Bayangkan… sebuah pagi di sekolah saat aku baru saja menginjakkan kaki di gerbang, grup WhatsApp tim media sudah ramai. “Bu, hari ini jangan lupa yaa… ada dokumentasi Cooking Class di PAUD jam 08.30.” Belum juga sempat menyentuh kopi, aku harus bersiap dengan kamera, tripod, dan catatan rundown.
Apakah berhenti sampai di situ? Ooh, tentu tidak! Siangnya, tugas mengedit video reels untuk unggahan media sosial sudah menanti, masih harus lanjut revisi artikel kegiatan sekolah.
Saat otak berusaha fokus menyelesaikan tugas tersebut, sebuah notifikasi pesan masuk. “Bu, tolong turun ke ruang rapat ya, mau diskusi untuk proyek film Hari Guru.” Tak berselang lama, sebuah panggilan masuk dari atasanku, “Bu, modul untuk kegiatan Konten Kreator Cilik sudah siap? Saya mau cek dulu ya akhir pekan ini.”
Malamnya, apakah sudah usai semua kerungsingan ini? Hoho, tentu saja masih ada to do list untuk bikin report harian, menyusun RAB tim, dan unggah konten kiriman dari para guru.
Ya, begitulah rutinitas sehari-hari yang akrab bagiku, sebagai koordinator tim media di sebuah institusi pendidikan. Sebuah dunia yang bergerak cepat, serba mendadak, tapi penuh makna.
Di tengah tantangan multitasking itu, ide-ide yang datang tak boleh tertunda. Ada masanya aku merasa otakku penuh. Ingin melakukan ini dan itu, tapi bingung mana dulu yang harus kusentuh.
Tak jarang malah kemudian jadi writer’s block saking pengennya semua dikerjain. Bikin script konten mandheg di tengah jalan, drafting blog nggak kelar sampai ending, ngedit video pun nggak tuntas.
Di sanalah kemudian aku menyadari sebuah hal penting: aku butuh “partner kerja” yang bukan hanya kencang, tapi juga paham irama kerja kreatif yang unik dan bisa membantuku menyederhanakan isi otakku yang seringkali terlampau penuh.
Multiperan, Multitugas, dan Minim Waktu: Realita Kreator Edukasi
Sebagai blogger dan konten kreator yang juga menjadi bagian dari tim media di sekolah Islam, aku tidak hanya menulis. Setiap hari bisa berganti peran: jadi fotografer dadakan, editor video kilat, social media strategist, hingga copywriter untuk brosur SPMB.
Belum lagi aku masih harus ngedraft postingan untuk blog pribadi. Juga mikirin konten untuk media sosial personalku.
“Mbak, sudah siapkah untuk share materi? Temen-temen sudah menunggu nih di Zoom,” sapaan itu tak jarang juga kuterima di beberapa malamku. Nggak bisa kupungkiri sebagai salah satu founder komunitas blogger pemula, aku punya tanggung jawab untuk menjaga nyala semangat para penghuni grup. At least, sebulan sekali kucoba untuk sempatkan waktu menyapa mereka.
Dalam ritme kerja seperti ini, bukan hanya skill yang diuji, tapi juga perangkat kerja. Laptop yang lemot saat membuka CapCut, jelas bisa bikin hilang mood. Baterai cepat habis padahal harus pindah dari ruang kelas ke lapangan, tentu saja bikin panik.
File presentasi ngelag saat rapat daring? Fatal. Lagi sharing materi di sesi webinar, eh tayangannya macet? Maluuu dong.
Belum lagi kudu nenteng laptop jadul yang beratnya minta ampun, sedang aku seringkali harus berpindah dari sekolah ke ruang-ruang pelatihan di luar kantor. Usia yang sudah mulai merangkak ke kepala 4, jelas ngos-ngosan. Punggung dan pundak pun tak bisa berbohong, mulai lelah menopang beban berat.
Pernahkah temen-temen kongkow merasakan kondisi seperti itu? Di sinilah aku merasa sebuah laptop ideal bukan lagi sekadar alat, tapi rekan kerja. Nah, kalau temen-temen kongkow ada di posisiku, laptop seperti apa yang bakal kamu pinang sebagai teman perjuangan, pals?
