header marita’s palace

Saat Semua Gelap: Kenangan Tentang Depresi Pasca Persalinan

Sebelum aku membaca postingan mbak Palupi Herowati mengenai depresi pasca persalinan, aku menganggap apa yang aku rasakan beberapa tahun lalu hanyalah tentang ketaksabaran dan ketakpecusanku menjadi seorang ibu dan wanita. Ternyata kalau dikulik-kulik, perasaanku kala itu sudah mencapai ambang normal, bahkan mungkin sudah bisa disebut dengan depresi.


Apa Itu Depresi Pasca Persalinan?

Depresi pasca persalinan menurut sebuah postingan di situs muslimah seringkali terjadi pada newly mommy setidak-tidaknya 14 hari pasca persalinan. Jika kondisi itu melebihi masa tersebut, maka sudah diwajibkan untuk konsultasi pada dokter. 

Dan aku merasakannya hampir setahun lebih.... puji syukur ke hadirat Allah, saat itu aku masih berhasil mengontrol "kegilaanku" untuk tidak melebihi batas normal, meski banyak hal tak wajar yang kulakukan. Di luar sana banyak wanita yang juga mengalami hal ini dan tidak menyadarinya, bahkan banyak yang kehilangan nyawa karenanya.

Saking sibuknya bekerja di luar rumah sebelum having a kid, aku kurang membekali diri dengan pengetahuan tentang pengasuhan anak setelah melahirkan, dan yang parahnya lagi.. sepertinya aku kurang mempersiapkan mental menjadi seorang ibu. 

Padahal kalau dipikir-pikir waktu tiga tahun yang diberikan Allah sebelum benar-benar dikaruniai keturunan seharusnya waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan itu semua. Ternyata.... 

Terbiasa bekerja di luar rumah, bahkan dua hari sebelum melahirkan pun aku masih bekerja full sampai jam delapan malam, tiba-tiba harus berurusan dengan bayi dan tetek-bengek rumah tangga.... sebuah posisi dan kondisi yang sangaaaat berbeda. 

Di saat yang sama, aku juga masih bertanggungjawab untuk merawat ibu yang stroke. Waktu seminggu setelah sesar di rumah sakit semua berjalan lancar, karena suami masih menemani dan full assistance. Ketika pulang ke rumah dan semua dihandle sendiri, belum lagi kemudian suami harus kerja di luar kota pulang seminggu sekali. Rasanya.... WOW!

Perubahan mood, perasaan yang nano-nano, gundah-gulana, stress berlebih, kurang tidur, capek, pengen teriak, tetiba nangis tanpa alasan yang jelas... apalagi jika ditambah baby mulai rewel nggak diem-diem, atau ketika masuk usia setahun mulai kenal tantrum.. rasanya pengen njambak rambut sampai lepas.. atau nglepas otak lalu bersihin isinya biar fresh.

Ketika aku nggak bisa ngatasi semua perasaan itu, ujung-ujungnya aku marah-marah sendiri, adik dan bayiku yang kemudian jadi sasaran. Bayi tanpa dosa yang mungkin juga merasa tak nyaman dengan ibunya yang saat itu seperti monster menangis tanpa henti, aku justru membentaknya, mencubitnya berulangkali.. 

Jangan dikira menuliskan pengalaman ini mudah bagiku... bahkan mengingatnya aku merasa sangat sediiiih dan terpukul pernah mengalami semua itu. Adikku juga seringkali kena omelanku saat aku harus mengerjekan yang lain dan dia nggak bisa handle babyku yang nangis.

Dan semua itu berjalan hingga satu tahun... sempat aku merasa ingin pergi meninggalkan semuanya, kadang kepikiran ngasih si baby obat tidur, rasanya capek... nggak kuat.. betapa nggak pecusnya menjadi ibu... betapa tanggungjawab ini rasanya berat, tapi toh ini hidup yang harus dijalani, aku nggak bisa menyerah begitu saja. 

Hingga kemudian Allah menghantarkan sebuah peristiwa yang mampu membawa daya kejut yang luar biasa kepadaku. 8 Februari 2013, adikku meninggal dunia. Tiba-tiba aku merasa berdosa sekaliii belum sempat membahagiakannya.

