header marita’s palace

Ibu Rumah Tangga Belajar Public Speaking? Yay or Nay?



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Hari Senin, 9 April 2018 yang lalu, alhamdulillah aku mendapat kesempatan untuk bisa belajar public speaking dalam sebuah acara yang bertajuk Guyub Blogger. Bertempat di Impala Space, acara yang terlaksana atas kolaborasi antara Akademi Bicara dan Titik Tengah Partnership tersebut mengajak para blogger yang terpilih untuk bisa mencicipi rasanya belajar public speaking bersama para ahlinya, yaitu mbak Nessa Ghozal dan mas Adi Siswowidjono. Kedua nama tersebut merupakan founder dari Akademi Bicara.

Heleh, ibu rumah tangga aja sok-sokan belajar public speaking segala, buat apa to ya…. Adakah yang berpikiran seperti ini. Jangan salah, mas Adi Siswowidjono saja mengungkapkan bahwa public speaking itu bebas dipelajari dan digunakan oleh siapa saja. Apakah oleh dokter, pekerja kantoran, guru, manajer, bahkan seorang ibu rumah tangga sekali pun. 

La kalau dokter, pekerja kantoran, guru atau manajer jelas dong ilmu public speaking itu sangat diperlukan, karena profesi tersebut harus menghadapi pasien, klien, murid atau tamu. Kalau ibu rumah tangga yang dihadapi cuma anak, suami, tetangga… apa iya butuh public speaking? 

Nah ini, apakah yang disebut public itu hanya mengacu pada pasien, klien, murid dan tamu? Bukankah anak, suami dan tetangga juga merupakan bagian dari public?

Mas Adi Siswowidjono sempat menambahkan dalam bagian pembuka materi, “selama kita berbincang minimal di depan dua orang, maka itu artinya kita sedang berbicara dengan public.” Wah, berarti tanpa sadar selama ini seorang ibu rumah tangga yang sedang ngobrol dengan anak-anaknya, dengan anak dan suaminya atau dengan para tetangga, juga sedang melakukan sebuah pembicaraan public ‘kan? So, ibu rumah tangga perlu dong ya belajar ilmu beginian? Kalau eike sih yay!

mas Adi dan mbak Nessa, founder of Akademi Bicara


Saatnya IRT Belajar Public Speaking

Dari materi yang disampaikan mbak Nessa Ghozal dan Mas Adi Siswowidjono di acara Guyub Blogger, menurutku setidaknya ada tiga alasan mengapa seorang ibu rumah tangga perlu belajar public speaking.


Pertama, agar dapat menyampaikan pesan dengan lebih baik.

Baik itu sedang berkomunikasi dengan anak, suami atau pun tetangga, terkadang kita kelupaan bahwa tujuan dari komunikasi adalah menyampaikan pesan. Nah, nggak jarang dalam proses komunikasi tersebut terjadi salah paham. Mungkin karena kita terlalu mbulet dalam menyampaikan informasi atau bahasa yang kita pakai tidak efektif, hingga akhirnya orang yang kita ajak ngobrol nggak paham sama maksud pembicaraan kita. Nah, dengan belajar public speaking setidaknya kita bisa meminimalisir miss communication tersebut.




For example, kalau biasanya ngomelin anak nyerocos aja tanpa jeda, siapa tahu setelah belajar public speaking, kita ngomelin anaknya bisa lebih cantik. Ada intonasinya, ada penekanannya, hehe. Furthermore, kita bisa membacakan buku cerita buat anak jadi lebih atraktif setelah belajar how to speak well. Saat di arisan PKK misalnya kita dapat amanah menjadi sekretaris RT dan harus membacakan notulen atau membuka tutup acara arisan, kita bisa melakukannya dengan lancar tanpa grogi.

Kedua, meningkatkan percaya diri.

Mendengar itu memang penting, namun sesekali kita juga perlu didengar. Pasti ada dong waktunya kita perlu menyuarakan pendapat, entah saat forum keluarga membahas agenda liburan mau ke mana atau saat arisan PKK berdiskusi tentang acara piknik atau tujuhbelasan. Jangankan menyuarakan pendapat, memperkenalkan diri ke orang lain saja bisa grogi dan wel-welan kalau nggak terbiasa to? Sering aku lihat dan mengalaminya sendiri sih, saat masih aktif bekerja di ranah publik, berkenalan di depan forum jadi sebuah rutinitas. Namun ketika beralih ke ranah domestic, berkenalan di depan forum, bahkan cuma forum RT saja bisa deg-degan kaya mau pingsan, wkwkwk. 