Zenbook S14 OLED: Ketika Laptop Bekerja Seperti Teman Seperjuangan
Hingga beberapa pekan lalu, sebuah iklan ASUS Zenbook S14 OLED nggak sengaja lewat di beranda YouTube saat aku sedang upload konten di YouTube. Aku langsung jatuh cinta melihat visual iklan yang ciamik banget itu.
Namun aku nggak mau jatuh cinta seperti remaja yang pakai kaca mata kuda dong. Aku segera tancap gas untuk cari tahu lebih banyak tentang laptop tersebut.
Ternyata oh ternyata, ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) merupakan salah satu laptop AI dengan performa NPU 45+ TOPS. Sebuah informasi yang melekat dalam ingatanku tentang laptop ini;
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) sangat cocok untuk menjalankan aplikasi-aplikasi modern yang sudah mendukung teknologi AI. ASUS Zenbook S14 (UX5406SA) sudah diperkuat oleh Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang memiliki 8 core dan 8 thread. Prosesor tersebut dilengkapi dengan Intel® Arc™ Graphics serta chip AI berbasis Intel® AI Boost NPU dengan kecepatan hingga 47 TOPS.
Sounds interesting! Tapi, makanan apa pula NPU itu? Segeralah aku tanya-tanya ke suamiku yang programmer. Pastinya dia lebih update dong tentang hal-hal beginian.
Mengenal NPU dalam ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA)
Dari obrolanku dengan suami, aku bisa sedikit menyimpulkan apa itu NPU dan bagaimana fitur ini bisa membantu kinerjaku dengan lebih optimal.
Apa Itu NPU?
NPU (Neural Processing Unit) adalah komponen tambahan pada prosesor modern selain CPU (Central Processing Unit) dan GPU (Graphics Processing Unit).
Komponen ini dirancang khusus untuk memproses tugas-tugas berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti background blur, penghapusan latar belakang otomatis, dan lainnya.
Fungsi & Manfaat NPU
Laptop yang sudah didukung dengan NPU seperti ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) akan punya banyak poin plus, antara lain mampu;
- Menjalankan proses AI secara efisien, tidak membebani CPU atau GPU.
- Menghemat daya baterai karena proses AI tidak dijalankan oleh CPU/GPU yang lebih boros.
- Meningkatkan performa laptop, terutama saat menggunakan aplikasi berbasis AI (contoh: CapCut, aplikasi ngedit, fitur background AI, dll).
Kenapa Harus 45+ TOPS?
TOPS (Trillion Operations Per Second) adalah satuan performa NPU. Menurut sumber dari ASUS yang dikutip dalam ‘dakwah’ suamiku, laptop yang cocok untuk dipakai sama pekerja kreatif sepertiku minimal ya yang 45 TOPS. Alasannya karena laptop dengan 45+ TOPS, artinya bisa dipakai untuk:
- Real-time AI processing (seperti live blur, efek kamera, dsb)
- Generative AI (contoh: membuat gambar, teks AI lokal)
- Menjaga efisiensi dan kinerja agar beban tidak dilempar ke CPU/GPU
Laptop yang baru didukung NPU < 45 TOPS dianggap kurang mumpuni untuk kebutuhan AI masa kini dan mendatang.
"Jadi ya mending kalau mau beli laptop baru, sekalian beli yang sudah didukung dengan NPU 45+ TOPS seperti ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA)," ucap suamiku.
Keunggulan Laptop ASUS Zenbook S14 OLED dengan NPU 45+ TOPS
Aku cuma manggut-manggut mendengarkan ‘dongengan’ suamiku tentang laptop ber-NPU 45+ TOPS. Masih mencoba mencerna pelan-pelan.
Namun saat suamiku menjelaskan itu semua, aku makin yakin: ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA) memang ‘teman seperjuangan’ yang aku cari.
1. Performa Komputasi Tinggi
Laptop incaranku, ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA), sudah menggunakan prosesor terbaru; Intel® Core™ Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang memiliki 8 core dan 8 thread. Desain SoC yang dimilikinya juga memungkinkan motherboard 27% lebih kecil, artinya efisiensi kinerjanya makin optimal.
Belum lagi laptop ini juga ditenagai RAM 32GB LPDDR5X dan dilengkapi storage 1TB SSD PCIe 4.0, dijamin super cepat dan responsif. Aku udah bisa bayangin gimana terbantunya aku bekerjasama dengan ‘teman’ yang punya spek secanggih ini.
