header marita’s palace

7 Langkah Menuju IRT Produktif Berkarya



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

“Marita enak ya, di rumah tapi masih bisa produktif. Kalau aku mana sempat, ngurusin cucian, bersihin rumah, ngurusin anak-anak, 24 aja rasanya kurang.”

Tidak satu dua teman sesama IRT yang mengirimkan chat senada seperti di atas. Aku cuma memamerkan senyum termanis lewat emoticon yang mewakili. Kalau sedang mood ngobrol ya biasanya aku akan open discussion. Yang intinya apakah ngurusin cucian, bersihin rumah dan ngurusin anak-anak bukan sesuatu yang produktif? Apakah produktif selalu berhubungan dengan kegiatan di ranah publik?

Di satu sisi, ada juga beberapa teman yang masih kerja kantoran chat semacam ini:

“Wah, enak ya jadi IRT tambah produktif… bisa disambi ngeblog, bisa ikut event-event asyik sekaligus bisa santai-santai di rumah, antar jemput anak. Aku baru bisa ketemu anak kalau sore, kalau harus lembur bisa jadi baru malam ketemunya. Nggak mungkin lah disambi nglakuin hobi atau aktivitas seneng-seneng.”



Betapa dunia itu memiliki dua sisi kan? Memang rumput tetangga seringkali terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri. Bisa jadi dua alasannya, karena tetangga rajin nyiramin dan merawat rumputnya hingga tumbuh subur sementara kita asyik memantau rumput mereka dan lupa merawat rumput sendiri. Atau karena tetangga makai rumput sintetis… wkwk.

Sesungguhnya hidup itu selalu menuntut kita untuk produktif kok, kita saja yang kadang nggak sadar telah melakukan produktivitas karena kurang memberikan apresiasi terhadap pencapaian-pencapaian diri sendiri.

Makna Produktif 


Para ibu yang bekerja di ranah publik jelas produktif dengan segala aktivitas kantorannya dari jam 8 pagi hingga 5 sore atau malah sampai jam 8 malam. Belum lagi ada juga para ibu bekerja yang very strong, sebelum berangkat kerja harus menyiapkan bekal untuk anak dan suaminya. Nanti pulang kerja pun masih menemani anak belajar dan menyelesaikan urusan domestik lainnya.

Bagaimana dengan ibu yang bekerja di ranah domestik alias ibu rumah tangga? Apakah hanya karena mereka stay at home, keluarnya cuma saat antar jemput anak, lalu mereka tidak produktif? Yuk, kita tengok dulu sebenarnya makna produktif menuru KBBI apa sih?

produktif/pro·duk·tif/ a 1 bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar): perkebunan itu sangat --; 2 mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya); menguntungkan: tabungan masyarakat dapat dipinjamkan kembali untuk keperluan --; 3 Ling mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru: prefiks meng- merupakan prefiks yang --

Bisa disimpulkan dari makna di atas, produktif berhubungan dengan kegiatan yang mampu menghasilkan. Hasilnya apa? Bisa macam-macam, bisa jadi produk, jasa, manfaat dan sebagainya. Jadi apakah IRT bisa jadi perempuan-perempuan yang produktif? Tentu saja!




Bukankah mencuci juga sebuah aktivitas yang menghasilkan? Menghasilkan baju yang tadinya kotor menjadi bersih. Begitu juga dengan menyapu dan mengepel, menghasilkan bukan? Menghasilkan lantai rumah yang tadinya berdebu menjadi kinclong, Mengasuh anak? Jelas sangat produktif! Menghasilkan anak-anak yang cerdas, kreatif dan saleh,

Iya sih, tapi kan nggak menghasilkan uang/ materi...

Mungkin itu yang akan digumamkan oleh teman-teman. Kembali lagi ke makna produktif tadi, bahwa tidak ada syarat bahwa produktif selalu berhubungan dengan menghasilkan uang/ materi. 

Produktif adalah sebuah kondisi dimana kita bisa memaksimalkan waktu, potensi dan sumber daya yang kita punya sehingga bisa menghasilkan karya.

Baju bersih, rumah kinclong dan anak yang cerdas adalah karya! Sayangnya kita sebagai IRT seringkali menganggap semua hal-hal tersebut kecil dan bukan apa-apa.Alhasil, kita jadi sering merasa tidak produktif dan terjebak rutinitas.

7 Rahasia IRT Produktif


Mau tahu bagaimana agar kita bisa lebih memaknai kehidupan kita sehingga bisa menjadi IRT yang lebih produktif, aktif dan bahagia? 

