header marita’s palace

NHW #9; Bunda Sebagai Agen Perubahan



Assalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh, pals.


Tak terasa, 9 minggu sudah kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #4 berlangsung. Setelah melewati berbagai materi yang seringkali bikin panas dingin, cenat cenut tapi sekaligus membuat kami semakin bersemangat mengenal diri sendiri dan berubah ke arah yang lebih baik, kini di penghujung kelas para peserta ditantang untuk menjadi agen perubahan. 

Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu, menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender, karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.

Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat. Itulah kenapa IIP merangkul para ibu untuk belajar bersama-sama karena sejatinya “mendidik satu perempuan sama dengan mendidik satu generasi." Maka apabila ada satu orang ibu membuat perubahan maka akan terbentuk perubahan pada satu generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impact-nya?

How To Start?

Temukan Misi Spesifik Hidup Kita

Langkah pertama adalah kita harus sudah memahami apa maksud Allah menurunkan kita ke muka bumi ini, apa misi spesifik hidup kita, mengapa kita diamanahi putra-putri yang kini mewarnai hidup kita, apa maksudnya kita berada di lingkungan yang sekarang kita tinggali. Untuk lebih memahami semua ini, saatnya untuk throw back ke NHW - NHW sebelumnya.



Kita harus paham JALAN HIDUP kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai CARA MENUJU SUKSES. Setelah menemukan jalan hidup, segera melihat ke arah lingkaran pertama kita, yaitu keluarga. Mulailah menggali perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi CHANGE MAKER FAMILY. Tidak perlu banyak dan muluk-muluk, kita bisa memulai dengan perubahan-perubahan kecil namun selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.

Ketika melakukan perubahan di dalam keluarga, kita bisa menggunakan pola kaizen  yang merupakan sebuah filosofi hidup dari Jepang. Kai artinya perubahan, sedangkan Zen berarti baik. Secara utuh, Kaizen merupakan cara memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.


Build Our Empathy, Completed by Our Passion

Jika perubahan-perubahan di dalam keluarga kita perlahan menampakkan hasilnya, saatnya kita masuk ke lingkaran kedua yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan diri kita ada di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal kecil yang kita bisa.

Empati adalah kunci untuk memulai perubahan di dalam masyarakat yang kita tinggali. Cara mengawali perubahan di masyarakat yaitu dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di dalam keluarga. Hal tersebut agar aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.



Setelah EMPATHY maka tambahkan PASSION, hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masyarakat. Sesuatu yang diawali dari keprihatinan lalu dilengkapi dan ditambahkan dengan passion yang kita miliki akan menghasilkan perubahan yang luar biasa di masyarakat. Empati tanpa didukung dengan passion akan membuat aktivitas yang kita lakukan tidak mendalam dan hanya sebatas permukaan. Maka penting sekali untuk menggali apakah passion yang kita miliki bisa mendukung rasa empati yang muncul. 

The Homework

Social Venture


Social venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social entrepreneur, baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. Sedangkan social entrepreneur adalah orang yang menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan entrepreneur.

Nah, di NHW #9 ini para peserta matrikulasi diminta untuk bisa membuat perubahan di masyarakat, dengan diawali dari rasa empathy. Peserta harus mulai belajar untuk membuat sebuah usaha yang berkelanjutan diawali dengan menemukan passion dan menjadi orang yang merdeka menentukan nasib hidupnya sendiri. 