Rata-rata yang aku lihat belum banyak ibu rumah tangga yang dengan bangga menunjukkan jati dirinya; merasa minder, merasa nggak punya kemampuan, bahkan ada yang merasa sudah sekolah tinggi-tinggi tapi kerjaannya sekarang nyebokin anak doang. Apalagi ketika jarang mengikuti acara-acara di luar rutinitas domestik, dijamin ngewel deh meski hanya diminta berkenalan saja. 

Nah, belajar public speaking menurutku bisa melatih rasa percaya diri kita, meningkatkan performa kita di depan publik. Jadi kalau diminta memimpin menyanyikan lagu mars PKK sudah nggak grogi lagi, atau diminta pendapat sama suami tentang agenda liburan bisa lancar menyampaikan pendapatnya.

Ketiga, karena kita seorang ibu.

“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.”
Yang artinya, “ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.”

Jangan sampai predikat ibu rumah tangga membatasi diri kita untuk terus belajar hal-hal baru, termasuk soal public speaking. Memang sih kita juga nggak perlu bisa semua hal, tapi ketika anak-anak kita melihat betapa ibunya masih sangat excited belajar di usia yang tak lagi muda, anak-anak akan terpacu semangatnya untuk menjadi pembelajar. 



Mungkin jika kita memiliki anak yang rasa percaya dirinya kurang, kita bisa berkaca dulu ke dalam diri sendiri. Jangan-jangan kita pun juga masih kurang pede sama diri sendiri. Sebelum membantu masalah anak, bisa kita mulai dengan membantu diri kita sendiri. Salah satunya dengan belajar public speaking. Setelah kita sudah mampu menaklukkan monster ketidakpedean di dalam diri, baru deh kita bantu anak untuk menemukan kepercayaan dirinya. Raise your kids, raise yourself.

Dasar-dasar Public Speaking

Setelah kita tahu alasan kenapa IRT juga butuh belajar public speaking, kini saatnya aku mau share tipis-tipis materi yang aku dapat dari mbak Nessa dan mas Adi saat acara Guyub Blogger. Mau nggak dibisikin dasar-dasar public speaking? Yuuuk!

Kalau mau belajar public speaking secara mendalam sih pastinya banyak materi dan panjang banget ya prosesnya, tapi dengan dua hal yang disampaikan mbak Nessa dan mas Adi berikut ini, insya Allah sudah jadi modal yang cukup untuk bisa menjadi public speaker yang baik kok. Yang paling penting sih, banyakin jam terbang, banyakin praktek.

Body Language

Modal pertama sebagai seorang public speaker yang baik yaitu kita perlu memperhatikan body language. Materi pertama ini disampaikan oleh mas Adi. Nggak hanya menyampaikan secara teoritis, mas Adi pun membawakan materi ini dengan full expression dan gesture yang oke banget. Jadi para peserta pun ikut terlibat dan bisa lebih cepat mendalami materinya.

mas Adi mencontohkan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat jadi public speaker

Pada sesi ini, mas Adi menyampaikan 10 hal yang tidak boleh dilakukan ketika kita sedang berbicara di depan publik.

Satu, menyilangkan tangan atau kaki. Posisi ini seakan ingin memberi kesan bahwa kita lebih tinggi dari audiens. Padahal ada hal penting yang harus diingat bahwa posisi kita sebagai public speaker itu setara dengan audiens, tidak lebih tinggi atau pun lebih rendah. Kita berada di depan bukan karena kita lebih pintar dari audiens, namun karena kita beruntung mendapat kesempatan untuk membagikan informasi yang kita tahu di depan audiens.


Kedua, memunggungi audiens. Jika kita terlalu sering berada pada posisi ini, kita bisa memberikan kesan kalau kita tidak percaya diri atau kurang menguasai materi yang kita sampaikan. Boleh kok sesekali menunjukkan punggung ke audiens, misal untuk menunjukkan slide presentasi kita, namun durasinya cukup 1- 3 detik saja.

