header marita’s palace

Kesanku setelah 2 Tahun Berpartner bersama Kuttab Al Fatih Semarang



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Tahun ini adalah tahun kedua bagi Ifa belajar di Kuttab Al Fatih (KAF) Semarang. Sebuah perjalanan pemikiran yang panjang hingga akhirnya kami memutuskan memilih KAF sebagai partner dalam pendidikan Ifa. Salah satu yang membuat aku dan ayah Ifa klik memilih KAF adalah mengenai sistem pembelajarannya yang memegang teguh “adab sebelum ilmu, ilmu sebelum iman, dan iman sebelum al Quran.

Saat kami belum mengenal KAF, banyak kasak-kusuk yang terdengar. Tentang pembelajaran di KAF yang terlampau keras, tidak sesuai dengan fitrah anak, dan sebagainya. Ya begitulah, tak kenal maka tak sayang. Ketika pada akhirnya kami sudah ada di dalamnya, ternyata ketakutan-ketakutan tersebut tak terbukti. Sebuah sistem pembelajaran yang mengacu pada parenting nabawiyah alias dasar-dasar pengasuhan anak yang berlandaskan tata cara Rasulullah mendidik generasi pertama muslim tak mungkin jika tak sesuai dengan fitrah anak bukan?

KAF dan Konsepnya yang Unik


Memang berbeda dengan sekolah lain yang menjunjung ‘kebebasan bereksplorasi’ di mana anak bebas belajar lewat bermain. Di KAF kami diajak untuk lebih berhati-hati agar tak terlalu memuja parenting style ala barat. Mempelajarinya sebagai ilmu boleh-boleh saja. Namun janganlah menjadikannya konsep dan referensi utama pengasuhan. Apalagi kini semakin terbuka celah misi pendidikan barat yang mulai merusak tatanan kehidupan, yang beberapa di antaranya bertujuan agar peradaban islam tak lagi berkembang. 



Belajar dan Bermain


Salah satu perbedaan yang mendasar dari parenting style ala barat dan parenting nabawiyah adalah membebaskan anak bermain di sela-sela waktu belajar, alasan yang seringkali digunakan adalah karena saat mereka bermain pun sesungguhnya sedang belajar. Namun di parenting nabawiyah sesuai dengan pedoman pengasuhan ala nabi, mulai usia 5 tahun, anak harus sudah mulai diberikan batasan dan mulai diberlakukan adab. Anak-anak yang terlalu banyak bermain tanpa ada batasan dan arahan, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tak suka dibebani tanggungjawab.

Di KAF, kami meyakini bahwa setiap manusia bebas belajar apa saja namun tetap harus diiringi dengan tanggung jawab yang dimilikinya. Itulah kenapa bermain dan belajar tidak bisa dicampur adukkan. Anak harus punya jam main dan jam belajar yang jelas. Saat bermain, ya bebaslah bermain, nikmati masa kecil dengan sebaik-baiknya. Berlarian, berkejar-kejaran dan bermain pasir sesuka hati. 

Jangan mencari arena bermain di KAF. Sesungguhnya anak-anak adalah makhluk paling kreatif. Hal-hal di sekitarnya bisa menjadi permainan. Terlalu banyak memberikan mainan bisa jadi akan merusak fitrah kreativitas tersebut. Bahkan tak jarang ketika hujan turun, seluruh murid KAF diminta keluar dari kelas dan berhujan-hujanan bersama. Bukan hanya soal bermain air hujan, namun juga belajar mensyukuri nikmat Allah dengan diturunkannya hujan ke bumi.




Pada jamnya belajar, anak-anak akan mulai diajari untuk duduk khidmat mendengarkan ustaz-ustazah menyampaikan materi. Anak harus belajar mengenal adab dalam menuntut ilmu, termasuk berkhidmat pada guru, tidak asyik ngobrol dengan teman dan tidak berlarian di dalam kelas. Mana mungkin anak-anak bisa diam? Nyatanya bisa, jika dipahamkan, dilatih dan dibiasakan. 