Hal ini bertujuan untuk membuat para peserta matrikulasi bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kami dengan kemampuan entrepreneur yang kami miliki. Sehingga untuk melakukan perubahan tidak perlu menunggu dana dari luar, tapi cukup tekad kuat dari dalam. Pals, kalian juga bisa lo ikutan menyelami apa isu sosial di sekitar kalian. Untuk mempermudah, kita bisa mulai dengan membuat bagan seperti ini;


Mengajar sebenarnya bukanlah passion utamaku, namun seberapa kerasnya aku menghindari aktivitas ini, entah mengapa aku akan selalu kembali ke ranah ini. Sejak tahun lalu aku diberi kepercayaan untuk menjadi salah satu tenaga pengajar di POSPAUD RW. Awalnya aku sudah berusaha menghindar, namun karena merasa kasihan tidak ada yang mengurus, akhirnya aku menerima kepercayaan tersebut. Selain itu aku juga merasa miris karena banyak AUD di lingkunganku yang banyak dijejali dengan calistung dan kurang pendidikan karakter. Aku berharap dengan kontribusiku sebagai salah satu tenaga pengajar di POSPAUD, aku bisa menyisipkan pendidikan karakter ke anak-anak lewat cerita-cerita yang aku sampaikan. Alhamdulillah. di rumah aku memiliki beberapa koleksi buku anak untuk Ifa yang bisa aku gunakan sebagai bahan ajar.

Berhubung aku tipe orang yang agak perfeksionis, ketika diberi kepercayaan aku ingin menjalankannya sebaik mungkin. Qodarullah, sesaat setelah mengiyakan tawaran sebagai pengajar di POSPAUD, aku mendapat info adanya pelatihan guru PAUD gratis yang diadakan oleh IHF. Alhamdulillah, aku mendapat tambahan amunisi untuk POSPAUD RW. Sejak melahirkan Affan, aku cuti dari kegiatan POSPAUD. Sepertinya sekarang saat yang tepat untuk kembali berkiprah di sana. Lewat POSPAUD, aku juga sedikit demi sedikit mengajak orang tua murid sadar akan pentingnya belajar parenting.


YukJos Community Chapter Semarang merupakan salah satu komunitas yang aku ikuti. Komunitas ini merupakan wadah bagi para alumni abah Ihsan untuk tetap bersilaturahmi dan berjamaah. Oleh abah, aku ditunjuk untuk menjadi bu RT alias koordinator wilayah Semarang gegara aku paling rame di grup WA dan dianggap bisa membuat grup jadi hidup. Saat awal memandu lahirnya komunitas ini di Semarang, aku sangat bersemangat dan merencanakan berbagai kegiatan, seperti Auladi Bag, YukJos RT to RT, Yukjos Goes to School, dsb. Awalnya kegiatan berjalan dengan baik, namun layaknya iman, semangat dalam berjamaah pun naik turun. Hingga kemudian kegiatan-kegiatan offline YukJos terhenti.

Insya Allah dengan bantuan teman-teman komunitas, aku ingin kembali menjalankan kegiatan-kegiatan YukJos dan berkontribusi lebih banyak ke masyarakat. Kegiatan-kegiatan YukJos sendiri dulu muncul karena kami menyadari bahwa masih banyak orang tua yang malas belajar parenting. Menganggap parenting adalah hal yang teoritis, tidak penting dan merasa tidak ada masalah di keluarganya. Namun melihat fenomena anak-anak yang semakin candu dengan gadget, teracuni sinetron, kurangnya adab dan akhlaq, merupakan bukti bahwa parenting adalah hal yang penting dipelajari. Oleh karenanya aku bersama teman-teman YukJos ingin menumbuhkan kesadaran untuk mau belajar parenting.

Salah satu kendala yang aku hadapi saat memulai syiar parenting, khususnya di RT ku, ketika aku dianggap belum punya pengalaman karena dulu anak masih satu. Jadi tiap kali membagikan info-info parenting, yang benar-benar mendengarkan hanya segelintir orang. Ya, seringkali kita melihat siapa yang berbicara, bukan apa yang disampaikan. Tapi tak mengapa, itu juga jadi cambuk untukku agar aku membuktikan dulu lewat keluargaku, baru nanti berbicara di ranah publik. Meski begitu ketika aku diundang ke RT dan RW lain, mereka justru excited dan mendengarkan dengan baik. Dari pengalaman tersebut, aku mulai merubah pola, aku dan teman-teman harus bertukar RT sebagai pembicara agar lebih didengar. Karena seringkali orang di luar lingkungan jauh lebih didengar dan dihormati daripada yang di dalam.


