header marita’s palace

7 Kelas yang Kuikuti Selama #DiamDiRumah demi Meningkatkan Keterampilan Diri

Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Mungkin buat yang sehari-hari aktivitasnya lebih banyak di luar rumah, berada di dalam rumah terasa gabut dan membosankan. Namun buatku yang sebelum covid-19 sehari-harinya memang sudah di rumah saja, aktivitasku selama masa physical distancing tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya. Malah kalau kurasakan jauh lebih sibuk dari biasanya.


Kalau biasanya anak sedang sekolah, aku bisa mengerjakan orderan artikel. Sekarang tentu tidak… di jam-jam sekolah aku harus fokus menemani kakak belajar, mengerjakan tugas-tugas dan mengecek setoran hafalan sebelum setor ke ustazahnya. Baru setelah itu aku bisa mengerjakan beberapa tulisan. Hanya saja ada senangnya juga sih karena ada kakak di rumah, Affan jadi ada yang menemani main, hehe.

Sementara anak-anak main, selain mengerjakan tulisan, aku juga jadi bisa menambah pengetahuanku dengan mengikuti beberapa kelas online. Aku nggak begitu kalap ambil banyak kelas sih. Bukan hanya karena memang rada pemilih, aku juga nggak mau asal ikut kelas jika ternyata nantinya nggak bisa fokus ke dalamnya. Kebetulan sebelum adanya #diamdirumah pun aku sudah ada kelas online yang sampai hari ini masih berlangsung; Bunda Cekatan, jadi ya nggak gabut-gabut amat…

7 Kelas yang Kubutuhkan untuk Meningkatkan Keterampilan Hidup

Aku tipe orang yang lebih suka meninggikan gunung dan bukan meratakan lembah, maksudnya daripada fokus pada kelemahan diri sendiri dan buang-buang waktu mempelajari sesuatu hal yang tak aku sukai, ya lebih baik fokus belajar terkait hal-hal yang menarik buatku. Sekaligus bisa meningkatkan potensi dan kualitas diri.

Aku nggak tertarik menambah keterampilan baru sih pada masa #diamdirumah ini, hanya fokus pada hal-hal yang memang kubutuhkan dalam keseharian. Maka aku lebih tertarik mencari kelas-kelas terkait parenting, manajemen emosi, menulis dan blogging. Ahaa, ada satu yang agak out of the box sih… aku juga belajar tentang food preparation. Lebih lengkapnya, ini dia kelas-kelas yang kuikuti selama berada di rumah yang bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan hidup.

1. Empowering Innerchild & Self Care

Berkaitan dengan manajemen emosi, aku mengambil kelas Empowering Innerchild-nya Pak Asep Chaerul Ghani dan kelas Self-care nya mbak Farda. Dua kelas ini kuambil karena memang merasa belum khatam dengan urusan kesehatan jiwa terkait soal trauma masa lalu hingga memaafkan diri sendiri.

Masih terus berproses hingga mencapai titik aman. Namun rasanya belum juga mencapai titik aman. Memang secara teori terdengar mudah ya. Legawa, ikhlas dan menerima setiap ketentuan Allah. Namun pada prakteknya, tak sesederhana itu. Itulah kenapa aku merasa harus terus updating pengetahuanku terkait tema ini karena dengan terus mendapatkan materi-materi sejenis, saat dalam kondisi not okay jadi lebih mudah bangkit lagi.

Dari kelas Pak Asep, aku jadi lebih mendalami lagi tentang teknik mengelola innerchild. Nanti deh kapan-kapan aku bagikan materinya di postingan tersendiri. Kebetulan materi dan tanya jawabnya disampaikan dalam bentuk audio, jadi harus dengerin ulang dulu, hehe.