Itulah kenapa KAF tidak menerima anak usia dini, alias di bawah 5 tahun. KAF mengikuti pedoman pengasuhan ala nabi, bahwasanya anak-anak sebelum usia 5 tahun harus dididik langsung oleh orangtuanya. Selain itu anak-anak di usia 5 tahun masih berada pada fase bereksplorasi dan belum masuk waktunya ‘ditenangkan’. Setelah memasuki usia 5 tahun pun sebaiknya ibu dan ayah yang langsung mendidik anak-anaknya, namun ketika sistem pendidikan dan pengasuhan di rumah belum terbangun maksimal, KAF bisa menjadi partner bagi orangtua.

Belajar akhlak dan adab memang harus diawalkan. Itulah hal yang aku dan ayahnya anak-anak sukai dari KAF. Bukan soal berapa banyak hafalan yang dimiliki, bukan soal berapa nilai matematika dan IPA, bukan soal seberapa banyak anak hafal dan mengerti pengetahuan ini itu, namun lebih kepada pembentukan akhlak dan adab. Ya, adab memang harus ditularkan. Utamanya tentu saja di rumah. Namun ketika kita memilih lingkungan yang salah, apa yang kita tularkan di rumah bisa rusak dalam sekejap. Maka aku lebih nyaman memilihkan lingkungan yang sesuai dengan apa yang kami inginkan. Pendidikan dasar merupakan pendidikan dengan jangka waktu terlama; 6 tahun! Aku tak mau di waktu terpanjang ini berpartner dengan sekolah yang asal memberikan kebebasan pada anak, sedangkan adabnya belum terbentuk sempurna. 


Melibatkan Sinergi dari Orangtua




Hal lain yang aku sukai dari KAF adalah orangtua menjadi kunci utama pengasuhan. Sejak awal mau masuk ke KAF, tes masuk yang menjadi tolok ukur bagi pengelola menerima santri adalah kesiapan wali santri untuk mengikuti konsep pendidikan KAF yang berbeda. Aku masih ingat, sebelum tes masuk KAF dilaksanakan, para orangtua diminta lebih dahulu membaca buku dan beberapa artikel terkait parenting nabawiyah. Kami juga diminta untuk menonton video-video ceramah Ustaz Budi Azhari yang merupakan founder dari KAF. Semua itu dimaksudkan agar kami memahami konsep KAF. Jika kami merasa cocok, menerima dan sevisi misi, maka artinya kami siap bersinergi dan berpartner bersama KAF.

Salah satu bentuk sinergi orangtua dengan Kuttab adalah setiap bulan para orangtua WAJIB menghadiri kajian/ halaqoh parenting. Bukan hanya untuk para ibu, namun juga para ayah. Jika biasanya di sekolah lain, parenting hanya sebagai salah satu fasilitas tambahan (datang lebih baik, nggak datang tidak apa-apa), di KAF sesi parenting adalah hal yang wajib diikuti. Ada presensi tercatat, bahkan jam kehadiran kami didokumentasikan dengan baik sebagai catatan kedisiplinan saat menghadiri halaqoh. Baik ayah dan ibu harus dua-duanya hadir. Bahkan yang lebih penting justru ayahnya yang hadir, karena ayah adalah kepala keluarganya. Jikalau ibu tak hadir, ayah diwajibkan untuk menyampaikan ilmu yang didapatnya ketika sedang melingkar bersama keluarga. 

Bahkan khusus para ayah, ada event berkala bernama mabit qowwamah. Dalam mabit ini biasanya para ayah akan camping bersama. Namun bukan sekedar camping, akan ada materi-materi terkait kepemimpinan seorang ayah di dalam keluarga sesuai dengan Quran dan Sunnah. Maka jangan kaget, jika seusai mabit, ayah-ayah KAF akan semakin romantis dan bertanggungjawab.




Tidak hanya saat halaqoh orangtua, pengambilan raport di KAF pun mengharuskan kedua orangtua hadir. Bukan ibu atau ayah saja, namun ibu dan ayah harus mau hadir di hari pembagian raport. Jika di hari H hanya salah satu orangtua yang bisa hadir, maka raport tidak bisa diambil dan harus mencari hari lain untuk bertemu dengan ustaz/ ustazah pengampu kelas putra/ putrinya.