Aku memang sudah lama kenal dunia blogging, meski baru benar-benar dijalankan secara profesional kurang lebih satu tahun ini. Kini semakin banyak teman-teman yang meminta untuk diajari ngeblog. Sejujurnya aku merasa belum terlalu percaya diri karena ilmu ngeblogku juga masih standar dan terbatas. Namun, demi menguatkan ilmu dan menjadikan ilmunya lebih berkah, aku berencana untuk membuka kelas B3 alias Belajar Blog Bareng setiap hari Kamis jam 10.00 di rumahku.

Aku beri nama Belajar Blog Bareng karena di sini aku tidak sebagai pemberi materi, namun aku ingin lebih membentuk tempat sharing mengenai dunia blogging untuk pemula. Aku juga ingin niatkan di waktu tersebut, ada atau tidak ada teman yang datang, aku tetap akan menggunakannya sebagai jam pengembangan diri di dunia blog. Belajar kembali tentang mendesain template yang menarik, kode html, optimasi blog, monetisasi dan sebagainya.

Lewat blog kita bisa berbagi cerita, kisah hidup, inspirasi dan mencatat perjalanan hidup. Melihat fenomena sekarang dimana banyak ibu yang mengalami depresi, remaja-remaja yang sudah kenal sosmed tapi belum tertata emosinya, semoga dengan mengenalkan dunia blog di lingkungan sekitar bisa menjadi terapi akan hal-hal tersebut.


Menerbitkan buku solo adalah impian besarku. Rasanya malu diri ini, mengaku penulis tapi baru punya buku antologi. Awalnya dulu aku ingin menjadi novelis. Namun sejak tak pernah lagi berfiksi-fiksi ria, dan lebih banyak berkutat menulis artikel, keinginan untuk menjadi novelis menguap. Sekarang aku justru lebih tertarik untuk menulis di bidang parenting dan pengembangan diri.

Dengan latar belakang yang aku alami seperti menerima inner childku, tumbuh dengan fatherless background, dibesarkan dengan ibu yang sakit stroke, menikah dengan pria yang juga memiliki background broken home, aku ingin berbagi bagaimana jatuh bangun kami dalam membesarkan putra-putri kami. Semoga nantinya jika buku ini benar-benar terbit bisa membantu teman-teman yang juga mengalami permasalahan sama.


Mulai banyak anak-anak remaja di RT ku. Melihat para remaja pegang gadget, anak-anak yang minat bacanya kurang, pengetahuan tentang sinetron luas namun di luar itu terbatas, mengetuk hatiku untuk bisa berkontribusi lebih banyak. Dengan pengalamanku saat mengajar di SMP dan SMA serta bekal kemampuanku bermain peran saat berkecimpung di dunia teater, aku yakin bisa memulainya. Namun di sisi lainnya, aku juga sadar memiliki kekurangan bahwasanya aku masih kurang dekat dengan anak-anak tetangga. Ke depannya aku akan lebih fokus untuk melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada mereka, aku ingin bisa lebih luwes dan merangkul mereka sehingga ideku untuk membentuk karang taruna di RT bisa terwujud.

Itulah ide-ideku untuk NHW #9 berkaitan dengan menjadi agen perubahan. Pals, jangan ragu ya untuk menjadi agen perubahan, karena sejatinya "Everyone is a Changemaker". Setiap orang adalah agen perubahan. Ini bukan soal MAMPU atau tidak, tapi MAU atau tidak. Mulailah dari yang sederhana,  lihat diri kita, apa permasalahan yang kita hadapi selama ini, apabila kita bisa menyelesaikan permasalahan kita dan membagikan sebuah solusi, bisa jadi ini menjawab permasalahan yang dihadapi oleh orang lain. Karena mungkin banyak orang di luar sana memiliki permasalahan yang sama dengan kita.