Sementara dari kelas self-care mbak Farda, teknik-teknik yang disampaikan fasil Bunda Sayangku ini menguatkan materi yang kudapat dari Pak Asep. Di sini aku belajar lebih dalam tentang menjalani setiap harinya dengan mindfulness. Kadang karena terlalu disibukkan dengan rutinitas, kita menjalani hidup secara asal dan serampangan. Tanpa sadar perlahan hidup pun mulai kehilangan makna. Kalau dibiarkan lama-lama kita pun bisa jadi kehilangan diri sendiri. Next, aku tulis secara lebih lengkap terkait hasil belajarku dengan mbak Farda ya. Insya Allah.

2. Quran Journaling

Sebenarnya ini bukan kelas online sih, tapi semacam komunitas dan sejak ramadhan komunitas ini mengadakan challenge untuk saling berbagi jurnal Quran yang disusun. Aku sadar diri di antara semua terapi self healing yang pernah kupelajari, menulis adalah terapi terbaik dan yang paling tepat untuk diriku. Releasing emosi negatif menjadi lebih pol setelah ditulis.

Untuk menyeimbangkannya, aku butuh mencatat jurnal harian seperti saat zaman sekolah dulu. Masalahnya memulai jurnal harian ternyata nggak mudah juga. Awalnya aku mau fokus pada bullet journaling. Selain untuk mulai merapikan tulisan tanganku, aku juga mau mengelola waktu agar lebih baik lagi. Namun ternyata aku merasa nggak cocok, hingga kemudian ketemu sama quran journaling dari mbak Dece alias Ibu Jerapah.

Aku merasa ini cara menarik untuk menguatkan keterampilanku dalam mengelola emosi. Seperti yang kita tahu bahwa Al Quran adalah obat hati terbaik. Dengan mulai rutin mencatat ayat-ayat yang kubaca dan menggali refleksi dari ayat tersebut, terasa lebih deep dan semakin connected terhadap Allah SWT. Jadinya mindfulness pun lebih terasah lagi. Dan Quran Journaling ini helpful banget untuk merapikan tulisanku. Diberitahu oleh Kak Dee Irum, ternyata merapikan tulisan tangan juga salah satu cara untuk memperbaiki kondisi jiwa agar lebih tertata.

3. Neuroscience Parenting

Saat ini aku termasuk pemilih dalam menentukan mentor di bidang parenting. Aku nggak mau tsunami informasi yang akhirnya jadi keblinger. Jadi ketika ada materi parenting baru, nggak serta merta tertarik untuk belajar lebih dalam.

Mengenal Neuroscience Parenting ini sudah sejak beberapa bulan lalu. Namun ketertarikanku mulai muncul semakin intense ketika Ustaz Budi di salah satu kajian onlinenya share video terkait neuroscience yang memang benar ada kaitannya dengan Al Quran.

Meski kelas Pak Amir Zuhdi ini kuikuti beberapa pekan sebelum Ustaz Budi membagikan video tersebut, aku benar-benar fokus belajar materi beliau setelah ada konfirmasi dari ustaz yang kupercaya bahwa materi ini aman untuk dipelajari.

Keterkaitan antara keajaiban otak dan pengasuhan ternyata sangat mengagumkan. Betapa sebenarnya Allah telah menurunkan banyak panduan untuk menjalani hidup, termasuk tata laksana pengasuhan. Dan panduan itu tak jauh-jauh, ada di dalam diri sendiri. Allah menciptakan otak manusia sebagai kontrol atas segala perilaku. Otak dan hati adalah dua hal yang harus terkait dan seimbang agar hidup bisa berjalan sesuai kehendakNya.

4. Mata Pena with Abah Ihsan

Selain kajian parenting bertema neuroscience dengan Amir Zuhdi, di masa pandemi ini aku juga bersyukur bisa murojaah belajar bersama Abah Ihsan melalui Mata Pena (Majelis Tsaqofah Pendidikan Anak). Mata Pena biasanya diadakan offline, sehari sebelum Abah menyelenggarakan PSPA di suatu kota.