Sinergi lainnya adalah tidak adanya PR untuk anak, namun PRnya ditujukan kepada orangtua. PR ini disebut dengan BBO (Belajar Bersama Orangtua). Kami diberikan materi tentang apa yang dipelajari anak di sekolah, dan harus mengulangnya di rumah dengan tujuan murojaah ilmu serta hafalan. Ada lembar yang harus dikembalikan ke ustaz/ ustazah sebagai bukti kami telah melaksanakan BBO. Kan bisa saja bohong? Anak-anak KAF dididik mencintai Allah, salah satunya dengan menjadi pribadi yang jujur dan amanah. Masa iya orangtuanya malah mengajari tidak amanah? Malu dong sama kucing, eh malu dong sama anaknya!

Di KAF juga dikenalkan kembali tentang ta’awun (tolong-menolong) dan wakaf. Sebuah konsep ekonomi yang dulu dijalankan di masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Konsep ini pernah membawa Islam pada puncak kejayaannya. Semoga kelak pun wakaf menjadi hal yang tak lagi asing dan bisa memakmurkan umat Islam seperti generasi salaf.




Buat kami, konsep unik dari KAF adalah sebuah gebrakan dalam masyarakat yang semakin abai terhadap pengasuhan. KAF berusaha mengembalikan kesadaran para orangtua tentang tanggungjawab utamanya pada anak. Bahwa orangtua tidak bisa hanya pasrah bongkokan pada sekolah. Orangtua harus mau bersinergi dan berkolaborasi dengan sekolah secara optimal. Bukan sekedar membantu saat mengerjakan PR, atau persiapan ujian, namun juga menjadi partner pengasuhan dan pendidikan sebenar-benarnya.

Halaqoh Orangtua, Momen yang Selalu Dinanti Setiap Bulan


Salah satu tema kajian yang selalu diingatkan oleh para assatidz KAF adalah tentang mengembalikan kesadaran para orangtua untuk meneladani kepribadian Rasulullah SAW, termasuk dalam mengasuh anak. Berikut ini adalah salah satu sesi halaqoh orangtua yang paling terekam jelas dalam ingatan. 

Cara Menduplikasi Akhlaq Rasulullah


Kepribadian Rasulullah menunjukkan jalan yang lurus, bimbingan yang benar, cerdas dan tepat. Semua itu karena kepribadian beliau bersumber pada Al Quran; satu-satunya kalam Allah yang paling benar, lengkap, dan tidak ada kebathilan di sisi manapun. Oleh karenanya untuk bisa memahami dan mengikuti kepribadian Rasulullah, kita harus melakukan dua hal ini;




1. Memahami Al Quran dan mentadaburri ayat-ayatnya guna mempelajari karakter Rasulullah,
2. Mempelajari shiroh Nabiyullah Muhammad SAW.

Akhlaq adalah hal utama di dalam hidup. Orang yang berakhlak baik dengan orang yang ahli ibadah bisa saja memiliki derajat yang sama, asalkan orang berakhlak baik tersebut juga memiliki nilai ibadah yang baik, meski mungkin tak sebaik para ahli ibadah. 

Di satu sisi ahli ibadah bisa jadi memiliki derajat yang lebih buruk di mata Allah jika niat dan akhlaknya buruk. Misal, ada orang yang sholatnya tak pernah bolong, termasuk sholat sunnah, dan rajin melaksanakan puasa sunnah, namun niatnya hanya untuk mendapat pujian dan memiliki akhlak suka menggunjing tetangga. Akan lebih tinggi nilainya orang yang suka membantu sesama dan menjaga lisannya meski sholatnya tak lebih sempurna dibanding yang ahli ibadah.

Seseorang yang memiliki derajat paling dekat dengan rasul di akhirat kelak adalah orang yang akhlaknya baik. Orang yang paling dibenci Rasul dan ditempatkan jauh dari Rasul di hari kiamat adalah orang yang telalu banyak bicara, ‘bermulut besi’ dan orang yang sombong.