Ketika keberadaan kita telah mampu bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya, maka saat itulah indikator sebagai bunda shaleha telah tercapai. Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi melalui kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.



Alhamdulillah NHW #9 telah terselesaikan. Memang ini adalah akhir dari kelas matrikulasi, namun sesungguhnya ini justru awal dari sebuah gerbang fase hidup yang baru, khususnya untukku. Setelah ini, insya Allah aku akan melanjutkan 'kuliahku' ke kelas Bunda Sayang. Ya, sebelum benar-benar terjun ke masyarakat, aku harus selesai dengan permasalahan diriku sendiri dan keluargaku. Insya Allah, sembari aku memantaskan diri untuk menjadi CHANGE MAKER di dalam keluargaku, aku akan semakin lebar membuka mata, hati dan telinga agar dapat menangkap lebih banyak isu sosial di sekitarku, sehingga nantinya aku bisa berkontribusi dengan sebenar-benarnya sesuai dengan passion dan skill yang aku miliki.

Jika nanti kita sudah terjun ke masyarakat, kita harus tetap ingat bahwasanya KELUARGA tetap nomor satu. Ketika kita aktif di masyarakat dan suami melayangkan protesnya, maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, artinya ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras; LAMPU MERAH. Jika lampu ini yang menyala, artinya kita harus mulai menata ulang tujuan utama kita aktif di dalam masyarakat.

Btw, kalau kalian pengen jadi change maker seperti apa pals? Semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat ya. Oya kalau ada yang mau join kelas matrikulasi IIP batch #5, pantengin terus instagram dan fanpage Ibu Profesional untuk informasi lebih lanjut. Selamat menjadi agen perubahan, pals!



Referensi:

Materi Sesi 9 "Bunda sebagai Agen Perubahan" Matrikulasi IIP Batch #4, 2017

15 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Waah ada sharing ttg blog di rumahmu ya mbaa, pengen ikuut. Kalo jalan dr almufid adoh rak kira2, rodo lali jalan k rumahmu 😅😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum mulai mbak, insya Allah mulai bulan depan. Mbak Rahmi bisa jadi mentornya ya hehe..

      Delete
  2. Wah setuju passion plus emphaty sama dengan social venture 😊👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huum mbak.. Kalau nggak dimulai dari diri sendiri, siapa lagi ya?

      Delete
  3. bukan tentang bisa atau tidak bisa ya mbak.. tapi mau atau tidak mau.. kalau ada kemauan pasti ada jalan.. makasih mbak.. doakan saya dikasih rizki jadi ibu.. insya allah mau belajar ngikuti jejak mbak marita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. Kadang sebenarnya kita bisa, tapi enggan melakukannya.. :) Aamiin.. Btw, belajarnya mulai sekarang bisa lo mbak, nggak usah nunggu jd ibu dulu.. Ni teman sekelas saya beberapa ada yg belum jadi ibu, ada yg belum menikah juga malah :) semangat ya mbak.

      Delete
    2. hehe, masih tahap ngumpulin info ni mbak.. insya allah cepat nyusul.. makasih mbak

      Delete
  4. Kenapa kita mirip banget ya...sama-sama seneng baca, sama-sama seneng nulis, sama-sama seneng musik dan sama-sama suka ngajar juga hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena tanggal lahirnya cuma beda sehari hihihi :D

      Delete
  5. wuaa, keren banget ini mbak. to be changemaker :) semangat terus dan tetap menginspirasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, kita semua kudu jadi change maker ya mbak. Thank you mbak :)

      Delete
  6. mantab mb Marita, social venture idea nya sampai 5 bagan, luar biasa. Sukses terus, dan semakin bermanfaat bagi sekitar ya mb..
    salam kenal, saya member IIP surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. soalnya kalau dibikin satu pic jadi kecil-kecil mbak, hehe... Salam kenal mbak :)

      Delete
  7. Ini mantep banget sih isinya 😍😍

    ReplyDelete