Betapa aku lebih sering memarahinya daripada membuatnya tersenyum ceria. Saat membaca buku harian yang ditinggalkannya, ada satu curhatan yang ditulisnya betapa dia kasihan ngliat ifa yang saat itu masih setahun lebih dua bulan sering kumarahi.

Mak jleb. Aku merasa sangat gagal.. Menjadi ibu, menjadi kakak. Hampa dan tanpa arah. Namun benar, di setiap hal buruk pasti juga terselip hal baik... 

Sepeninggal adikku, ibu mulai menanggapi perilakuku yang mulai berlebihan, beliau menyarankan untuk menyewa ART pocokan untuk membantuku menyuci dan menyetrika. Ternyata it works. Stressku sedikit demi sedikit berangsur berkurang. Karena aku tinggal fokus ngurus bayi dan ibu.

Setelahnya suami juga alhamdulillah bisa kerja di kota yang lebih dekat dengan Semarang, hingga dia bisa pulang setiap hari. Setidaknya setiap kali ada luapan emosi di dada sudah ada telinga yang siap mendengar dan bahu yang siap untuk bersandar.

Sebuah "warisan" masa lalu tentang ketaksempurnaan keluarga memang sedikit membuatku menginginkan sebuah kesempurnaan... ingin jadi ibu yang sempurna, ingin suami yang selalu ada setiap saat dibutuhkan dan dekat dengan anaknya.

Namun ternyata banyak hal yang tak sesuai harapan. Perlahan-lahan aku mulai menurunkan targetku, aku tak lagi ingin jadi ibu yang sempurna, sekarang aku hanya ingin jadi ibu biasa-biasa saja, yang cukup baik dan pantas untuk anakku.


Kedekatan pada Tuhan juga sangat berpengaruh dalam mengatasi masa-masa seperti ini. Secara fitrah, manusia akan cenderung pada kebaikan. Semakin dekat kita pada Tuhan, ketika kita melakukan hal yang negatif, otomatis alarm dalam hati kita akan berbunyi.

Jangan sampai hati kita mati dan tak mampu mengartikan sinyal-sinyal tersebut. Saat-saat gelap itu datang.. memang kedekatanku pada Tuhan sepertinya sedang buruk. Shalat hanya dilakukan sekedar penuntasan kewajiban, lupa ngaji apalagi ikut kajian-kajian, paling banter datang pengajian bulanan RT.

Alhamdulillah setelah seminggu sekali mulai ikut liqo', bertemu dengan kawan-kawan yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Stress mulai hilang dengan drastis digantikan charging ilmu dan iman. 

Setiap mulai nglokro ingat ada ayat yang harus dihafal, ada ilmu yang harus diterapkan dan dibagi, ada anak yang harus dijaga agar bisa jadi jalan menuju surga, ada ibu yang membawa pintu surga tepat di bawah kakinya, dan ada suami yang akan menghantarkanku surga lewat pintu mana saja.

Saat itu aku juga mulai mengenal seminar-seminar parenting, dimulai dari mengikuti seminar Ayah Edy yang diselenggarakan oleh Sekolah Alam Ar Ridho, aku mulai sering mendapat info seminar-seminar lainnya. Aku mulai belajar banyak tentang mengasuh anak dan bagaimana mengatasi stress saat merawat anak. 

Meski seringkali suamiku nyeletuk "habis ikut seminar okeeh, selang berapa minggu mulai marah-marah lagi deeh." Program Sekolah Pengasuhan Anak oleh Abah Ihsan beberapa waktu lalu juga membawa dampak positif dalam diriku, selain karena bisa datang berdua bersama suami. 

Pelatihan tersebut tidak hanya memberikan sesuatu yang bersifat teoritis tapi juga ilmu-ilmu praktis yang bisa langsung diterapkan. Entah ilmu apa yang dimiliki Abah hingga mampu membuat para peserta termehek-mehek mengingat dosa-dosa yang lalu dan dengan sendirinya berjanji agar bisa terus memperbaiki diri demi kualitas anak-anak dan keluarga yang lebih baik. 

