header marita’s palace

Dokter Reisa Broto Asmoro dan New Normal Life

Berkenalan dengan Dokter Reisa Broto Asmoro dan New Normal Life
Ada hubungan apa antara new normal life dan Dokter Reisa Broto Asmoro? Eits, masa enggak tahu sih? Fyi, Dokter Reisa yang terkenal dengan paras ayu dan suara lembutnya itu beberapa waktu lalu ditunjuk oleh pemerintah sebagai juru bicara terkait kehidupan tatanan baru pasca terjadinya pandemi covid-19.


Penunjukannya beliau menjadi jubir sempat diwarnai dengan banyak pro dan kontra. Namun sepertinya sih banyak pro-nya sih. Katanya nih… bapak-bapak jadi lebih sering akses berita tentang covid-19 sejak dokter cantik ini ditunjuk sebagai jubir pemerintah. Hayoo loh, kira-kira ini hal baik atau buruk ya?

Masa ya nggak capek sih memandang hidup dari kacamata negatif melulu, kalau menurutku sih pengangkatan beliau sebagai jubir semacam sebuah pertanda bahwa ada semangat baru menuju hidup yang lebih tertata. Lebih sehat dan lebih teratur ya harusnya? Kira-kira apakah dengan ditunjuknya dokter Reisa sebagai jubir tingkat penyebaran covid-19 bisa menurun?

Sebelum berkomentar lebih jauh, mending kenalan dulu yuk sama dokter yang ternyata pernah jadi runner up Putri Indonesia 2010 ini.

Kenal Lebih Dekat dengan Dokter Reisa Broto Asmoro

Dokter Reisa Broto Asmoro memiliki nama asli Reisa Kartikasari. Nama Broto Asmoro sendiri didapatnya setelah menikah dengan suaminya yang seorang pangeran dari Keraton Surakarta pada 2012. Pas banget sih ya beliau mendampingi seorang pangeran. Selain berparas ayu, suara khasnya yang lembut itu memang identik dengan sosok seorang putri.

fakta tentang dokter Reisa Broto Asmoro
Sebelum menikah pun Dokter Reisa sudah dinobatkan sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2010. Bahkan sempat mewakili Indonesia pada ajang Miss International 2011. Selain berprofesi sebagai dokter, perempuan cantik kelahiran 28 Desember 1985 ini, memang sudah aktif dalam kancah modelling sejak duduk di bangku SMA. Namun siapa sangka kalau ternyata dokter Reisa ini banyak berkecimpung di dunia forensik.

Takjub sih mengetahui informasi ini. Dengan penampilannya yang ayu sepertinya beliau lebih cocok menjadi dokter kecantikan deh. Siapa sangka passion-nya ternyata di dunia forensik. Menurut informasi yang kudapat, dokter Reisa merupakan salah satu anggota DVI (Disaster Victim Identification) yang terlibat dalam proses investigasi korban Sukhoi dan beberapa bom terorisme di Jakarta.

Aku sendiri mulai familiar dengan wajahnya sejak beliau menemani dr. Ryan Thamrin di acara Dokter Oz. Kecerdasan beliau sebagai co-host di acara tersebut pas banget sebagai pendamping dr. Ryan. Sekarang ini, dokter Reisa pun masih aktif di layar kaca sebagai host dari acara Ibu Pintar.

Sebelum didapuk sebagai jubir pemerintah pada 8 Juni 2020, dokter Reisa ternyata juga merupakan anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Public Relations Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) periode 2018-2021. Track record yang beliau miliki menurutku sangat cocok sih dengan amanah barunya sebagai jubir mengenai percepatan penanganan Covid-19 dan protokol kesehatan pada tatanan hidup baru.

Suaranya yang lembut, parasnya yang cantik, penampilannya yang anggun dan pemilihan diksi yang manis merupakan kekuatan dari ibu dokter beranak dua ini. Nah, sekarang tinggal masyarakat Indonesia nih… dengan dikasih jubir yang memikat hati, semoga saja hati orang-orang yang dulunya keras dan ngeyel nggak mau mengikuti anjuran pemerintah bisa meleleh ya.

Pengertian dan Pedoman New Normal Life

New normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait.
Jadi meski istilah ini mulai semakin sering digaungkan, bukan berarti semua wilayah Indonesia bisa menerapkan skenario ini. Ada beberapa pedoman yang harus dijalankan sebelum sebuah daerah memberlakukan new normal.