Nggak bakal lagi tuh ada drama ngelag saat rendering, laptop tiba-tiba ngehang dan ngeblank, semua aplikasi tiba-tiba nutup. Saatnya ucapkan selamat tinggal untuk semua drama itu nggak sih, pals?
2. Tahan Lama
Laptop dengan NPU 45+ TOPS punya daya tahan baterai super panjang. At least 10–20 jam penggunaan normal.
Ya Allah, ini mah bener-bener yang aku butuhkan. Seringkali saat berpindah-pindah dari ruang kelas ke lapangan olahraga, lalu pindah lagi ke ruang rapat, aku suka lupa bawa charger laptopku.
Sedih banget ketika lagi fokus rapat, tiba-tiba laptopku udah kedip-kedip minta diisi daya. Sementara chargerku ada di ruang atas. Duh, mager banget deh harus bolak-bolak buat ambil charger.
Kalau udah punya ASUS Zenbook S14 OLED, aku nggak perlu puyeng lagi kalau chargerku ketinggalan di ruangan. Aku masih tetap bisa kelayapan dari satu tempat ke tempat lain, dan tetap bisa produktif. Bahkan dalam kondisi sibuk dari pagi sampai sore, aku nggak perlu buru-buru cari colokan.
Dengan adanya baterai berdaya 72Wh, sangat awet berkat efisiensi prosesor Intel Core Ultra. Hasil benchmark-nya; bisa dipakai sampai 18+ jam untuk kerja kantoran, dan 23+ jam saat idle. Cocok banget lah buat aku yang mobilitasnya cukup tinggi.
3. Bobot Ringan dan Portabel
ASUS Zenbook S14 OLED hadir bukan hanya sebagai perangkat, tapi sebagai “partner” yang ngerti banget kehidupan kreator yang multitugas dan serba cepat. Dengan desain super tipis (hanya 1,1 cm) dan bobot 1,2 kg, Zenbook ini benar-benar bisa masuk tas tanpa bikin pundak pegal. Cocok dibawa ke ruang guru, lapangan, bahkan saat liputan atau ikut pelatihan di luar sekolah.
4. Didukung dengan Fitur AI yang Bikin Kerja Lebih Manusiawi dan Efisien
Untuk urusan ngedit video sehari-hari, aku banyak menggunakan CapCut. Awal-awal aku pakai CapCut, aplikasi ini nggak consume RAM sebesar sekarang.
Saat ini CapCut terus melakukan updating, fitur-fitur AI nya makin lengkap, alhasil RAM 8GB yang tertanam di laptopku udah makin terseok-seok mengikuti perkembangannya. Nggak jarang dalam proses rendering, aku harus menutup semua aplikasi agar si CapCut bisa berjalan optimal.
Sedih banget nggak sih?
Nah, dengan ASUS Zenbook S14 OLED jelas kesedihan itu akan terobati, bahkan musnah seketika. Karena dengan adanya NPU hingga 47 TOPS, drama yang kualami saat menggunakan CapCut, tentunya bisa teratasi.
Selain no lagging, fitur-fitur AI pada CapCut akan berjalan lebih optimal dan makin smooth bersama NPU 47 TOPS yang ada pada Zenbook S14 OLED ini.
Nggak cuma itu, ada hal lain yang bikin aku makin jatuh cinta pada nih laptop. Apalagi kalau bukan karena hadirnya fitur AI Windows Copilot+.
Bayangkan, emak-emak yang udah mulai suka lupa nama file ini, lupa di mana letak simpannya. Namun aku ingat isi file itu. Cuzz, aku tinggal ketik deskripsinya di Recall, langsung deh muncul file yang aku butuhkan tersebut! Asyik kan?
Atau ketika harus bikin moodboard kegiatan sekolah tapi waktu mepet, tinggal corat-coret dan deskripsikan ideku, Cocreator di Paint bisa bantu wujudkan jadi visual awal. Ada juga Click to Do, yang otomatis bantu merespons email, bikin caption, atau menyusun summary dari hasil meeting daring.
Beneran deh, AI di Zenbook ini terasa bukan seperti fitur tambahan, tapi asisten kerja yang mengerti kapan aku butuh bantuan—tanpa mengurangi sisi manusiawi dalam berkarya.
