header marita’s palace

Liburan Berkesanku Dari Palembang ke Panti Sosial Tresna Werdha



Assalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Apa kabar di hari kedua anak-anak masuk sekolah nih? Masih semangat mengantarkan anak-anak meraih mimpi-mimpinya dong. Karena aku nggak kebagian antar jemput si kakak lagi, aku mau setor #ArisanBlogGandjelRel periode kelima dulu deh. Ini seharusnya disetor dua mingguan yang lalu, tapi berhubung kegiatan padat merayap jadi baru bisa nulis sekarang deh. #soksibuk.


Baca juga #ArisanBlogGandjelRel periode keempat; Sudah Tahukah Siapa Sahabat Terbaik Kita


#ArisanBlogGandjelRel periode kelima ini mengangkat tema tentang liburan paling berkesan. Ada yang bisa menebak nggak, kalau temanya seperti itu kira-kira siapakah yang mengusungnya? Weizz, pada pintar-pintar... jawabannya betul semua nih. Ngomongin traveling pasti nggak bisa jauh dari Mbak Muna Sungkar dong. Dosen bahasa Inggris di salah satu universitas swasta Semarang yang hobinya jalan-jalan bareng suami dan anak-anaknya ini memang menginspirasi banyak orang untuk keep traveling. Bahkan di blognya, mbak Muna sering berbagi tentang tips-tips traveling, khususnya saat berlibur bersama anak. Melihat keseruannya berlibur bersama keluarganya selalu bikin aku terinspirasi untuk jalan-jalan, meski sekarang baru bisa keliling dalam kota saja. 

Nah, pendamping mbak Muna kali ini adalah Mbak Wuri Nugraeni yang nggak kalah kecenya. Selain dikenal sebagai salah satu founder dari Komunitas Blogger Gandjel Rel, Cenat Cenut Reporter adalah salah satu karya yang nggak pernah bisa lepas dari ingatanku. Fenomenal banget deh buku mbak Wuri ini, bahkan dibaca berulangkali pun masih tetap bikin kram perut saking lucunya. Eits, tapi karya mbak Wuri nggak cuma CCR aja lo, sudah banyak sekali karyanya yang terbit. Mau tahu apa saja, cuzz saja main ke blognya. Di sana kita juga bisa membaca tips-tips berkaitan dengan tulis-menulis, khususnya di bidang copywriter yang sedang ditekuninya.

Ngomongin soal liburan paling berkesan, aku tidak bisa melepaskan ingatanku pada liburanku saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Saat libur sekolah, aku dan ibu diajak serta oleh bapak untuk ikut beliau kerja. Bapakku adalah seorang sopir bis antar kota antar propinsi. Aku sangat menikmati sekali perjalanan dari Salatiga ke Palembang. Kali itu juga pengalaman pertama untukku naik kapal ferry. "Waa, bisnya dimakan kapal bu..." Seruku saat itu pada ibu karena excited melihat bis yang membawa kami masuk ke dalam kapal ferry. 


Setelah menikmati perjalanan di tengah laut, kami disapa oleh jalanan Sumatera yang berkelok-kelok tajam, bapak mengemudikan bis dengan lihai dan hati-hati. Aah, aku bangga padanya. Betapa beliau rela tak pulang berhari-hari demi menafkahi anak istri, melewati jalanan yang kadang menemui banyak rintangan. Sesampainya di terminal tujuan dan menurunkan penumpang demi penumpang, biasanya bapak punya waktu dua atau tiga hari untuk stay di terminal hingga bisnya penuh. Ternyata karena bis yang dijadwalkan pulang ke Jawa ada kendala, mau nggak mau bis bapak harus langsung pulang tanpa ngetem dulu. Padahal bapak membawa aku dan ibu karena mau mengajak jalan-jalan keliling Palembang dulu. Lenyap sudah impian melihat jembatan Ampera dari dekat.

Untuk menghibur kesedihanku yang nggak jadi jalan-jalan, bapak mengajak kami istirahat di sebuah motel. Aku ndeso banget saat itu masuk ke motel yang ada bak mandi lengkap dengan kran air hangatnya, hehe. Kami juga memesan nasi Ampera yang rasanya aneh di lidah.Sebenarnya nasi ampera itu kalau di Jawa sepertinya nasi rames. Cuma saat itu dapat yang jual nasinya terlalu keras jadi nggak nikmat deh. Ya kali namanya nasi amanat penderitaan rakyat, jadinya keras begitu ya, hehe.