Barangsiapa yang Allah beri kelembutan, maka kelak akan diberikan kebaikan dunia akhirat. Untuk mencapainya, kita harus selalu menyambung silaturahim, bertetangga yang baik dan menyejahterakan masyarakat. Tiga hal ini akan dapat memanjangkan umur. Bahkan meski sudah meninggal, kita akan tetap dikenang. Namun ingat, kita melakukan semua hal baik itu bukan untuk mengharapkan pujian, namun dalam rangka melakukan usaha terbaik yang kita bisa.

Oleh karenanya jangan pernah lepas dari doa ini setiap harinya;

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina adzabannar.
Artinya: Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka. (QS. al-Baqarah : 201).

Hubungan Akhlaq dan Kualitas Shalat




Seseorang yang berusaha untuk memperbaiki akhlaknya, insya Allah akan diikuti dengan perbaikan kualitas ibadahnya. Akhlak yang baik sejatinya didapat dari sholat yang khusyuk. Dikatakan bahwa sholat bisa menahan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Ibnu Mas’ud pernah ditanya mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau,

Juga disampaikan dalam hadits;

إِنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَنْفَعُ إِلاَّ مَنْ أَطَاعَهَا
Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat. (HR. Ahmad dalam Az Zuhd, hal. 159 dengan sanad shahih dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 13: 298 dengan sanad hasan dari jalur Syaqiq dari Ibnu Mas’ud).

Al Hasan berkata,

مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah. (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan)

Abul ‘Aliyah pernah berkata,

إِنَّ الصَّلاَةَ فِيْهَا ثَلاَثُ خِصَالٍ فَكُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَكُوْنُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الخَلاَل فَلَيْسَتْ بِصَلاَةٍ: الإِخْلاَصُ، وَالْخَشْيَةُ، وَذِكْرُ اللهِ. فَالإِخْلاَصُ يَأْمُرُهُ بِاْلمعْرُوْفِ، وَالخَشْيَةُ تَنْهَاهُ عَنِ المنْكَرِ، وَذِكْرُ القُرْآنِ يَأْمُرُهُ وَيَنْهَاهُ.
Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui Al Qur’an yang memerintah dan melarang sesuatu. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65).

Agar sholat benar-benar berjalan sesuai fungsi tersebut, maka syaratnya adalah harus khusyuk. Tidak akan bisa kita mencegah perbuatan keji dan munkar, jika sholat kita masih belum 100 % khusyuk.




Ada orang yang sholatnya rajin dan selalu tepat waktu, namun di rumah suka melakukan KDRT kepada anak istrinya. Maka bisa jadi sholatnya baru sebatas gerakan, belum mencapai kekhusyukan yang Allah inginkan. Karena jika sholatnya sudah benar-benar khusyuk, tak akan mungkin tega melakukan kekerasan pada keluarganya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik pada keluarganya, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku. [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285]

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan;

Shalat bisa mencegah dari kemungkaran jika shalat tersebut dilakukan dalam bentuk sesempurna mungkin.

Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kita untuk meminta kepada Allah agar diberi pertolongan untuk mendapat bentuk shalat seperti itu. Marilah kita sempurnakan shalat tersebut sesuai dengan kemampuan kita dengan memenuhi rukun, syarat, wajib, dan hal-hal yang menyempurnakan shalat. Semoga Allah mudahkan dan sempurnakan shalat-shalat kita. Aamiin.




Demikian sedikit kisahku bersama KAF, doakan kami sekeluarga istiqomah. Btw, setelah dua tahun di KAF, aku pun menyadari bahwa tidak ada sekolah yang benar-benar sempurna. Kurikulum Kuttab dibandingkan sekolah lain yang ada di Indonesia, menurutku bisa dikatakan masih terbaik karena hanya berdasarkan Al Quran dan Al Hadits. Kuttab bukanlah sekolah yang bervisi dunia, namun menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya. Namun pengelola dan para ustaz/ ustazah juga hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan, begitu pula para wali santri KAF. Karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah. 