Ketiga, menghindari tatapan mata. Katanya kan mata itu jendela hati, makanya penting sekali untuk melakukan kontak mata dengan audiens. Kontak mata merupakan sebuah usaha untuk memberikan penghargaan kepada audiens, menghormati mereka. Coba saja bayangkan kalau kita sedang ngobrol sama sesorang, dan orang tersebut malah melihat ke bawah, ke atas, lirak-lirik sana-sini atau ke sekeliling, pasti kita merasa diabaikan to? Begitu juga saat kita menjadi public speaker, eye contact is the most important thing to do.



Keempat, menatap ke arah titik yang sama secara terus menerus. Ya, eye contact memang penting. Tapiiii, melihatnya juga jangan lama-lama, apalagi kalau melihatnya ke arah yang sama terus menerus, bisa jadi audiens tersebut jengah juga kalau kita lihatin terus-terusan, hehe. Do screening saja ke semua audiens, pindah-pindah dari satu mata ke mata yang lain. 

Kelima, berdiri di tempat yang sama sepanjang presentasi. Bosen nggak sih saat seorang guru atau dosen sedang mengajar cuma duduk di kursinya atau berdiri anteng di depan papan tulis sepanjang pelajaran? Belajar dari hal itu, cobalah untuk mengeksplorasi ruangan presentasi, sesekali di tengah, sesekali di pinggir, sesekali menyapa audiens.



Keenam, berjalan terlalu cepat atau mondar-mandiri. Meski disarankan untuk berpindah posisi, bukan berarti kita juga bisa jalan dengan asal, atau mondar-mandir sepanjang presentasi ya. Sesuaikan kebutuhan saja.

Ketujuh, mengulang-ulang gestur terlalu sering. Biasanya ketika kita nggak biasa berbicara di depan publik, kita seringkali mengeluarkan suara semacam eeee… Selain itu juga biasanya kita mengulang gestur seperti melipat jari tangan, membukanya lagi, dan sebagainya. Sah-sah saja menggunakan tangan selama presentasi, namun perhatikan juga agar tangan kita tidak sampai mengenai audiens. Selain itu kita juga harus memastikan gerakan tersebut tidak diulang berkali-kali karena bisa memberikan kesan kalau kita sedang menutupi grogi. Untuk mengantisipasi hal ini penting banget sebelum tampil di depan umum, kita harus menyiapkan materi dan menenangkan diri. Jangan sampai datang terlambat dan pastikan kita tidak dalam kondisi lapar atau haus.



Kedelapan, fidgeting. Hampir sama dengan poin ketujuh, fidgeting itu misalnya, mengetuk meja berulangkali, memegang rambut atau jilbab berkali-kali. Biasanya hal ini juga muncul karena nervous.

Kesembilan, lupa tersenyum. Biasanya saking nervousnya kita lupa senyum di hadapan audiens. Padahal senyum itu sangat penting untuk memenangkan hati audiens. Sama halnya dengan poin ketujuh, persiapan yang matang dan datang tidak terlambat bisa jadi cara mengantisipasi lupa tersenyum. Melakukan ice breaking di awal acara untuk mencairkan suasana juga bisa jadi hal yang menarik. Ice breaking selain dilakukan dengan game, bisa dengan cara memuji audiens, tapi jangan lebay ya… tulus saja.



Kesepuluh, berbicara terlalu cepat, terlalu kencang, terlalu pelan, atau terlalu lambat. Kalau yang ini sudah jelas lah ya? Intonasi, speed, dan volume harus benar-benar diperhatikan agar audiens nyaman.

Suara

Setelah belajar tentang body language, saatnya belajar mengatur suara saat berbicara di depan umum. Kali ini materi disampaikan oleh mbak Nessa. Sama halnya dengan mas Adi, mbak Nessa pun membawakan dengan cara yang asyik, atraktif dan nggak bikin bosen.