Sebelum pulang ke Jawa, teman-teman bapak di terminal Palembang membawakan banyak makanan. Semua penjual yang ada di terminal itu, satu per satu membawakan jajanan. Ada yang bawain coklat silverqueen, chiki dan masih banyak lagi. Namanya anak-anak, melihat banyak jajanan di tangan, lupa deh betenya yang tadi mampir karena nggak jadi nginap lama di Palembang. 

Perjalanan singkatku dari Salatiga - Palembang - Salatiga sangat berkesan karena merupakan memori kebersamaan kami yang sangat langka. Kami jarang sekali bisa berlibur bersama, maka bisa pergi seperti ini rasanya senang sekali. Sayangnya aku cari-cari foto lama saat aku naik kapal ferry belum ketemu. 

Kenanganku berlibur bersama bapak ibu ini muncul seketika ketika aku sedang mengadakan kunjungan ke Panti Sosial Tresna Werdha. Kunjunganku ke panti ini juga merupakan liburan paling berkesan untukku. Sebetulnya saat itu belum officially libur sih, tapi karena kesannya menancap sangat dalam aku mau cerita sedikit deh.


Kebetulan komite sekolahnya Kak Ifa saat ramadhan yang lalu mengadakan bakti sosial, salah satunya yaitu berkunjung ke Panti Werdha, dengan tujuan agar anak-anak lebih bisa menyayangi kakek neneknya. Sekaligus juga membahagiakan para kakek nenek di Panti. Kata pengurus panti, hampir semua kakek nenek yang tinggal di Panti tersebut tidak memiliki keluarga. Keluarganya ya teman-teman dan pengurus panti itu sendiri. Jadi mereka sangat senaaang sekali bila mendapat kunjungan dari anak-anak, berasa bertemu cucu sendiri mungkin ya.

Apalagi ketika yang berkunjung anak-anak PAUD yang masih polos-polos. Aku bisa melihat raut muka para eyang yang sumringah plus terharu ketika anak-anak mencium punggung tangan mereka dan menyerahkan bingkisan. Eyang-eyang putri khususnya memeluk anak-anak sangat lama, seakan-akan menuntaskan kerinduan mereka kepada keluarga.


Saat itu kami juga mengadakan pertunjukan untuk menghibur para kakek nenek dan anak-anak. Ada monolog yang dibawakan oleh Pak Teddy Hesti dengan begitu lucu dan menarik. Terlihat para kakek nenek sangat terhibur. Bahkan awalnya ketika acara dimulai, para kakek enggan masuk ke ruangan, melihat ada pertunjukan dari Pak Teddy mereka langsung berdatangan dan tertawa-tawa senang.




Ini pertama kalinya aku berkunjung ke Panti Werdha. Tempatnya cukup luas dan sejuk. Namun jangan kaget kalau di beberapa ujungnya kita akan membaui pesing. Kondisi para eyang yang beberapa sudah pikun kadang membuat mereka lupa buang air kecil di tempatnya. Mereka tinggal di bangsal, tempat tidur berjejeran untuk sepuluh atau belasan orang tiap ruangnya. 

Aku sempat ngobrol dengan beberapa eyang, ada yang baru beberapa  tahun tinggal di situ, ada yang sudah puluhan tahun. Mereka bilang senang tinggal di panti karena temannya banyak. Ada eyang kakung yang suka sekali menggambar memamerkan hasil karyanya pada anak-anak. Dari pengurus panti aku mendapat info kalau eyang-eyang yang tinggal di tempat tersebut biasanya dibawa dari kantor polisi atau rumah sakit. Ada juga yang diambil dari jalanan karena berkeliaran tidak jelas.





Tidak hanya ada eyang-eyang yang masih sehat. Di bagian belakang, kita bisa mengunjungi para manula yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Ada sekitar tiga puluhan kakek nenek yang butuh perawatan lebih di ruangan ini. Kalau tidak salah ada tiga atau empat orang yang bergantian shift mengurus semua kebutuhan mereka. Dari memandikan, menggantikan diapers, menyuapi hingga mengajak ngobrol. Sebagian besar para kakek nenek di ruangan ini sudah pikun, bicaranya sudah melantur, dan beberapa ada yang tidak bisa beraktivitas sendiri.