Kami hanya bisa berharap dan bermunajat bahwasanya Allah akan menutup ketidaksempurnaan tersebut dengan rahmatNya. Semoga ikhtiar kami untuk mengikuti pedoman Rasulullah SAW dalam urusan mendidik dan mengasuh anak bisa mendapat keberkahan dariNya. Aamiin. Yang pasti, dari KAF sebagai orangtua aku banyak belajar. Tak hanya belajar menjadi orangtua, namun juga belajar memahami ajaran islam dengan lebih baik. Jika teman-teman ingin tahu lebih detail mengenai KAF, silakan langsung meluncur ke web official-nya ya.

Demikian sedikit pengalamanku selama dua tahun ini berpartner dengan KAF. Tentu saja aku memilih KAF karena sesuai dengan visi misi keluargaku. Belum tentu pilihan ini sesuai dengan kebutuhan keluarga teman-teman. Apapun dan di manapun sekolah yang dipilih teman-teman, ingatlah bahwa sekolah hanyalah partner. Karena tanggungjawab utama pendidikan dan pengasuhan anak terletak di tangan orangtuanya. Terima kasih sudah mampir. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh,

13 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Setuju ni..Adab sebelum ilmu itu penting...

    ReplyDelete
  2. Nyesek banget baru tahu kalau ada cara belajar sambil bermain itu bukan cara terbaik. udah tahu sedari dulu sih kalau adab lebih utama dari pada Ilmu, tapi mencari dengan serius sekolah yang khusus mengajarkan ini, Mbak Marita dan keluarga memang luar biasa?

    ReplyDelete
  3. Terima kasih sudah menuliskannya mbak. Saya jadi termotivasi buat belajar banyak tentang parenting nabawiyah. Selama ini suka sekali baca buku parenting modern. Tulisan inj menambah pengetahuan saya.

    ReplyDelete
  4. Al adabu fauka ilmi,
    Akan tampak beda anak yang ditinggal ilmu dengan anak ditinggal adab. Ahhh tulisan kk Marita menjadi bacaan wajib bagi perempuan

    ReplyDelete
  5. Terima kasih info lengkapnya Mbak. Isinya lengkap dan nambah pengetahuan banget.

    ReplyDelete
  6. Ya Allah mbaaa, pengen banget anakku sekolah di KAF :(((

    ReplyDelete
  7. MasyaAllah..saya tertarik jadinya..Tes tulis orangtua di KAF itu bagaimana ya?berarti orangtua harus belajar juga

    ReplyDelete
  8. subhanallah keren mb, mengispirasi saya bisa membangun kawasan yg ada sekolah kuttab

    ReplyDelete
  9. Sekolahnya mondok atau pulang pergi bunda?

    ReplyDelete
  10. Masya Allah.. sesuai dg harapan sy selaku orang tua.. semoga Kuttab Al Fatih segera bisa mendapatkan legitimasi dari pemerintah khususnya dari Kemendikbud sehingga ijazahnya tidak lagi kejar paket A

    ReplyDelete
  11. Mba, jazakillah khair tulisannya. Mohon doanya semoga tahun ini saya bisa bergabung dengan keluarga KAF. ^^

    ReplyDelete
  12. MasyaAllah, jazakillah khair, insyaAllah bermanfaat banget pengalaman yang ibu marita tulis disini, khususnya bagi saya yang sudah putus harapan dengan dunia sekolah umum yang ada sekarang, yang secara prinsip saja sudah kurang sesuai dengan nilai-nilai islami, khususnya dalam hal ekonomi yaitu mengacu pada kapitalisme. semoga umat islam senantiasa diberi rahmat dan keberkahan dalam menjalani kehidupannya. sudah saya tunggu tulisan pengalaman-pengalaman selanjutnya.

    ReplyDelete
  13. Bismillah semoga thun ini bisa berpartner dgn KAF, meski galau nih pas test santri anakku nangis2 gk mau jauh dri mama y😢

    ReplyDelete