Mbak Nessa memulai materinya dengan mengingatkan bahwa tidak ada topic yang membosankan, tinggal bagaimana kita mampu menyampaikannya dengan baik. Salah satu teknik untuk menyampaikan topik dan pesan dengan baik yaitu dengan managing our voice. Beberapa hal yang harus kita perhatikan menyangkut soal suara sebagai berikut:


  • Intonasi – kita harus bisa menempatkan tinggi rendah nada secara pas. Kapan harus berbicara dengan nada rendah, kapan harus menggunakan nada tinggi, jangan tabrak dengan satu nada sepanjang presentasi karena akan terasa flat dan membosankan.

aksi mbak Nessa saat menyampaikan materi
  • Aksentuasi – memberikan penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu, misal saat menyebutkan nama orang atau pesan penting yang ingin kita sampaikan.
  • Artikulasi – kejelasan kata. Untuk melatihnya kita bisa praktek mengucapkan “ main, mein dan moun” setiap hari. Lebih baik lagi kalau berlatih di depan kaca sehingga kita bisa sekaligus melatih ekspresi wajah.

  • Perhatikan speed, pace dan pause – saat berbicara di depan umum jangan sampai kita belibet karena ngomong terlalu cepat, jangan pula membuat audiens ngantuk karena kita ngomong terlalu pelan. Pastikan kita punya nada/ derap suara yang enak; saat kita mengajukan pertanyaan tentu saja berbeda saat kita menyampaikan pernyataan. Tidak lupa pula berikan jeda saat berbicara, karena kemampuan para audiens dalam mencerna pesan belum tentu secepat kita ngomong.

Mengatasi Panic Attack

Selain menyampaikan modal dasar sebagai public speaker, mas Adi dan mbak Nessa di sela-sela materi juga menyisipkan bagaimana caranya menghadapi serangan panik. Kata mbak Nessa panik itu hal yang wajar dan bisa terjadi kapan saja, nggak mengenal apakah orang tersebut jam terbangnya sudah tinggi atau belum.

Namun jika kita mau mengenal diri kita lebih baik, kepanikan itu bisa diatasi kok. Sebenarnya nggak ada teori yang saklek tentang mengatasi panik dan grogi, seseorang bisa saja memakai cara A, tapi belum tentu cara tersebut cocok dipakai oleh orang yang lain. Mbak Nessa saat itu membocorkan tips mengatasi panik yang biasa dilakukannya; menulis panik atau noise yang mengganggu di kepala, transfer energi negatif itu ke dalam kertas lalu buang. Dipraktekkan secara konsisten ya. Perlahan, mulai membiasakan melakukan prose situ tanpa harus menuliskannya di kertas, cukup dengan mengambil nafas, terima rasa panik itu lalu let it go.





Panik juga biasanya timbul karena kita kurang menguasai audiens atau materi. Maka penting banget sebelum mengiyakan menjadi pembicara di suatu acara, tanyakan dulu acaranya apa, audiensnya bagaimana – apakah remaja, pejabat, ibu PKK, salami dulu audiensnya dengan datang lebih awal dan ajak mereka ngobrol. Dari obrolan tersebut, kita juga bisa mendapat bahan omongan saat berbicara di depan.

Kita juga harus menyiapkan mental untuk ditatap oleh orang banyak dan harus siap dinilai. Meski begitu kita nggak perlu pusing dengan penilaian audiens, karena akan memecah konsentrasi, fokus saja pada materi yang akan kita sampaikan. Jangan sampai kita pecah konsentrasi hanya karena satu audiens yang nampak tidak suka atau terkesan meremehkan kita. Lihatlah ke arah audiens yang antusias dan ramah agar kita lebih nyaman dan bisa percaya diri.

Saat membuat materi, jangan lupa untuk membuat mind mapping agar mempermudah kita menyampaikan poin-poin pembahasan. A good public speaker should be a good actor or actress! Jika kita mulai kehabisan bahan obrolan, lihat sekeliling kita dan pakailah menjadi bahan pembicaraan. Gunakan body language untuk menutupi kegelisahan, misalnya saat ada audiens mengajukan pertanyaan yang kita sendiri tidak terlalu menguasainya. Alih-alih menjawabnya dengan pernyataan “nanti saya jawab di belakang panggung” yang bisa menjatuhkan kredibilitas kita sebagai pembicara, kita bisa kok menjawabnya dengan sedikit trik, tentu saja harus pintar-pintar mengolah diksi dan kosa kata.