Mata Pena ini kajian parenting khusus untuk para alumni PSPA, agar tetap terjaga silaturahimnya dengan sesama peserta dan sang guru. Namun karena kondisi yang sedang penuh keterbatasan, Mata Pena kali ini diadakan secara online lewat Zoom. Mengambil tema tentang mempersiapkan puasa untuk anak. Pas banget memang dengan yang kubutuhkan. Meski sudah pernah mendapat materi yang sama, namun nggak ada salahnya murojaah lagi.

Terutama karena dulu waktu belajar tema ini, kakak belum mulai puasa secara full. Sedangkan saat ini kakak sudah berusia 8 tahun dan mulai belajar puasa hingga maghrib. Jadi aku perlu menyiapkan kakak lebih serius daripada puasa sebelumnya. Tentu saja sebelum mempersiapkan si anak, aku juga perlu mempersiapkan diriku terlebih dahulu.

5. Food Preparation

Nah, ini rada out of the box karena urusan perdapuran belum menarik minatku hingga saat ini. Masak masih sekedar kebutuhan dan kewajiban, belum menjadi passion yang membuat mataku berbinar. Sebenarnya aku mulai serius belajar terkait food preparation bukan hanya karena pandemi, tapi juga karena aku nggak suka belanja ke pasar terlalu sering.

Ada atau tidak ada Tumbasin, aplikasi belanja online, aku lebih senang belanja seminggu sekali daripada harus belanja per harinya. Sebelum belajar tentang food preparation, aku asal aja menyimpan bahan belanjaan, yang mengakibatkan banyak bahan busuk sebelum dimasak. Dengan belajar food preparation yang benar, aku jadi bisa tahu bagaimana cara menyimpan ayam, sayuran dan rempah-rempah yang tepat.

Bahan masakan tetap aman hingga seminggu bahkan bisa lebih. Aku pun tak perlu repot lagi tiap hari. Masak cukup 30-60 menit setiap hari. Waktuku jadi bisa kupakai untuk urusan lain yang lebih bisa membuatku berbinar.

6. Copy Writing

Awalnya aku belajar materi ini dari pelatihan yang diadakan RCIP (Resource Center Ibu Profesional) untuk para manajer media komunikasi di semua komponen Ibu Profesional. Pemateri saat itu adalah Mbak Azmi yang sudah malang melintang di dunia copy writing. Selain sharing materi dengan sangat asyik, saat itu mbak Azmi juga membagikan 5 voucher gratis kelas copy writing di Skills Academy.

Tentu saja nggak aku sia-siakan dong kesempatan tersebut. Alhamdulillah masih rezeki untuk mendapat voucher belajar gratis di Skills Academy. Bermanfaat banget deh materinya. Udah kutulis juga lo di blog. Sampai tiga artikel malah. Sudah baca belum?

7. SEO Class for Beginners

Selain copy writing, untuk menunjang keterampilanku sebagai blogger, aku juga belajar tentang SEO lagi dan lagi. Nggak sekali saja sih aku belajar tema SEO ini. Aku belajar dari beberapa nama. Belajar dari Mbak Vicky Laurentina lewat IG story dan IG live-nya. Juga belajar dari Blogger Jakarta lewat google meeting. Lalu sempat juga belajar dengan mbak Rahmah Chemist di kelas khusus manajer media komunikasi yang diselenggarakan oleh RCIP.

Itulah 7 kelas yang kuikuti di sela-sela aktivitas harianku selama #diamdirumah karena covid-19. Semoga saja ilmu yang kuperoleh dari kelas-kelas tersebut bisa kuamalkan dan bermanfaat ya, pals. Sampai jumpa besok!

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. wah mba luar biasaaaa, memanfaatkan waktu dgn baik, saya ga ikut kelas apa2 tapi lg belajar hobby baru sajai motret sama bangun konten youtube, menarik sekali kelasnya terutama parenting.

    ReplyDelete