Btw, AI di laptop ASUS ini bukan untuk menggantikan kreativitas ya, pals, tapi justru memberi ruang bagi kita untuk fokus pada ide-ide besar yang ada di otak — tanpa perlu tenggelam dalam kerja teknis yang menyita energi.
Nggak cuma itu, karena Zenbook S14 OLED sudah didukung 47 TOPS, laptop ini dijamin future-proof, karena akan kompatibel dengan banyak aplikasi AI masa depan. Contoh beberapa aplikasi berbasis AI lainnya:
- Omni Virtual Assistant : Asisten cerdas serbaguna dari ASUS yang memanfaatkan teknologi AI untuk membantu pengguna menyelesaikan berbagai tugas digital, mulai dari manajemen dokumen, pencarian informasi, hingga automasi pekerjaan harian — semua dalam satu platform yang terintegrasi.
- Story Cube : Aplikasi kreatif dari ASUS yang dirancang untuk penulis, konten kreator, dan pelajar, berfungsi sebagai generator ide cerita berbasis AI. Dengan fitur visual cube interaktif, pengguna bisa mengeksplorasi alur, karakter, dan tema untuk mengembangkan narasi mereka.
- ProArt Hub: Pusat kontrol profesional untuk kreator visual yang menggunakan lini produk ASUS ProArt. Menyediakan integrasi perangkat, kalibrasi warna, pengaturan performa, dan akses cepat ke software kreatif — semua dari satu dashboard yang intuitif.
- Muse 3 : Aplikasi inspirasi desain dan moodboarding dari ASUS untuk para desainer, arsitek, dan kreator. Menyediakan ribuan referensi visual, AI style transfer, serta tools untuk merancang dan mengatur proyek kreatif dalam satu ruang kerja digital.
Hal-hal Lain yang Membuatku Jatuh Cinta pada Zenbook S14 OLED
Selain performanya yang apik karena didukung NPU 47 TOPS, juga kepiawaiannya dalam menjalankan fitur-fitur AI, ada hal-hal yang tidak bisa ditampik telah mencuri hatiku.
1. Desain Tipis & Mewah
Laptop premium ini memang mengutamakan mobilitas tanpa mengorbankan performa. Namun bukan hanya performa dan mobilitasnya saja yang dipikirkan dengan matang, dari sisi desainnya pun dikonsep secara jelas, pun mewah:
- Material eksklusif berbahan Ceraluminum™ menghasilkan desain yang ringan, tapi kokoh, dan elegan.
- CNC milling memberikan desain presisi dan estetik, ditambah dengan grille geometris dan touchpad luas, mampu memberikan ruang kerja yang lebih optimal.
- Warna minimalis - Zumaia Gray & Scandinavian White - memberikan sentuhan modern nan elegan. Cocok untuk pekerja kreatif yang simple, tetapi tetap ingin terlihat bergaya.
- Sleeve dibuat dari bahan daur ulang (sertifikasi GRS), bukan hanya cantik tapi mendukung gaya hidup keberlanjutan.
2. Layar Visual Kelas Premium
The other important thing is layar ASUS Lumina OLED-nya juga juara. Gimana nggak?
Laptop Zenbook S14 OLED ini sudah dibekali layar sentuh ASUS Lumina OLED 14” 3K (2880x1800), dengan refresh rate 120Hz. Juga didukung oleh 100% DCI-P3, Pantone Validated, dan HDR True Black 500. Tentu saja warnanya akurat, punya kontras tinggi, dan tajam — pas banget untuk mengedit foto dokumentasi atau preview konten sebelum tayang.
Namun yang nggak kalah penting, layar laptop incaranku ini sudah dilengkapi dengan TÜV Rheinland Certified, yang artinya ramah di mata. Cocok buat mata empatku yang minusnya sudah mencapai 10 ini, sementara minimal aku harus menatap layar 8 - 10 jam dalam sehari.
Dengan adanya sertifikasi ini, aku nggak khawatir lagi mata cepat lelah, berair dan merah. Worry less banget lah meski harus berlama-lama di depan layar.
3. Audio Jernih dan Imersif
ASUS Zenbook S14 OLED ini dilengkapi dengan empat speaker bersertifikasi Harman Kardon, yang sudah didukung Dolby Atmos®.
