![]() |
Finally, touch down kembali ke ‘istana’ku setelah libur sekian hari. Berhibernasi ceritanya, tapi bohong. Menulis sih setiap hari, tapi menulis di blog sendiri selalu membawa kenikmatan yang berbeda. Alhamdulillah, di kala banyak ide hampir terbuang, ada tantangan dari Mbak Ani Berta di grup Fun Blogging. ONE DAY ONE POST!
Sebenarnya ini bukan hal yang pertama aku jalani. Beberapa
bulan yang lalu, aku pernah juga ikut ODOP semacam ini di salah satu grup
blogging, tapi akhirnya tidak selesai hingga batas waktu yang ditentukan. Hiks.
Bismillah, semoga aku berhasil menaklukkan tantangan yang ini
ya. Aamiin.
Menengok daftar tema yang disodorkan, hampir mundur teratur
nih ceritanya. Tapi, masa mau kalah sebelum bertanding? Enggak lah. So, this is it.
Let’s talk about MEA!
Apa itu MEA?
Aku sendiri sebenarnya awam soal MEA. Beneran deh soal yang
seperti ini aku suka kudet. Coba tanya soal Uttaran, pasti aku… nggak ngerti
juga, hehe.
![]() |
Taken from Selasar.com |
Singkatnya, MEA yang merupakan singkatan dari Masyarakat
Ekonomi Asean adalah sebuah era pasar bebas. Di era ini kita bisa dengan lebih
mudah menjual produk kita ke negara-negara Asean, dan sebaliknya produk-produk
dari negara Asean lainnya pun akan lebih mudah masuk ke Indonesia. Bahkan bukan
hanya produk, tenaga kerja dari negara-negara Asean juga bisa saling lintas
negara. Artinya, persaingan dalam bisnis dan pekerjaan akan semakin tinggi.
Kalau bayangin yang beginian, suka ngeri juga ya. Bersaing
sama produk-produk dan tenaga kerja di tingkatan lokal saja kadang sudah bikin
mengkeret ya, apalagi harus bersaing dari tenaga kerja dan produk dari seluruh
Asean.
![]() |
Taken from new.hargatop.com |
Tentunya untuk mengatur jalannya pasar bebas ini, pemerintah
juga sudah mempersiapkan banyak aturan. Salah satunya, tenaga kerja dari negara
Asean lainnya harus mampu berbahasa Indonesia dengan baik sebelum diterima
bekerja di negara tercinta ini. Bahkan, ada sertifikasi khusus yang harus dilalui
untuk membuktikan kemampuan tersebut.
Lha, yang dari luar saja wajib bisa berbahasa Indonesia. Kita
yang asli Indonesia juga harus semakin meningkatkan kualitas diri dong. Masih
mau begitu-begitu saja? Malu aah sama kucing, miaw miaw miaw.
More Than “Be Yourself”
Seringkali kita terbuai dengan kalimat sederhana “be yourself”. “Jadilah dirimu sendiri”,
katanya. Di era MEA ini, terkadang ungkapan tersebut bisa menjadi boomerang untuk diri kita lo. Bersembunyi di balik kata-kata ini,
seringkali kita menyembunyikan rasa malas untuk mau berkembang, enggan mencoba
untuk terus belajar dan memperbaiki diri agar menjadi sosok yang lebih baik.
“Aku ini ya begini.”
“Aku ini ya bisanya begini.”
“Udah deh, gini aja, kan setiap orang punya kelebihan dan
kekurangan.”
“Ya emang aku bisanya cuma begini.”
Dan berbagai perkataan umum lainnya yang sering kita dengar,
atau bahkan tanpa sadar kita ucapkan.
Well, berdalih dengan ketidaksempurnaan
yang kita miliki, seringkali kita takut untuk melakukan sesuatu di luar batas.
Padahal, untuk mencapai kesuksesan itu kadang kita tidak hanya perlu berjalan,
namun juga berlari bahkan mendobrak comfort
zone kita.
Sudah sebaik dan sekualitas apakah diri kita hingga yakin
merasa sangat pantas untuk menyandang tagline “be yourself” di pundak kita?
Tak sadarkah jika perasaan-perasaan dan keinginan menjadi
diri sendiri ini justru terkadang malah mematikan fitrah kita untuk menjadi
manusia pembelajar? Sejatinya Allah mendesain kita untuk terus mencoba dan
mencoba lagi. Merasakan jatuh dan kemudian bangkit lagi. Sebagaimana bayi
belajar tengkurap, duduk, merangkak kemudian berjalan. Begitulah sejatinya
manusia, tidak boleh puas di satu titik, sampai mencapai proses pembelajaran tertinggi.
Wah, kalau gitu jadinya nggak bersyukur atas kemampuan dan
keadaan diri sendiri dong?
Masalahnya, batas antara bersyukur dan tidak mau berusaha itu
kadang tipiiiiis banget. Jika bersyukur yang dimaksud adalah kondisi yang pasif
tanpa ada kemauan untuk perubahan ke arah yang lebih baik, maka bukan bersyukur
seperti itu yang Allah inginkan.
