header marita’s palace

Membuat Anak Gila Membaca Ala Ustaz Fauzil Adhim



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Berselang cukup lama sejak Jurnal Leader terakhir, hampir saja aku kelupaan untuk menyetorkan tulisan ini. Alhamdulillah reminder lewat email mengingatkanku kalau hari ini adalah hari terakhir batas pengumpulan jurnal leader level 5. Di antara empat tema yang diberikan, aku tertarik untuk memilih dua tema; stimulasi membaca untuk anak dan literasi era digital. Tema yang pertama aku sebenarnya sudah pernah menuliskannya sebagai postingan aliran rasa di kelas Bunda Sayang reguler, namun melihat syarat yang ditetapkan aku pun sepertinya belum siap untuk menulis tema yang kedua. Maka aku putuskan untuk menulis kembali tentang stimulasi membaca untuk anak.

Untuk urusan stimulasi membaca untuk anak, buku karya Ustaz Fauzil Adhim yang berjudul ‘Membuat Anak Gila Membaca’ menjadi pegangan utamaku. Bahkan saking seringnya aku baca, cover bukunya sampai lepas, beberapa halaman juga terlihat kucel. Menurutku buku ini memang lengkap sekali menuliskan tentang tahapan stimulasi membaca untuk anak. Kali ini aku mau berbagi tentang poin-poin yang bisa kita temukan di buku ini.

Membuat Anak Gila Membaca, Bagaimana Caranya?



Ketika membicarakan tentang membaca, biasanya kita akan terlempar pada sebuah pro kontra pengajaran calistung pada anak. Ada yang setuju dengan keputusan pemerintah untuk mengajarkan membaca setelah anak tujuh tahun, ada yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Aku tidak mau memperdebatkan masalah itu, namun aku setuju dengan kalimat yang aku kutip dari buku besutan Ustaz Fauzil Adhim ini:
Harus dicatat juga bahwa larangan mengajarkan membaca secara formal sampai anak berusia tujuh tahun tetap merupakan kebijakan yang sangat tepat, terutama ketika banyak guru dan orangtua belum memahami bagaimana memberikan pengalaman pramembaca kepada anak. Hanya saja, kebijakan ini hendaknya tidak diterapkan secara kaku. Perlu dibedakan pelajaran membaca secara formal dan merangsang minat baca, termasuk di dalamnya memberi pengalaman pramembaca. Merujuk pada studi Elley yang dilakukan terhadap 210.000 pembaca dari 32 negara, empat dari sepuluh negar terbaik (top 10 countries) tidak memulai instruksi membaca secara formal sampai anak mencapai usia tujuh tahun. Hanya saja… Sekalipun banyak negara memberlakukan peraturan yang melarang pembelajaran membaca secara formal sebelum usia tujuh tahun, pemberian pengalaman pramembaca tetap dilakukan sebelum usia itu. (halaman 32 -33)
Jika seandainya guru dan orangtua memahami pentingnya pengalaman pramembaca ini, insya Allah tidak akan ada anak yang digegas untuk segera menguasai skill membaca demi bisa masuk SD. Namun setelah bisa membaca sekalipun, ia tak tertarik dengan buku-buku sama sekali. Berbeda ketika yang dirangsang adalah minat dan kebutuhan membaca, bahkan ketika seorang anak belum memiliki skill membaca, ia tetap akan senang berdekatan dengan buku, meski hanya menatap gambar ataupun mendengar orangtuanya menceritakan.

Memberi Pengalaman Membaca

Pengalaman membaca akan menentukan apakah anak akan memiliki minat membaca atau tidak. Jika kita memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan dalam proses ini, maka bisa jadi anak tidak akan pernah memiliki minat terhadap buku sama sekali.


Ada banyak metode yang bisa digunakan, namun ustaz Fauzil Adhim dalam buku ini menyampaikan bahwa tidak terlalu penting metode apa yang akan kita gunakan. Yang terpenting adalah bagaimana melahirkan kemauan membaca, bukan kemampuan membaca. Kemampuan membaca tanpa ada kemauan tidak akan melahirkan anak-anak yang mencintai buku. 

Di buku Membuat Anak Gila Membaca, Ustaz Fauzil Adhim membagi penyemaian pengalaman membaca dalam dua tahap; sejak anak bayi dan saat anak sudah berusia dua tahun.


Kenalkan Membaca Sejak Bayi

Perkembangan otak paling berkembang pesat saat usia anak berusia 0-6 tahun, oleh karenanya kita tak perlu menunggu nanti untuk mengenalkan membaca kepada anak. Kita bisa mengenalkannya sejak bayi. Caranya bagaimana?

Pertama, bacakan buku sejak anak baru lahir. Bahkan sejak masih di dalam perut pun kita sebenarnya sudah bisa merangsang minat baca bayi dengan rajin membacakan buku. Kita bisa menjadikan membaca seolah-olah seperti proses menimang bayi. Bacakanlah buku dengan suara yang berubah-ubah sehingga memiliki irama yang padu dan indah. Dengan mengubah suara saat kita membaca, anak akan tertarik dan terlibat secara psikis.