1. Bahagia dengan Pilihan Kita




Menjadi IRT atau ibu bekerja di ranah publik adalah pilihan masing-masing. Jika kita memang sudah memilih menjadi IRT, mau itu karena terpaksa atau tidak, maka terimalah dan berbahagialah dengan pilihan itu. Jangan banding-bandingkan dengan kehidupan orang lain, karena mereka punya sepatunya masing-masing.

Apa yang aku jejak tidak sama dengan yang teman-teman jejak. Jadi jangan dikira apa yang menyenangkan buatku akan sama menyenangkannya jika dialami oleh teman-teman. Kunci berbahagia atas pilihan kita adalah syukuri. 

Terdengar klise, tapi yaa.. itulah yang sudah kujalani selama ini. Semakin aku bersyukur atas hidup yang kujalani, semakin mudah aku melewati hari-hariku, dan semakin mudah kuraih kebahagiaan. 

2. Temukan Misi Hidup




Aku juga pernah kok di posisi merasa paling capek, sampai kemudian lahirlah tulisan Capekan Siapa. Yang kemudian membuatku tersadar bahwa setiap orang itu punya perannya masing-masing. Kenapa si A sukses begini, si B sukses begitu, si C meski IRT tapi selalu tersenyum lepas… Jawabannya cuma satu, karena mereka sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sudah ikhlas dan menerima pilihan mereka. 

Ketika kita sudah mampu berbahagia atas pilihan kita, perlahan kita akan menemukan ‘wangsit’ dari Allah. Sebuah aha moment di mana akhirnya kita tahu, “ini nih alasan kenapa aku jadi IRT.” Misi hidup inilah yang akan memandu kita untuk tetap waras dan semangat dalam menjalani hari-hari yang penuh warna-warni.

3. Maknai Setiap Aktivitas, Jangan Sekedar Rutinitas


Sebagai IRT kita seringkali terjebak dengan rutinitas. Bangun pagi, nyiapin sarapan, nyiapin teh buat suami, bangunin anak-anak, nyiapin anak-anak sekolah, nyuci baju dan seterusnya. Saking hafalnya kita nggak ada bedanya dengan robot yang sudah disetting programnya untuk melakukan ini dan itu.

Kita bukan robot, pals. Kejenuhan hadir ketika kita menjalani aktivitas berturut-turut setiap hari tanpa ada makna dan rasa di dalamnya. Sama halnya dengan rumah tangga, ketika cinta tak dirawat dengan banyak ngobrol, saling menyentuh, saling memberi perhatian dan menjadikan hubungan suami istri sekedar rutinitas, maka perlahan kejenuhan akan hadir dalam rumah tangga.




Maka penting sekali untuk memaknai dan memberikan ruh di setiap aktivitas harian kita, sekecil apapun. Saat mencuci, hadirkan rasa bahagia di dalam diri karena tangan kita masih kuat membersihkan baju-baju kotor milik keluarga. Jika besok usia semakin renta, tangan kita mungkin tak lagi kuat menggiling baju dan anak-anak akan merindukan baju-baju yang kita cuci sendiri.

Saat memasak, hadirkan rasa cinta bahwasanya mengingat anak-anak yang semangat menghabiskan masakan kita, sesederhana apapun masakan yang kita sajikan. 

Memaknai aktivitas harian akan memberikan kita semangat untuk melakukan yang terbaik, bukan sekedar sebuah rutinitas yang berujung pada lelah dan bosan. 

4. Buatlah Kandang Waktu


Kenapa sih aktivitas rumah tangga terkesan nggak ada habisnya, bahkan hampir semua IRT selalu bilang 24 jam nggak akan cukup untuk mengerjakan semua aktivitas. Benarkah demikian?

Dari pengalamanku selama jadi IRT, kenapa pekerjaan domestik terasa nggak pernah ada habisnya; s

Satu, terlalu banyak rebahan alias menunda-nunda. Ah mumpung anak masih tidur, ntar aja cuci piringnya, scrolling IG dulu deh. Nggak terasa sudah satu jam berlalu. Akhirnya saat mau beranjak ke dapur, eeeh si bocil bangun. 




Dua, nggak ada planning yang jelas. Hari ini mau ngapain, apa saja yang mau dikerjakan, nggak ada perencanaan, semua berjalan alami dan spontan. Akhirnya karena nggak direncanakan, sering sekali kita melakukan hal-hal yang sebenarnya nggak mendesak tapi kita lakukan saat itu juga. Sedangkan urusan yang mendesak malah jadi terlupakan dan nggak dikerjakan karena waktu kita habis untuk mengerjakan hal yang nggak mendesak tersebut. Misal, lagi cuci piring di dapur lihat rak piring berantakan. Kita menata rak piring tersebut, tanpa sadar menghabiskan waktu sampai 45 menit. Baru sadar kalau tadi setelah cuci piring sebenarnya mau memasak. Namun karena waktunya sudah habis buat menata rak piring, nggak sempat masak dan sudah waktunya jemput anak.