Bersyukur itu aktif. Tidak hanya say ‘Alhamdulillah.. Tapi
proses di balik ‘Alhamdulillah’ itu meliputi proses belajar, berusaha dan tidak
stagnan.
Itulah kenapa merubah mindset untuk tidak sekedar “be
yourself” harus diupayakan, apalagi dalam menghadapi MEA seperti saat ini.
“Saat ini memang aku baru bisa begini, tapi besok aku akan
mencoba A, B, C, bahkan Z.”
Semangat seperti itulah
yang harus kita tanamkan kuat-kuat dalam diri. Untuk menjadi better
person, kita butuh rencana, butuh perjuangan, tidak sekedar anteng di tempat.
IRT, Blogger dan MEA
Sebagai seorang ibu rumah tangga, untuk menghadapi MEA aku
nggak muluk-muluk. Pengen mencetak anak-anak yang tidak sekedar ngerti soal
Upin-Ipin, Spongebob, atau Pak Somat. Harapannya sih anak-anakku kelak bisa
mengerti soal agamanya, menjalani dan menyebarkan betapa indahnya agama yang
dianutnya.
Dan untuk menuju ke arah itu, sebagai seorang ibu, aku tidak
boleh berhenti belajar. Bagaimana mungkin berharap mencetak anak sholih
sholihah jika orang tuanya saja belum di level tersebut. So, yang aku lakukan
sekarang, aku harus belajar agama lebih baik dengan ikut berbagai kajian agama,
memperbaiki kembali bacaan al Quran, dan segala macam yang berkaitan dengannya.
Intinya, mengusahakan no outsourcing
untuk urusan agama bagi anak-anak.
Apa hubungannya coba MEA sama agama? Weiss, agama inti dari
segalanya. Kita tidak bisa memisahkan agama dari semua lini kehidupan kita. So,
ketika agama sudah sesuai relnya, insya Allah lini yang lain akan mengikuti.
Selain belajar lebih baik soal agama, aku juga ingin belajar menjahit,
memasak, hidroponik dan beberapa life skill lainnya agar kelak bisa kuwariskan
kepada anak-anakku. Life skills jauh lebih penting jika dibandingkan dengan
angka-angka di raport yang tidak bisa menggambarkan apapun.
Sedangkan sebagai seorang blogger, aku merasa perlu untuk
belajar lebih banyak lagi agar bisa memberikan tulisan yang lebih berkualitas
dan desain blog yang lebih cantik. Apalagi aku punya mimpi untuk jadi blogger
yang go international (macam Agnes Mo aja, hihi), maka belajar dan belajar
terus adalah keharusan.
Yang pasti, kualitas diri harus selalu ditingkatkan dari
sekarang. Kalau kemarin bahasa Inggris cuma bisa yes or no, sekarang mulai berusaha untuk bisa
berkomunikasi dengan lebih baik. Kalau kemarin masih nulis soal curcol ini dan
itu, hari ini mulailah untuk menulis tentang tips ini dan itu yang bermanfaat
bagi orang banyak. Kalau kemarin kerja di rumah dengan pakaian apa adanya, hari
ini mulai belajar untuk rapi dan lebih professional. Meski kerja di rumah,
berpenampilan professional itu bisa melecut untuk lebih semangat menyelesaikan
to do lists yang tertunda lo.
Ngomongin soal “be
better self”, pernah bermain outbound 9 titik? Ada banyak hal yang bisa
kita pelajari dari game tersebut dalam proses menghadapi MEA. Mau coba?
“Sambungkan kesembilan
titik tersebut dengan empat tarikan garis tanpa terputus.” Kalau bisa,
share ya hasilnya dan apa yang bisa didapatkan dari permainan itu?
Selamat menjadi pribadi yang lebih baik!
Selamat menghadapi MEA!
#OneDayOnePost FunBlogging Day 1
#OneDayOnePost FunBlogging Day 1
Marita Surya Ningtyas
Sepakat dengan be your self, dan terus mengembangkan diri
ReplyDeletesalam sukses
terima kasih. Salam sukses dan salam kenal :)
DeleteSemangat dan upgrade diri hadapi MEA, Yes! Hehehe
ReplyDeletesiaaaaap, graaak. Hehehe
DeleteTulisan yang bagus mbak Marita, saya seperti disentil untuk lebih greget lagi nih :)
ReplyDeleteTerus teka-tekinya itu jawabannya apa mbak? :))
Terima kasih mbak Anjar. Dicoba dulu mbak, sambungkan 9 titik tersebut dengan 4 garis tanpa terputus :)
Deletetulisannya kece mbak..aku juga mulai nyiapin MEA dengan bercas cis cus bahasa inggris biar ga ketinggalan dg neg lain
ReplyDeletewuih mantap mbak.. bahasa Inggris saya malah mulai terkikis gara2 nggak pernah dipake :D :D
DeleteHahahaa aku tauu jawabannya yang 9 titik ^^
ReplyDeletehehehe... pastinya dong kalau mbak Shinta :)
DeleteSebentar, saya mau fokus sama 9 titik itu dulu hihihi
ReplyDelete