahat dulu, mandi, minum teh dan mengisi perut kosongnya, baru kalau suasana hatinya sudah baik, kita ajak membicarakan masalah tersebut. Seringkali pertikaian dalam rumah tangga terjadi karena suami istri membicarakan masalah rumit di waktu yang kurang tepat.

6 Kendala Komunikasi

Jika hingga hari ini kok kayanya kita masih kesusahan berkomunikasi dengan suami, anak atau tetangga, mungkin karena ada enam kendala berikut ini yang sedang kita hadapi:

kendala komunikasi efektif


1. Perbedaan status

Perbedaan sosial dan lingkungan tempat tinggal bisa mempengaruhi gaya komunikasi seseorang, begitu juga tingkat pendidikannya. Maka kita harus mengetahui dulu latar belakang lawan bicara kita agar mudah memahami dan tidak tersinggung. 

2. Gagal memahami makna kata

Ada beberapa kata yang bermakna ambigu, atau memiliki persepsi yang berbeda. Penggunaan jenis kata seperti ini di dalam alur komunikasi bisa menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.

3. Perbedaan budaya

Budaya sekitar juga biasanya berpengaruh pada sifat dan cara komunikasi orang tersebut, misal orang Surabaya terkenal blak-blakan, sedang orang Solo terkenal sangat halus dan hati-hati. Jika dua budaya ini bertemu dan tak saling memahami bisa jadi akan lahir kesalahpahaman.

4. Gangguan fisik

Orang dengan gangguan fisik misal ada gangguan di mulutnya bisa menyebabkan ia berbicara kurang jelas atau cedal. Agar komunikasi berjalan lancar, kita harus memahami gangguan fisik lawan bicara kita. Jika masih belum bisa mengerti, mungkin kita bisa meminta tolong pada seseorang untuk menjadi perantara.

5. Pilihan komunikasi

Ada orang yang ketika masalahnya serius pengennya ngobrol secara langsung, tapi ada yang lebih suka menuliskannya lewat surat. Nah, kalau suami istri nggak saling paham kebiasaan pasangannya masing-masing, bisa berabe!

6. Tidak ada tanggapan

Paling jengkel kan ya kalau kita lagi ngobrol tapi nggak ada tanggapan. Atau mungkin direspon dengan “terserah”, iih gemes pasti ya? Jika kita berada di posisi ini, mungkin kita perlu mengevaluasi apakah cara komunikasi kita sudah menggunakan 10 prinsip komunikasi yang sudah disebutkan di atas.

ciri komunikasi yang saling menjauh


Hati-hati pals, jika enam kendala komunikasi ini tidak segera teratasi, bisa jadi akan ada sekat yang membatasi antara kita dan lawan bicara. Tanda-tanda komunikasi sudah saling menjauh yaitu ketika kita saling mengkritik, saling mencela, membangun benteng dan saling menyalahkan. Ayo coba cek kondisi rumah kita masing-masing, apakah empat hal itu kita temui di dalam rumah? Jika ya, ayo segera perbaiki keadaannya agar tidak semakin menjadi.

Mengatasi Kebuntuan Komunikasi

Kalau suami istri sudah tidak lagi saling nyaman berbicara, ketika anak dan orangtua tidak lagi bisa saling memahami, kayanya kita perlu mencoba melakukan empat langkah besar ini:

solusi mengatasi kebuntuan komunikasi

Satu, bongkar!

Jangan diamkan kebuntuan komunikasi. Jangan merasa kondisi tenang tanpa pertikaian itu sebuah hal yang bagus, apalagi jika tenangnya bukan karena saling nyaman namun saling menghindari. Segera bongkar masalahnya agar tidak semakin berkepanjangan. Cabut penyakitnya agar tidak semakin menahun. Duduk berdua dengan pasangan untuk menemukan solusi. Atau duduk melingkar dengan anak-anak untuk saling memahami keinginan satu sama lain. Jika dirasa membutuhkan bantuan, temui ahlinya; apakah itu psikolog atau konsultan keluarga yang bisa menengahi dan membantu mencari solusi atas masalah kita.

Dua, bangun relasi positif tanpa sekat.

Suami dan istri seharusnya bisa menjadi  sahabat sehingga bisa saling menyampaikan maksud hati dengan nyaman, tanpa takut dan sungkan. Begitu juga orangtua kepada anak, jadilah sahabat yang asyik untuk anak sehingga anak merasa nyaman ngobrol apa saja kepada kita.

Tiga, minta maaf, buka hati dan pikiran.

Jangan takut meminta maaf untuk memperbaiki sebuah hubungan. Jangan merasa karena kita orang yang lebih tua, lalu enggan meminta maaf kepada anak, lakukanlah jika memang kita melakukan kesalahan. Bahkan sekalipun kita tidak melakukan kesalahan, meminta maaf bukanlah tanda sebuah kekalahan, justru bisa menjadi perekat sebuah hubungan.

Empat, kekuatan pelukan dan sentuhan.

Jika benteng sudah terlalu tinggi terbangun di antara kita dan suami atau anak, tidak perlu banyak bicara, peluk mereka, tunjukkan kalau kita menyayangi mereka. Ketika seseorang dipeluk, hormon oksitosin akan muncul. Hormon tersebut mampu membuat jantung dan pikiran menjadi tenang dan sehat. 



Ketika anak atau suami marah, tidak perlu banyak bicara, sentuh mereka – elus rambut,  tepuk pundaknya. Karena saat saling menyentuh dan berpelukan, neuro transmitter di otak juga akan mengirim hormon endomorfin ke aliran darah yang bisa menurunkan ketegangan syaraf dan tekanan darah, perlahan insya Allah marah mereka pun bisa hilang.


Wah, ternyata ngobrolin komunikasi saja bisa sepanjang ini ya? Alhamdulillah kita bisa belajar cara komunikasi yang efektif, semoga dengan bekal informasi yang kita dapat ini, proses berkomunikasi kita dengan suami, anak ataupun teman-teman ke depannya bisa semakin baik  ya, pals.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.


"Diikutkan dalam May's Challenge: Gratitude Journal Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang."

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com