Sebenarnya nggak masalah sih bekerja secara spontan, aku pun termasuk orang yang nggak terlalu bisa tight on schedule, malah pusing kalau harus dijadwal jam sekian sampai sekian harus kelar A, dsb.

Tapi setidaknya kita punya kandang waktu. Kandang waktu ini bisa bantu kita mengandangkan jadwal harian rutinitas yang nggak bisa diganggu gugat, dan kapan waktu untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang ibu, istri dan perempuan. Kandang waktu juga membantu kita untuk memilah mana aktivitas yang penting dan mendesak, penting tapi nggak mendesak, tidak penting dan mendesak, serta tidak penting dan tidak mendesak. 



Ini ilmu yang aku dapat dari Bu Septi Peni. Jadi, meski kita kerjanya di rumah sebagai IRT, kita juga harus punya jam kerja yang jelas. Ibu Septi mencontohkan 9 to 9. Itu artinya batas mengerjakan urusan domestik (nyuci, ngepel, nyapu, nyetrika, dsb) hanya sampai jam 9 pagi. Selesai nggak selesai, tinggalkan! Nanti dilanjutkan lagi setelah jam 9 malam. Lalu antara jam 9 pagi sampai jam 9 malam ngapain? 

Banyak dong, bisa main sama anak, ngaji, baca buku, ikut les jahit mungkin, menulis buat yang suka, dsb.

5. Delegasikan atau Latih


Dulu waktu awal-awal jadi IRT aku selalu berpegang bahwasanya semua pekerjaan harus kulakukan sendiri. Masih idealis dulu. Ternyata oh ternyata, hal itu bikin aku stress! I’m not super woman, I’m only ordinary human yang bisa capek. Dulu aku pikir rasanya tabu seorang IRT nglaundry-in baju, beli masakan di warung, lah kerjaanmu di rumah ngapain saja.




Tapi toh kemudian aku sadar, kegiatanku berbeda dengan IRT - IRT lainnya. Apalagi saat aku masih punya baby Ifa, aku juga harus mengurus ibu yang sakit stroke, malamnya aku masih harus begadang menulis artikel pesanan. Tentu kondisiku berbeda dengan IRT-IRT lainnya. Kenapa harus merasa tabu jika memang butuh bantuan?

Akhirnya aku belajar untuk mendelegasikan. Saat ini, Ifa sudah nggak baby, sudah tidak lagi punya tanggungan ngurus orangtua yang sakit, dan kerjaan mulai santai, aku sesekali mengerjakan semuanya sendiri. Namun saat body lagi not okay, aku juga masih melempar sekantong besar pakaian ke laundry, dan beli makan di warteg.

Kalau nggak punya cukup dana untuk mendelegasikan gimana dong?




Saat anak sudah mulai diajak mengerjakan hal-hal rumah tangga, ajak mereka membantu kita. Misal Affan sudah bisa diajak membereskan mainan dan bukunya sendiri. Sementara untuk anak-anak usia 7 tahun, bisa mulai dilatih mengerjakan aktivitas rumah tangga. Bisa dimulai dengan mencuci piringnya sendiri setelah makan, lalu meningkat dengan mencuci bajunya sendiri. 

Dengan melatih anak-anak life skill semacam ini, tidak hanya anak-anak bisa siap mandiri dalam kehidupannya kelak. Kita pun terbantu dan bisa menggunakan waktu yang ada untuk kegiatan-kegiatan lainnya. 

6. Bergabung dengan Komunitas-komunitas Positif


Kalau teman kita penjual parfum, kita akan ikut terkena bau wanginya. Tapi kalau teman kita penjual daging kambing, bau prengus kambing pun juga akan nempel ke diri kita.



That’s why penting banget buat kita memilih teman. Carilah komunitas yang berisi orang-orang ber-positive vibes, sehingga kita bisa ketularan semangat positif mereka. Cari komunitas yang bisa membuat kita semangat belajar menjadi ibu, istri dan perempuan. Komunitas yang sesuai dengan passion, hobby dan minat kita. Semakin kita disibukkan dengan hal-hal positif, semakin kita nggak sempat mengeluhkan hidup, iri dengan kehidupan orang lain, membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dan nyinyir atas pilihan orang lain.

7. Maksimalkan Modal yang Allah Beri


Allah memberikan modal bagi setiap hambaNya yang mau berusaha. Ketika misi hidup telah kita temukan, saatnya untuk menggali potensi yang Allah berikan. Potensi ini seringkali terkubur ketika kita terjebak rutinitas, maka penting di langkah ketiga setelah menemukan misi hidup, kita harus mampu memaknai seluruh aktivitas, sekecil apapun.