Mengikuti seminar-seminar macam begini juga bisa jadi charging yang baik saat motivasi menurun sekalian juga me time yang asyik.

Tips Mengatasi Depresi Pasca Persalinan

Dengan pengalaman depresi pasca persalinan yang pernah kulalui, aku ingin berbagi tips kepada para ibu muda yang mungkin sedang mengalaminya atau mungkin para calon ibu yang sedang menunggu kelahiran putra-putrinya. 

1. Persiapkan mental sebaik-baiknya

Dari single ke double, dari double ke triple jelas berbeda kondisinya :). Sering bertanya pada teman-teman yang sudah punya anak tentang bagaimana mengatasi perbedaan kondisi saat sebelum dan sesudah melahirkan. 

Ketika merasa mulai ada perubahan mood yang berlebihan, ajak suami ngobrol. Jika suami terlalu sibuk, luapkan perasaan tersebut pada orang yang bisa dipercaya dan tentunya mahram yaaa... jangan curhat sama yang bukan mahram, bahaya!! 

Orang tersebut bisa jadi ibu, sahabat, sepupu.... sampaikan padanya "aku hanya ingin didengar barang sebentar, beri waktu sedikit saja yaa... :)". Namun memang tidak ada tempat yang paling pas untuk mengadu, selain Tuhan. 

Seringnya kita lari pada manusia-manusia lain, sedang mereka juga punya masalahnya sendiri, jangan merasa kita ditinggalkan dan sendian.. justru banyak-banyaklah mendekatkan diri pada Tuhan, pasrahkan segala keluh-kesah, sedih dan galaumu hanya kepadaNya. 

Ada kalanya kita seringkali lupa bahwa Tuhan selalu ada untuk kita. Syukurilah setiap kondisi yang kita hadapi.

2. Persiapkan diri dengan pengetahuan yang cukup

Pengetahuan tentang pengasuhan anak, baby blues syndrome, dan hal-hal yang dibutuhkan saat nanti menjadi ibu. Jangan tunggu hingga punya anak untuk menghadiri kelas-kelas parenting. Yang belum pernah ikut PSPA... recommended euy... (lama-lama jadi marketingnya PSPA nih hihihi)

3. Seringlah datang ke kajian-kajian

Baik itu pengajian, pelatihan parenting atau sekedar kumpul dengan komunitas-komunitas yang sesuai dengan minat kita agar stres teralihkan dan kita dapat membekali diri dengan ilmu-ilmu baru.

4. Jaga Pola Hidup

Jangan lupa untuk perhatikan asupan gizi dan jam istirahat kita. Luangkan waktu untuk me time meski sekedar dengan membaca buku, browsing artikel, keluar rumah sejenak bertemu tetangga atau beli permen ke warung. Sederhana tapi sangat bermanfaat lo.

5. Temui Ahli

Ketika mulai merasa berlebihan dan membahayakan diri sendiri serta orang lain, segera hubungi psikolog atau ahli kejiwaan yaaa. Menemui psikolog bukan berarti kita gila kok, justru mereka akan membantu kita untuk mengatasi permasalah kita, dan mengeluarkan apa yang harus dikeluarkan :). 

Semoga kisah ini bermanfaat ya, untuk para suami  jangan sepelekan curhatan istri-istrimu yaaa... Sediakan selalu telinga, bahu dan pelukan untuk mereka, jangan lupa mereka sigaraning nyawamu lo.. kalau ada yang terasa janggal dari istrimu, you should know and feel it :)

3 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Me time dan istirahat cukup memang berpengaruh besar mba. Keren deh bisa posting, sudah tidak gagal lagi. Hihihi 😋Semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak bener bangeeet.. hehehe..... menjalankan tips mbak Phalupi nih... berhasil satu postingan :D, thanks ya mbak inspirasinya :)

      Delete
  2. Sangat bermanfaat buatku yang newbi. Akupun pernah mengalaminya. Terima kasih mba.

    ReplyDelete