Berikut ini adalah pedoman menjalankan new normal yang dikeluarkan oleh WHO:

pedoman menuju New Normal Life menurut WHO
  • Suatu negara harus membuktikan bahwa transmisi virus Corona mampu dikendalikan.
  • Meredakan pembatasan dilakukan secara bertahap dan terus mengevaluasi kebijakan tersebut.
  • Kapasitas sistem kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit harus tersedia untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, melacak kontak, dan mengkarantina pasien COVID-19.
  • Risiko penularan wabah telah diminimalkan, dimulai dari kondisi masyarakat dengan kerentanan tinggi seperti di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di permukiman ramai.
  • Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja juga harus ditetapkan, dengan adanya jarak fisik, fasilitas cuci tangan dan selalu mengikuti etika batuk atau bersin.
  • Setiap langkah menuju transisi 'the new normal' harus dipantau oleh otoritas kesehatan, bersama dengan pertimbangan ekonomi dan sosial.
  • Masyarakat harus diberikan edukasi agar bisa bekerjasama dengan baik.
Salah satu edukasi yang setiap saat selalu digembor-gemborkan, salah satunya oleh jubir cantik kita dokter Reisa yaitu mengenai 4 Sehat 5 Sempurna. Dipilihnya istilah tersebut karena sudah familiar dengan masyarakat dan agar mudah diingat.
4 sehat 5 sempurna di sini merujuk kepada penggunaan masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan, serta istirahat yang cukup dan tidak panik. Selain itu jangan lupa jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi agar imunitas tubuh terjaga.
fakta new normal life that you should know
New Normal sendiri akan terus diberlakukan hingga vaksin untuk mengatasi covid-19 ditemukan. Menurut para ahli, vaksin ini paling cepat akan ditemukan pada awal 2021. Jadi, sudah siapkah kita dengan kenormalan baru ini, pals?

Kalau menurutku selain adanya edukasi, penting banget untuk mengubah himbauan-himbauan yang penting menjadi sebuah aturan yang jelas. Misal di Jakarta sudah diterapkan adanya denda Rp 200.000 bagi yang tidak mengenakan masker saat ke luar rumah.

Edukasi memang penting, tapi harus diakui kalau tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah untuk menjalankan himbauan. La aturan aja masih suka dilanggar, apalagi yang cuma yang berupa himbauan. Terkadang untuk menjadikan sebuah habit baru, dibutuhkan aturan dan batasan yang mengikat.

New Normal Life, Sudah Siapkah Aku?

Jujur aku sempat deg-degan sih saat pemerintah mengumumkan Indonesia akan memulai New Normal Life. Melihat kurva yang masih terus naik-naik ke puncak gunung, aku nggak yakin. Bagaimana kalau kejadian di negara-negara lain terjadi di sini?

Di negara-negara yang karantinanya dinilai sudah berhasil, Korea Selatan misalnya, mulai melakukan tatanan hidup baru dan membuka sekolah secara bertahap. Namun beberapa waktu kemudian, voila…. ternyata ditemukan kasus-kasus baru lagi. Bagaimana ya di Indonesia yang sampai hari ini cluster baru penyebaran virus ini masih ada saja?

Tapi kalau dipikir-pikir, virus ini toh sepertinya tak akan semudah itu lenyap. Ya… kecuali Allah langsung kun faya kun. Namun Allah kan ya nggak bakal merubah nasib suatu kaum ketika kaum itu sendiri nggak berikhtiar sebaik mungkin.

bersiap untuk new normal dengan segala peralatan tempur
Berkaca sejak masa karantina hingga sekarang yang katanya sudah new normal, nggak sedikit yang masih santuy berkeliaran di jalan tanpa masker. Biasanya jalanan mendadak sepi ketika cluster baru diumumkan dan dekat dengan tempat tinggal. Namun kalau lokasi cluster barunya jauh sama tempat tinggal masyarakat tertentu, ya yang sepi hanya dekat cluster itu saja, wkwk.

Terkadang memang manusia itu butuh dikasih bukti nyata dulu orang-orang terdekatnya kena, baru beneran sadar kalau covid-19 memang nyata adanya. La apa ya harus nunggu rumah sakit penuh, sampai para dokter kewalahan baru benar-benar nurut sama tatanan baru yang sudah dibuat? Padahal sekarang saja rumah sakit rujukan covid-19 juga sudah mulai kembang-kempis. Ruang isolasi mulai menipis.

Kalau ngomongin khawatir ya pasti khawatir ya, but life must go on. Aku sendiri sekarang mulai berdamai dengan keadaan. Ingat lo ya, berdamainya sama keadaan, bukan sama covid-19 nya, wkwk. Iya, berdamai dengan keadaan yang memang would never be the same. Mau diakui atau tidak, kehadiran covid-19 memang membawa dampak besar di dalam tatanan kehidupan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Presiden, bahwa berdamai yang beliau maksud adalah hidup berdampingan alias beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada, bukan menyerah pada keadaan.
Kalau dulu paling anti pakai masker karena engap banget, sekarang harus dan wajib pakai masker. Anak-anak juga dibekali informasi pentingnya pakai masker saat ke luar rumah, cuci tangan atau semprot pakai hand sanitizer setelah selesai main dan pegang ini itu, bersih-bersih badan setelah sampai ke rumah, nggak boleh langsung rebahan di kamar.

persiapan new normal life ala maritaningtyas
Alhamdulillah dengan bantuan buku cerita tentang corona yang dibuat mbak Watiek Iedo, anak-anak mulai paham dengan protokol kesehatan yang harus dijalankan pada new normal ini. Beruntungnya sih Affan belum mulai sekolah, karena memang bujang cilik ini masih rada slebor. Habis disemprot hand sanitizer, eh tunyak-tunyuk lain-lain lagi. Maka aku nggak heran kalau beberapa waktu lalu sempat banyak emak-emak yang protes saat ada kebijakan sekolah mau dibuka lagi.