Alhasil, suara yang dihasilkan sangat kaya meski desainnya tipis. Nggak hanya ideal untuk hiburan multimedia, tapi juga membantu banget saat sedang mereview konten-konten grande yang dibuat oleh anggota timku, seperti video cinematic, video profil, dan film pendek.
Speaker yang ciamik ini membuatku jadi lebih bisa merasakan feel dari konten yang dibuat.
Dari Blogger ke Prompt Engineer: Peluang yang Terbuka Lebar
Sebagai seorang blogger dan koordinator tim media sekolahan, aku tak hanya memandang teknologi sebagai alat bantu menulis atau mengedit konten semata. Kehadiran laptop bertenaga AI seperti ASUS Zenbook S14 OLED justru mengubah cara pandangku terhadap masa depan dunia kerja kreatif. Laptop ini bukan sekadar perangkat; ia menjadi "partner kerja" yang membuka pintu ke berbagai peluang baru.
Hari ini, ketika ekonomi sedang tidak baik-baik saja—harga kebutuhan pokok naik, lapangan kerja makin kompetitif, dan banyak perusahaan mulai beralih ke efisiensi digital—aku tahu bahwa mengandalkan satu pekerjaan utama saja bukan lagi pilihan yang aman. Apalagi, aku adalah seorang ibu dari dua anak yang masih kecil. Mereka butuh pendidikan terbaik, nutrisi yang cukup, dan ruang untuk tumbuh dengan bahagia. Semua itu membutuhkan kesiapan finansial yang lebih dari sekadar cukup.
Dalam kondisi seperti ini, aku merasa beruntung karena sudah akrab dengan dunia konten digital. Namun, aku juga sadar bahwa dunia ini terus bergerak maju, dan stagnan berarti tertinggal. Maka, aku mulai melirik berbagai peluang baru yang muncul seiring berkembangnya teknologi AI.
Kini banyak profesi baru bermunculan, seperti AI content planner, prompt engineer, AI marketing strategist, bahkan AI chatbot trainer. Dan menariknya, kemampuan dasar sebagai penulis atau blogger justru sangat relevan di bidang ini.
Sebagai blogger, aku sudah terbiasa menyusun narasi, memilih diksi, memahami audiens, dan merancang pesan yang tepat sasaran—kemampuan yang ternyata dibutuhkan untuk membuat prompt yang efektif bagi AI.
Laptop seperti Zenbook S14 OLED sangat membantuku untuk menjajaki peluang-peluang ini. Didukung dengan performa tinggi, kecerdasan AI bawaan, dan layar OLED yang nyaman untuk bekerja lama-lama, aku bisa menelusuri berbagai sumber, menjalankan tools berbasis AI, hingga bereksperimen dengan berbagai platform yang memanfaatkan prompt untuk menghasilkan desain, teks, atau strategi konten.
Dunia kerja kreatif sedang berubah besar-besaran, dan ASUS hadir bukan hanya sebagai penyedia perangkat, tapi sebagai mitra yang membuka ruang bagi kita untuk tumbuh di tengah perubahan itu. Dari sini aku belajar, bahwa menjadi ibu, blogger, dan content creator bukanlah batas—tapi justru fondasi untuk terus berkembang.
Dengan teknologi yang tepat di tangan, kita bisa menjelma menjadi apa pun yang kita butuhkan di era digital ini. Bahkan menjadi prompt engineer sekalipun—profesi masa depan yang tak lagi jauh dari jangkauan.
Kesimpulan: Zenbook S14 OLED, Ketika Ide Tak Boleh Tertunda
Dalam dunia pendidikan yang dinamis, dalam dunia blogging yang menuntut konsistensi, dan dalam hidup sebagai konten kreator yang kadang tak kenal waktu, aku butuh perangkat kerja yang bukan hanya canggih tapi juga empatik.
ASUS Zenbook S14 OLED bukan hanya membantuku menyelesaikan pekerjaan, tapi juga menjaga ritme, semangat, dan bahkan kesehatan mentalku sebagai manusia yang penuh ide-ide liar. Karena ketika ide datang, tak boleh ada alasan untuk menundanya. Bersama ASUS Zenbook S14 OLED dengan NPU 47 TOPS, aku siap berlari lebih jauh sebagai ibu, kreator, dan manusia penuh potensi.***
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog ASUS 45+ TOPS Advanced AI Laptop yang diadakan oleh Travelerien.
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com