Aku jadi teringat ibu saat di ruangan ini. Aku masih ingat ibu pernah bilang, "kalau ibu merepotkan, taruh saja di Panti Werdha, malah enak banyak temannya." Hiks, berasa selama ini aku masih jauh dari kata sempurna merawat beliau. Para pengurus panti ini masya Allah luar biasa perjuangannya. Aku yang merawat ibu sendiri saja kadang masih kurang sabar, mereka mengurus orang tua-orang tua yang bukan orang tua kandung, saluuut sekali. Semoga Allah melimpahkan berkahNya kepada mereka.

Saat berkunjung ke Panti Werdha, aku bertanya-tanya seperti apakah hari tuaku nanti. Akankah dikelilingi anak cucu atau merasakan rindu akan hangatnya keluarga seperti mereka? Lamunanku buyar ketika Ifa tiba-tiba bilang, "nanti kalau aku kangen nenek, kita main ke sini aja ya bunda. Di sini banyak kakek nenek."  Padahal waktu disuruh salim ke kakek nenek, ia malah lari, hanya mau salim dengan beberapa. Ternyata di luar dugaan empatinya jauh dari perkiraan.

Aah, jadi terharu mendengar ucapan Ifa, sekaligus miris. Saat seusianya aku masih punya yangti yangkung lengkap yang selalu jadi tempat tujuan liburan yang menyenangkan. Dibelikan silverqueen, dibelikan baju, diajak jalan-jalan oleh yangti yangkung. Ifa harus besar tanpa benar-benar mengenal kakek neneknya dengan baik. Ingatan tentang neneknya masih kuat karena lima tahun beliau membersamai Ifa. Terkadang tiba-tiba wajahnya muram dan berkata, "aku kangen nenek, bun."

Makanya penting sekali ya mengukir kenangan bersama anak.  Dengan memberikan kenangan terbaik untuk anak, insya Allah kebersamaan akan terus terjalin meski nanti saatnya kita yang dimomong oleh mereka. Kelak kalaupun sebuah kondisi memaksa kita menghabiskan hari tua sendirian, setidaknya kita pernah berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka. 

Salah satu cara untuk memberikan kenangan terbaik untuk anak-anak tentunya dengan mengajak liburan paling berkesan untuk mereka. Liburan nggak harus jauh-jauh ke luar pulau atau luar negeri, berkunjung ke Panti Werdha seperti pengalamanku ini juga bisa jadi alternatif. Selain kita bisa membahagiakan para eyang di panti, anak-anak juga belajar untuk lebih mencintai sesama. Atau sekedar lelarian di Tugu Muda atau Simpang Lima seperti yang kami lakukan bersama Ifa dan Affan beberapa waktu lalu juga bisa jadi pilihan. Asyik, rame dan murah meriah. 




Buat yang masih  memiliki orang tua, jangan lupa selalu sempatkan waktu untuk mengunjungi mereka dan ajak ngobrol ya. Suer deh, orang tua kita mah nggak minta macam-macam sama anaknya, diajak ngobrol dari hati ke hati aja sudah senang bangeeet. Meluangkan waktu untuk sekedar mendengarkan cerita mereka  yang kadang diulang-ulang bisa menjadi hal yang paling mereka rindukan dan berkesan di hari-hari tuanya.

Kalau teman-teman punya cerita liburan apa nih? Bisikin dong. Thanks for reading dan sampai jumpa di postingan berikutnya ya! 

Wassalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

22 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Kok sedih ya lihat mereka? Semoga senantiasa diberi kesehatan dan umur yang panjang. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak... Kasihan.. Lebaran pun mereka ya di panti karena sama sekali gak ada keluarga. Malah ada yang kadang ditengokin mantan tetangganya. Kemarin sempat ngobrol sama eyang yg memang nggak punya anak.

      Aamiin buat doanya. Semoga kita kelak bisa berhari tua lebih baik dari mereka ya mbak. Aamiin.