Kalau buat anak-anak usia PAUD sampai kelas 2 SD kayanya memang berat sih. Apalagi kalau jumlah siswa dalam satu kelasnya kemruyuk. PR banget pasti buat pihak sekolah dan guru-gurunya. Tapi kalau untuk anak-anak mulai usianya Ifa, insya Allah sudah bisa dikasih pengertian sih ya. Walau pada akhirnya, kebijakan pendidikan terkait new normal sampai hari ini masih belum memberikan izin kepada wilayah-wilayah yang berzona merah untuk membuka sekolah.

Sementara itu di Indonesia, wilayah yang berzona hijau baru 6% saja. Jadi masih bisa bernafas lega deh. Kalaupun nanti pada akhirnya sekolah sudah boleh dibuka, bismillah… semoga Allah lindungi. Karena jujur aku juga mulai kangen Ifa sekolah lagi, wkwk. Bagaimana pun setelah school from home, aku justru semakin sadar kalau membutuhkan partner di bidang pendidikan anak.

Tanggungjawab utama pendidikan anak-anak memang benar adanya bertumpu kepada orangtua, namun menjalankan homeschooling kurasa adalah sebuah pilihan. Dan sampai detik ini belum menjadi pilihan yang cocok untuk keluargaku. Kami masih nyaman menginduk pada sebuah lembaga yang sejalan dengan visi misi keluarga.

Dan pada akhirnya, anak-anak memang sudah mulai bersuara, “Aku bosan di rumah terus.” Jadilah aku dan ayahnya yang awalnya benar-benar tidak memperbolehkan mereka main di luar rumah, mulai mengubah aturan. Diperbolehkan main di halaman rumah, hanya di depan pagar dan tak boleh berkerumun atau main ke rumah tetangga.

Lalu setiap sore saat ayahnya bisa pulang agak awal, mereka akan berkeliling kampung. Sesekali kami mulai melakukan kebiasaan sebelum pandemi. Motoran di malam hari sampai anak-anak tertidur pulas. Setelah pandemi, anak-anak tidurnya semakin malam, mungkin karena aktivitas fisiknya berkurang, jadi energinya masih full hingga malam. Kadang kalau aku dan suami sudah angkat tangan nungguin mereka tidur, diputerin keliling perumahan sebentar anak-anak langsung lelap karena tertampar angin selama di perjalanan, wkwk.

Kami juga mulai berencana untuk mengajak anak-anak ke taman yang ada tempat mainnya. Tapi masih mau lihat-lihat taman mana yang sekiranya nggak banyak orang berkerumun, jadi tetap aman buat anak-anak. Pastinya kami tetap nggak akan ngajak anak-anak ke pusat perbelanjaan sampai kondisi benar-benar oke.

Kami mulai sampaikan ke anak-anak, sudah boleh jalan-jalan ke luar rumah tapi hanya sebatas naik motor dan tidak singgah ke tempat tertentu, apalagi tempat yang ada banyak orang. Beruntungnya anak-anak cukup happy walau cuma diajak lampu-lampu di jalanan. Ya, mereka pun ternyata capek lihat tembok lagi, tembok lagi, wkwk.

quote of new normal for a better and healthier life
Aku berharap kurva penyebaran covid-19 segera melandai. Jujur sudah kangen event blogger, kangen kumpul-kumpul sama teman-teman sekomunitas, kangen nitipin Affan di daycare dan emaknya bisa me time hangout nonton bioskop, wkwk. Kangen kajian yang bisa tatap muka sama ustaz/ ustazahnya.

So, tetap sehat.. tetap jaga kondisi ya, pals. Meski sudah new normal, bukan berarti kita bisa seenaknya sendiri. Ikuti protokol kesehatan yang berlaku sebagaimana dianjurkan oleh dokter Reisa Broto Asmoro ataupun para ahli lainnya, dan salam hidup baru!

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Sama, aku juga deg-degan lho ketika periode new normal life ini dimulai. Melihat contoh di Wuhan sana soalnya. Ketika pandemi berakhir, pembatasan mulai dihilangkan. Ketika semua seakan kembali normal, eh lhaa kok ya muncul lagi coba itu Covidnya. Memang butuh kedisiplinan dari masyarakatnya sendiri ya untuk mengikuti semua protokol kesehatan yang sudah ditentukan.

    ReplyDelete