header marita’s palace

Bermain Lato-lato untuk Anak, Yes or No?

bermain lato-lato untuk anak
Thak-thek, thak-thek… mungkin suara itu makin sering kita dengar akhir-akhir ini. Yup, lato-lato mulai naik lagi ke permukaan. Entah dimulai dari mana. Denger-denger sih viral karena TikTok.

Namun sebenarnya oke nggak sih bermain lato-lato untuk anak-anak? Sohib kongkow gimana nih, mengizinkan anak-anaknya mainan sepasang bola yang diikatkan pada seutas tali ini nggak sih?

Kalau aku sendiri sih, so far anak-anakku belum terkena demam lato-lato. Di pemukimanku juga nggak banyak kudengar suara thak-thek menggema.

Hanya saja aku memang sudah sempat melihat penjual lato-lato sejak liburan lalu. Sengaja sih nggak menawari anak-anak juga. Pikirku, kalau nanti mereka tertarik, baru deh akan kubelikan.

Meski sebenarnya was-was juga kalau sampai kepengen, soalnya kontrol diri si adik masih kurang oke. Takutnya malah melukai diri sendiri atau orang lain.

Kalau soal harga sih cukup terjangkau ya. Hanya kisaran Rp8.000 - Rp12.000. Terbuat dari material plastik, harusnya sih awet ya.

Namun kalau digunakannya semrawut, ya bisa jadi cepat lepas dari tali pengikatnya tuh, hehe.

Sejarah Lato-lato

Ngomongin lato-lato, sebenarnya ini bukanlah permainan yang benar-benar baru. Permainan ini sudah ada sejak tahun 1990an.

Hmm, aku sih lupa-lupa ingat apakah pada zamannya aku pernah demam mainan ini juga. Berusaha mengingat, tapi kok nggak kutemukan memori itu. Meski waktu lihat bendanya ya merasa nggak asing sih.

Usut punya usut, Lato-lato ini bukanlah permainan asli dari Indonesia. Mainan ini sudah ditemukan di Amerika Serikat sejak tahun 1960an.

Di negara asalnya sono, Lato-lato disebut dengan clackers, ker-bangers, knockers, clankers ataupun click-clacks. Semua nama itu mengacu pada suara yang dihasilkan mainan tersebut; klak-klak.

Makanya kalau zaman dulu di Jawa, mainan ini sering juga disebut dengan tek-tek. Karena memang bunyi bola yang beradu akan menghasilkan suara demikian.

Konon, mainan sederhana ini berbentuk seperti ‘bolas’, Sebuah senjata yang digunakan untuk berburu oleh Gaucho, alias penduduk di Pampas, Gran Chaco dan Patagonia, Amerika Selatan.

Clackers alias Lato-lato di negara asalnya sengaja dibuat sebagai alat untuk melatih koordinasi tangan dan mata. Tujuannya agar bisa berburu dengan benar.

Meski begitu, permainan ini juga menuai pro kontra di zamannya. Bahkan FDA pernah melarang permainan ini beredar pada tahun 1966.

Hal itu dikarenakan Clackers dulunya dibuat dari bahan tempered glass alias kaca yang mudah pecah. Bayangin aja kalau anak-anak mainan, eh terus pecah. Bahaya dong serpihannya bisa masuk mata dan melukai bagian tubuhnya. Ngeri deh.

Makanya kemudian di tahun 1970an, Clackers diproduksi kembali menggunakan bahan plastik yang lebih aman. Saking femesnya permainan ini, pada Agustus 1971 sampai digelar kejuaraan dunianya lo. Acara yang berlangsung di Desa Calninatello, Italia, tersebut tercatat di harian berita New York Times.

Menurut referensi yang aku baca, ada sumber mengatakan lato-lato masuk ke Indonesia sejak awal mainan ini ngetren di negara asalnya, yaitu tahun 1960an. Namun referensi lainnya mengatakan kalau lato-lato baru masuk ke negara kita di tahun 1990an.

Manakah yang benar? Entahlah. Hanya orang-orang pada zamannya yang bisa menjawab kebenaran tersebut, hehe.

Asal kata lato-lato sendiri sebenarnya diambil dari bahasa Bugis. Kemudian lebih dikenal sebagai Katto-katto di Makasar. Sementara di Jawa dikenal sebagai Tek-tek sebagaimana yang aku ceritakan sebelumnya.

Btw, temen kongkow waktu kecil main lato-lato juga kah? Di tempat kalian dikenal dengan nama apa nih?