peserta Guyub Blogger yang serius belajar jadi Public Speaker

Sebuah quote menarik disampaikan oleh mas Adi; 
seorang pembicara yang baik bukanlah sosok pembicara yang cerewet tapi nggak ada isinya. Pembicara yang baik bukan pula yang bisa melawak atau melucu. Pembicara yang baik adalah seorang pembicara yang bisa memahami audiensnya. Audience is the king. Sebagai seorang public speaker yang baik tentu saja kita harus bisa melayani raja-raja kita. Kombinasi antara tatapan mata, sikap dan body language yang tepat akan memberikan kepercayaan audiens kepada kita. 

Asyik kan materi public speaking dari Akademi Bicara di acara Guyub Blogger? Bikin mupeng untuk belajar public speaking lebih lanjut nggak? Fyi, Akademi Bicara ini didirikan sejak setahun yang lalu. Disampaikan oleh mbak Nessa, awal mula didirikannya Akademi Bicara ini karena mbak Nessa dan mas Adi pengen membuat wadah yang menampung keingintahuan khalayak tentang dunia public speaking

Keunggulan dari Akademi Bicara yaitu kelasnya diadakan dalam bentuk small classes dan short course. Artinya, jumlah peserta di tiap kelas maksimal 10 orang, bahkan misal yang daftar cuma dua orang saja tetap akan berjalan lo kelasnya. Katanya, justru tambah private dan jadi lebih mendalam prakteknya. Kelas-kelasnya juga waktunya singkat, untuk meminimalisir para peserta berhenti di tengah jalan. Biasanya satu kelas dilaksanakan dalam dua hari, satu hari untuk teori dan satu harinya lagi untuk praktek. Meski begitu mas Adi dan mbak Nessa sangat welcome bagi para alumni Akademi Bicara yang ingin konsultasi setelah kelas berakhir. Pokoknya dibimbing sampai bisa deh.

Akademi Bicara juga menyasar para peserta yang ingin belajar public speaking dengan jiwa anak muda, bukan berarti yang merasa sudah tua nggak boleh ikutan ya. Maksudnya materi-materi yang disampaikan mbak Nessa dan mas Adi ini bakal dibawakan dengan fun, aktraktif dan ekspresif. Hmm, gimana pals jadi tambah penasaran kan sama Akademi Bicara?

Nah, buat yang ingin membuktikan asyiknya belajar bareng mas Adi dan mbak Nessa, ikutan aja kelas Akademi Bicara yang bakal digelar tanggal 23 – 24 April 2018. Materi yang diangkat bertajuk “Win The Presentation”.



Pengen materi lain, pengen ngundang ke instansi tempat kerja atau ke arisan PKK? Cuzz aja hubungi mbak Nessa atau mas Adi di:

Instagram: @akademibicara
Contact person: 0818.2966.29 / 0812.282.3139

Terima kasih Titik Tengah Partnership yang sudah ngajakin belajar public speaking bareng Akademi Bicara. Ditunggu acara-acara selanjutnya. Nggak lupa juga makasih banyak buat Seni Rasa buat cupcakes-nya yang endess banget dan Kopikanu yang tiada duanya, bikin sesi belajar tambah nikmat dan semangat.


sajian dari Seni Rasa yang endeusss pisan

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.



6 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Sama-sama menyampaikan pesan, tapi saya lebih nyaman dan prefer menulis, hehe.

    Tapi bisa dicoba ini tipsnya supaya bisa belajar public speaking.

    ReplyDelete
  2. Mupeng banget kemaren pengen ikutan. Tapi sekarang dah mulai kurangi dikit2 kegiatan keluar soale jalan dikit aja rasanya dah lelah 😅

    ReplyDelete
  3. Ngiri tingkat dewa deh tiap baca cerita kalian yg ikut akademi bicara ini. Sayang kmr pas ada jadwal ngajar :(

    ReplyDelete
  4. Acaranya seru banget ya mbak. Public Speaking ternyata dibutuhkan oleh semua orang ya. Nice sharing mbak Marita.

    ReplyDelete
  5. Thanks sharenya mba.... Superrr....

    ReplyDelete