      Delete
  2. Aku belum pernah mengunjungi panti untuk manula. Tapi pasti banyak pelajaran yang bisa kita petik dari sana, ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini juga pertama kalinya buat aku mbak. Jadi muhasabah diri :)

      Delete
  3. Aku ke panti juga pas nganterin nadia jaman play grup dlu mak sedih liat nenek2 sebatang kara semoga tua kita nanti disayang ama anak2 ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Iya mbak.. Gregel bayangke tua sendirian begitu :(

      Delete
  4. Mak gregel aku rasane.
    Semoga mereka senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang, bahagia selalu aamiin. Dari situ bisa belajar banyak ya Mba.
    Aduh pasangan blogger ini emang kece. Thanks sharingnya BunMar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. Kasihan banget. Seneng kalau didatangin, apalagi anak2 ya.. Berasa lihat cucu sendiri..

      Asyiik semoga kecenya menginspirasi... Aamiin :)

      Delete
  5. Wow... Ayah hebat ya Rit, ngajakin keluarga traveling sambil kerja ke Palembang. Seneng banget pastinya. Dan aku tiba-tiba terharu lihat eyang eyang itu. Jadi inget almarhum ibu... Hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha.. Sekali itu doang sih mbak.. Aslinya bapak ga suka dikinthili.. Itu krn pas liburan sekolah aja, ibu ngrayu hehe. Tapi dulu kl pas kuliah selalu gratis naik bus, turun dapat uang saku pula hehe.

      Iya mbak, aku pas di sana menahan nangis, sama pengurusnya dibilangin nggak boleh nangis ntar eyang2nya sedih.

      Delete
  6. Mbrebes mili aku bacanya jadi inget ibuk di Tegal.. hiks.. :'(

    ReplyDelete
  7. Jarang ya anak yang sabar mengurus sendiri ortunya, padahal ortu ngurusin kita waktu kecil sabar banget, betul itu aku mah sering whatsappan ama telfonan sama ortu dan adik juga ponakanku Alhamdulillah 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena kasih sayang ortu sepanjang masa, sedang kasih sayang anak hanya sepanjang galah :(

      Delete
  8. Sedih melihat kakek dan nenek di panti... :( memang mengurus orang tua itu perjuangan yang berat banget ya.
    Meskipun senang tinggal di panti karena banyak temannya, bisa jadi mereka juga lebih bahagia berkumpul bersama keluarga :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, ngurus ortu memang butuh support system yg baik.

      Kalau ada keluarga, pasti eyang2 itu lebih memilih tinggal bersama keluarganya.

      Delete
  9. Sedih kalau beekunjung ke panti wredha, mereka punya anak tdk ya. Apakah ada yg jenguk keluarganya...

    ReplyDelete
  10. Hikss, jadi teringat Mama-Papaku yg skrg cuma tinggal berdua...ketika kita sibuk menjadi dewasa, ngga terasa ortu kita juga bertambah tua, ya.

    Aku baru tahu lhoo klo Nasi Ampera agak pera krn Amanat Penderitaan Rakyat. Apa mmg khasnya begitu yaa, dulu pas makan nasi ampera juga ngerasa nasinya kayak kurang pulen. Tapi untungnya kuliner palembang yg lain tuuj enak2 semua

    ReplyDelete
  11. Luar biasa memang pengabdian para perawat di panti. Oya baca cerita mba Marita ttg bis malem aku jadi kangeen naik bus malam. Dulu jaman masih tinggal di Bandung n Denpasar, langganan bus malem kalo mudik 😁😁

    ReplyDelete
  12. bener juga ya, sesekali bisa liburan ke panti, makasih idenya. Makasih ya dah nulis *muach

    ReplyDelete
  13. Terharu...kisahnya menyentuh.
    Apalagi denger kata Palembang...aku blm pnh kesana..huwaaa..huwaaa

    ReplyDelete
  14. Baca artikel ini aku jadi inget kisah NH Dini yg memilih tinggal di Panti Wredha atas kemauan sendiri. Tentunya beda banget ya rasanya dg opa oma yg tak punya keluarga dan terpaksa tinggal di panti ini. Meski tak ada keluarga semoga opa oma yg ada di panti ini diberi kebahagiaan selalu. Duh aku jadi terharu.

    ReplyDelete