header marita’s palace

Wariskan Kenangan Masa Kecil Terindah untuk Anak-anak Kita



Tantangan One Day One Post di hari keempat bisa bikin baper nih. Menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu, apalagi masa kecil seringnya bisa bikin mataku bengkak karena terlalu banyak air mata yang tumpah. Lebaaaay.

Tapi berhubung aku sedang tidak mood untuk baper, maka let’s make it fun. Bagi yang pengen ngintip sejarah hidupku, bisa kulik Welcome March. Di sana digeber cukup komplit perjalanan hidupku. Eits, buat yang suka baper, mending nggak usah dibaca, hehehe.


Tentunya ada banyak kisah yang terjadi di masa kecil, namun dua peristiwa ini yang melekat erat di pikiran hingga kini. Apakah dua peristiwa itu?

Antara Jam Dinding dan Sepeda Roda Tiga

Pyar…




Jam dinding yang tergantung di ruang tamu tetiba jatuh berhamburan. Meninggalkan serpihan-serpihan kaca yang bisa membuat kaki terluka. Aku tak tahu apa-apa. Aku pun belum sanggup menerjemahkan apa yang terjadi antara ibu dan bapak saat itu.

Mereka berteriak saling sahut menyahut. Tak satupun di antara mereka berniat untuk mengalah. Masing-masing nampaknya memiliki pendapat yang sama kuatnya. Usiaku saat itu antara tiga hingga empat tahun, masih terlalu kecil untuk mengerti. Yang aku tahu, aku merasa sangat ketakutan.

Entah apa yang sedang mereka perdebatkan hingga jam dinding yang tak bersalah itu harus menjadi korbannya. Hingga aku yang seharusnya mendapat gambaran indah tentang cinta kasih keluarga harus menjadi penikmat pertikaian hampir sepanjang hidupku.




Ya, jam dinding menjadi kenangan masa kecil terkelam dalam hidupku. Karena jam dinding itu hanyalah awal dari keretakan demi keretakan yang kemudian memenjarakanku dalam rasa takut dan anxiety yang berlebihan tentang hidup.

Namun, jam dinding itu pula yang membentukku menjadi pribadi yang tak ingin kalah pada gempuran badai kehidupan. Jam dinding yang lebur sehancur hatiku itu menjadi pengingat dan penguat untukku, bahwasanya pemenang sejati dalam hidup hanya mereka yang mampu tegar melewati badai.

Jam dinding yang menyerpih itu mewakili sebagian diriku yang kelam. Namun di sisi lain, masih ada cahaya yang kusimpan erat dari kotak kenangan masa kecil; sebuah sepeda roda tiga.




Di kisaran usia yang sama. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana siang itu ibu pulang membawa sepeda roda tiga. Dengan becak yang dimintanya mengantar hingga ke depan rumah, sepeda roda tiga itu dihadiahkannya untukku.

Sepeda roda tiga bagaikan lentera. Ia seakan datang dengan harapan, bahwasanya di setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang menyertainya.

Sesulit apapun hidup, sepahit apapun hidup, masih akan ada senyuman tulus, tangan dan bahu yang siap menyokong kita untuk tetap bangkit melawan segala macam tantangan hidup.



Sepeda roda tiga itu teman setiaku. Bahkan hingga saatnya aku berganti ke sepeda roda dua, aku justru tidak menginginkannya. Sepeda roda tigaku tidak hanya sekedar sebuah sepeda, namun ia adalah bukti cinta orangtua kepada anaknya.

Bahwa dalam ketaksempurnaan orangtua kita, ia akan tetap berusaha memberikan hal-hal terbaik untuk anak-anaknya.

Jam dinding dan sepeda roda tiga itu menghantarkanku pada dua hal yang saling bertentangan. Ada cinta, juga benci. Ada gelap, juga terang. Namun seperti itulah hidup. Dan dari segala kenangan masa kecil yang kumiliki kemudian aku  tersadar betapa pentingnya mewariskan masa-masa yang indah untuk anak-anak kita.

Warisan Terbaik untuk Anak-anak

Masa yang indah bukan berarti selalu memberikan apa yang anak minta. Bukan juga soalan tentang memfasilitasinya dengan berbagai kemudahan dan kenikmatan. Mereka pun perlu mengerti tentang kesulitan, karena kesulitan biasanya membentuk kekuatan dengan lebih sempurna.

Masa yang indah adalah masa dimana orangtua tidak hanya menjadi ayah dan ibu, tidak hanya menjadi sosok pengatur yang tak memahami keinginan anak-anaknya. Namun juga menjadi sahabat. Masa yang indah adalah ketika anak bisa bercerita dan berceloteh riang tentang apa saja yang dilihatnya, dirasakannya, didengarnya.

Masa yang indah adalah ketika orangtua bisa menjadi fasilitator bagi anak-anaknya untuk mengerti dunia. Bukan mematikan fitrahnya sebagai pembelajar, sebagai manusia yang penuh empati, sebagai insan yang selalu ingin tahu dan tak pernah henti untuk melakukan yang terbaik.




Masa yang indah di masa kecil adalah saat dimana anak-anak tak mendengar teriakan sahut menyahut di antara kedua orangtuanya. Saat dimana mereka tak perlu mendengar kata-kata buruk tentang diri mereka yang terucap dari kedua orangtuanya . Saat dimana mereka bisa tumbuh dengan percaya diri karena mereka merasa dicintai.

Masa yang indah itulah yang kelak akan menjadi warisan terbaik kita bagi anak-anak. Warisan yang lebih berharga dari berkotak-kotak kepingan emas, perhiasan, rumah bertingkat-tingkat. Ya, keluarga yang hangat. Orangtua yang tak pernah lelah untuk belajar agar mampu memahami kebutuhan anak-anaknya adalah warisan terindah sepanjang masa.

Kehangatan dan cinta kasih di masa kecil membentuk pribadi anak-anak kita di masa yang akan datang. Maka, ingin seperti apakah kita membentuknya? Bentuklah terlebih dahulu diri kita. J Sesungguhnya mengasuh dan mendidik anak adalah tentang mendidik diri kita sendiri untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik.




Ingin anak sholih? Yuk, jadi orang tua sholih!



#OneDayOnePost FunBlogging Day4

8 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. saya juga suka mengisahkan kenangan masa kecil pada amira, semoga dia bisa mengambil pelajaran dari apa yang pernah kita alami di masa kecil

    ReplyDelete
  2. Kalau aq suka cerita apa yg nggak ifa ingat. Misal saat dia masih di perut, proses nglahirin dia.. Sampai dia hafal. Kalo pas ke rumah sakit jemput ayahnya kerja, dia langsung cerita dia lahir di sini, dll. Hihi, kaya ingat aja...

    ReplyDelete
  3. Waduh kalo saya mau cerita apa ya soalnya saya belum nikah dan belum punya anak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya buat persiapan.. Nnti kalau udah jadi bpk bahagiakan anak2 di masa kecilnya hehe..

      Delete
  4. Kalau saya sih suka mewariskannya ke sepupu saya karena tidak sekarang lagi masa pertumbuhan dan lagi asik asiknya mencari pengetahuan baru untuk dia ikutin.

    ReplyDelete
  5. Aku sama anak2 suka cerita tentang masa kecil kami, ortunya. Juga masa kecil saat mereka masih belum bisa mengingat kejadian, misalnya ketika si bungsu masih usia 1,5 th diajak ke pulau Bali, atau jalan-jalan ke Purwokerto :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan memang selalu excited mendengar cerita2 indah dr masa kecil :)

      Delete