Cara Bermain Lato-lato

Sebenarnya secara teori, bermain lato-lato nggak susah-susah amat kok. Hanya saja kalau belum terbiasa memang terlihat susah.

Sohib kongkow penasaran gimana mainnya? Cek langkah-langkahnya dulu di bawah ini:
  1. Posisikan kedua bola secara seimbang.
  2. Tali lato-lato bagian tengah dijepit di bagian jari. Ada yang lebih nyaman menggunakan jari tengah, ada pula yang lebih suka menggunakan jari telunjuk.
  3. Gerakkan tangan ke atas dan ke bawah hingga bola lato-lato saling memantul dan mengeluarkan bunyi khasnya.
Apabila sudah menemukan teknik dan ritme yang pas, kalian bisa menghasilkan beragam gerakan dan bunyi yang diinginkan. Cukup seru ya?

Manfaat Bermain Lato-lato untuk Anak

Meski sederhana, ternyata lato-lato cukup ampuh untuk membuat anak-anak lupa dengan gadget lo. Makanya nggak sedikit orang tua yang dengan senang hati membelikan lato-lato ke anak-anak, karena efeknya bisa bikin anak teralihkan dari gadget.

Selain bisa jadi alternatif mainan non gadget, lato-lato juga memiliki sederet manfaat berikut:
  • Anak-anak bisa meningkat kepercayaan dirinya, terutama buat mereka yang berhasil menemukan teknik dan irama tersendiri. Wah, langsung dipamerin ke temen-temen dan berubah jadi Lato-lato coach dalam sekejap, hehe.
  • Permainan ini juga melatih motorik dasar anak.
  • Meski terkesan sederhana, mainan ini membutuhkan kesabaran dan ketenangan pikiran. Jadi kalau ada anaknya yang nggak sabaran, coba deh belikan mainan ini buat melatih sabarnya.
  • Melatih koordinasi mata dan tangan, alhasil tubuh pun menjadi lebih seimbang.

Sisi Buruk Lato-lato

Walau mainan ini punya beberapa manfaat, tapi mudharatnya juga nggak sedikit lo. Utamanya sih soal keselamatan pemain lato-lato.

Berbeda dengan lato-lato yang dijual di negara asalnya, mainan sederhana ini terbuat dari plastik yang sifatnya empuk dan tidak menyakitkan ketika terkena bagian tubuh. Di pasaran Indonesia, lato-lato dibuat dari material plastik yang keras.

Bisa dibayangkan dong kalau anak-anak memainkannya terlalu kencang, terus bolanya mengenai mata atau bagian tubuh lainnya? Duh, pasti sakit banget.

Apalagi kalau sampai kena orang lain, alamat bisa rame kan? Bukan cuma anak-anaknya yang rame, orang tuanya pun jadi ikut rame, hehe.

Bahkan nggak sedikit yang membagikan foto akibat bermain lato-lato. Ada yang matanya terluka sampai diperban. Hmm, bahaya kan?

Selain berbahaya, menurutku suara lato-lato kalau nggak tahu waktu ya berisik juga ya? Bayangkan kalau ada segerombolan anak main lato-lato, thak-thek berulang kali, di jam-jam kerja atau belajar, kan ya mengganggu dong.

Adab saat Bermain Lato-lato

That’s why menurutku, anak-anak perlu diberikan beberapa batasan apabila mau bermain lato-lato. Berhubung anakku belum kena demam lato-lato, jadi batasan ini baru ada dalam bayanganku sih, hehe.

Maksudnya belum benar-benar kuterapkan. Namun jika hari ini atau besok tiba-tiba anak-anak minta dibelikan lato-lato, maka mereka harus menyepakati beberapa hal berikut:
  • Hanya bermain lato-lato dalam pendampingan ayah atau bunda.
  • Waktu bermain hanya 15 menit. Jika ketahuan mainan di luar jam yang sudah disepakati, lato-lato akan disita.
  • Tidak boleh dibawa ke sekolah. Btw, sekolahannya anak-anakku memang melarang membawa mainan apapun sih. Jadi aman, hehe.
  • Harus bermain dengan aman. Tidak boleh sampai melukai diri sendiri atau orang lain.
Nah, setelah mengetahui seluk-beluk mainan bola sederhana ini, apakah temen kongkow setuju bermain lato-lato untuk anak? Yes or no nih? Share jawaban dan alasannya di kolom komentar ya!

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com