Ingat rumus sukses ala Ayah Edy? H - T - E - M; Happy - Totality - Expert - Money. 

Jika kita bahagia dalam beraktivitas, kita akan total mengerjakan aktivitas tersebut hingga menjadi ahli. Ketika kita sudah menjadi ahli, uang/ materi akan datang dengan sendirinya.




Duh, aku nggak ngerti nih happy-nya saat melakukan apa, gimana dong? Mungkin bisa kita gali dengan 4E nya Abah Rama; Easy - Enjoy - Excellent - Earn.

Sesuatu yang sangat mudah kita lakukan, padahal buat orang lain hal itu susah. Kita juga sangat menikmati saat melakukannya, hingga seringkali lupa waktu. Sesuatu yang mudah dan nikmat kita lakukan, saat kita total dan latih terus, kita bisa mengerjakannya dengan hasil di atas rata-rata. Perlahan aktivitas itu bisa menghasilkan. Tidak melulu soal uang, tapi bisa juga menghasilkan kepuasan batin yang tak ternilai.

"Aku tuh IRT biasa saja, bisanya ya urusan domestik saja. Sambil ngedrakor kalau anak-anak sudah tidur."

Terus kenapa? Urusan domestik kalau dilakukan secara totalitas tetap bisa jadi expert dan excellent kok. Misal baking, awalnya hanya iseng bikinin keluarga, lama-lama mulai berani menyuguhkan ke tamu dan bagi-bagi ke tetangga. Eh, ternyata menurut tamu dan tetangga, kue bikinan kita enak, mulai deh ada yang pesan. 

Bahkan dari menyetrika pun, kita bisa menjadikan ini aktivitas yang luar biasa. Melihat banyaknya IRT yang menjadikan aktivitas ini sebagai aktivitas yang paling membosankan, sementara buat kita menyetrika justru menyenangkan, kita bisa lo membagikan tips menyetrika secara fun. Syukur-syukur bisa dibuat pelatihan dan workshop menyetrika.

Bermain dengan anak pun bisa menjadi sebuah karya! Selain melahirkan bonding berkualitas dengan anak-anak, dari ide bermain anak yang kita kumpulkan siapa tahu bisa menjadi inspirasi buat orang lain. Bisa kita bagikan lewat sosial media, whatsapp, atau malah dibukukan. Nggak pandai menulis? Kita bisa buat pelatihan bermain dengan anak.

Siapa bilang nonton drakor nggak produktif? Bisa kok produktif, asaal setelah nonton tulis review-nya di blog. Lumayan lo.. menurut pengalamanku, niche drakor mendulang viewers cukup tinggi, wkwk.

Nggak semua menghasilkan uang/ materi secara instan, namun ketahuilah ketika kita ikhlas dan menerima peran kita secara utuh sebagai IRT, Allah akan selalu membukakan pintu-pintu rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Yakinlah!



Sejatinya aku menulis ini untuk menasehati diri sendiri, melecut semangatku sendiri yang beberapa bulan ini sempat drop saaay. Selain karena mulai terjebak rutinitas yang mengarah pada rasa bosan, kondisi ekonomi yang goyag-gayig bikin pengen bantu suami juga. Bahkan sudah sempat minta izin untuk bisa kerja di ranah publik lagi sama suami. Doi sih tak pernah melarang, selama hak anak-anak tetap terpenuhi. 

Sudah ada satu pekerjaan di depan mata, namun kemudian aku urungkan niat. Tanpa dinyana saat kembali berbahagia dengan pilihanku sebagai IRT, Allah kirimkan kabar-kabar gembira. Aku kembali lagi diingatkan bahwasanya rezeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari. 

At least, ketika kita happy dengan pilihan hidup sebagai seorang IRT, dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan aktivitas kita sebagai IRT, aura positif itu akan terpancar. Sehingga anak-anak pun jadi lebih ceria dan sehat, suami pun jadi lebih betah di rumah. Loo, hal sesederhana itu pun rezeki kan? Jangan lupa disyukuri, karena Allah sudah berjanji setiap nikmat yang kita syukuri akan semakin dilipatgandakan.

So, semangat menuju tahun yang baru! Berbahagialah dengan pilihan hidupmu, selamat menjadi IRT yang produktif dan mari kurangi rebahan, pals!

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.





Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'

2 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Keren, mbak. Ya ampuuun beneran panjang tulisan ini tapi sarat ilmi. 9 to 9 bisa dimodifikasi, kan, ya? 10-8 misalnya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yess mbak, bisa dimodifikasi sesuai kondisi masing-masing :) Alhamdulillah, semoga ada manfaatnya ya mbak tulisan curcol terselubung ini, hehe.

      Delete