Kedua, membuat pola baca. Semakin dini kita menanamkan kebiasaan anak yang baru lahir, pola itu akan terbentuk dengan erat. Misal, kita membacakan buku hanya ketika anak mau tidur, maka lambat laun anak akan menganggap membaca buku sebagai kebutuhan sebelum tidur. Maka sebaiknya kita harus membuat pola bahwa membaca itu bisa dilakukan kapan saja, di mana saja setiap ada kesempatan. Dengan ini anak akan terbiasa membaca di waktu-waktu apapun, membaca jadi teman menunggu, membaca jadi teman saat bepergian dan sebagainya.



Ketiga, bukalah buku bersama anak. Banyak orangtua bilang kalau anak bayinya tidak tertarik dengan buku. Sebenarnya bukan tidak tertarik tapi kita yang caranya salah. Untuk menarik minat bayi, maka ajaklah anak untuk membaca bersama. Caranya pangku si anak dalam posisi duduk yang nyaman, lalu ajak dia membuka buku bersama. Anak akan merasa terlibat secara aktif, dia merasa diajak untuk memilih buku dan membaca bersama.

Keempat, pilih buku yang sesuai. Sekarang alhamdulillah sudah semakin banyak buku terbitan Indonesia yang cocok untuk bayi. Namun biasanya harganya cenderung mahal, karena harganya yang mahal ini biasanya orangtua akan eman memberikan pada anak. Ketika anak menarik-narik buku, menggigit, memukulkannya ke lantai, orangtua akan segera menyelamatkan buku itu. Padahal semua hal yang dilakukan si anak tadi merupakan bukti bahwa ia tertarik dengan bukunya, sayang orangtua tidak paham. Maka, kita perlu mencari tahu bagaimana perilaku khas bayi kita saat tertarik dengan buku. Jika khawatir merusak buku mahal, kita bisa berkreasi dengan membuat buku atau lembaran sendiri untuk anak kita.



Lima, pilihlah bacaan yang bergizi. Ketika memilih buku, pastikan kita sudah tahu isinya terlebih dahulu. Jangan sampai hanya tergiur covernya, sementara isi dalamnya sangat tidak cocok untuk anak-anak. Pilih bacaan yang cocok sesuai usia anak-anak. Bacaan untuk bayi tentu beda dengan anak-anak umur 6 tahun.

Enam, pakai metode Glenn Domann. Metode ini sangat terkenal sekali dan sudah terbukti pada banyak bayi di seluruh dunia. Jika kita tidak bisa membeli kartu bayi yang sudah jadi, kita bisa kok membuatnya sendiri. Awali dengan lima kata yang sangat dekat dengan diri anak, bacakan tanpa menjelaskan maksudnya. Tak perlu minta anak mengulangi. Besoknya coba lagi. Jangan lupa dalam proses tersebut buat anak senyaman mungkin, peluk dan kecup anak hingga ia merasa senang. Coba terus dengan menambah kosa kata secara bertahap, dan lihat keajaiban yang akan terjadi.

Menggairahkan Anak Membaca Sejak Usia Dua Tahun

Jika masa dua tahun pertama telah terlewat sedangkan kita belum sempat memberikan pengalaman membaca kepada anak, jangan merasa terlambat. Kita masih bisa memulainya sejak anak berusia dua tahun. Berikut ini hal-hal yang bisa kita lakukan:



1. Berikan buku bergambar. Anak usia dua tahun sangat suka sesuatu yang visual. Gambar juga akan merangsang anak untuk bertanya. Pilih buku-buku dengan gambar yang besar-besar, dan tulisan yang sedikit. Biarkan anak mengekplorasi apa yang dia lihat dengan pertanyaan-pertanyaan cerdasnya. Jika anak terlihat kurang merespon, kita yang harus aktif bertanya tentang ilustrasi yang ada di buku hingga anak tertarik dan menikmati proses membaca tersebut.

2. Membaca di depan anak. Bagaimana mungkin kita ingin anak suka membaca jika tidak pernah melihat orangtuanya membaca? Maka hal paling penting adalah perlihatkan kepada anak bahwa kita sangat suka membaca. Letakkan buku-buku anak di tempat yang mudah dijangkau oleh mereka, sehingga kapan pun anak-anak ingin mengambilnya tak merasa kesulitan. Dengan melihat kita membaca, anak akan terstimulasi betapa membaca itu menyenangkan dan bisa dilakukan kapan saja.

3. Membacakan cerita untuk anak. Apalah artinya punya banyak koleksi buku jika kita tak pernah membacakannya untuk anak. Selain mengikat kedekatan emosional, anak akan mendapat pengalaman membaca yang sangat menyenangkan pada proses diceritakan. Kita bisa dengan mudah menanamkan nilai-nilai kebaikan lewat cerita dan kisah yang kita bacakan.

4. Biarkan Anak berimajinasi. Sesekali tutup buku yang kita bacakan untuk anak begitu mata anak terlihat berbinar dan penasaran dengan akhir sebuah cerita. Lalu ajak anak untuk membuat alur cerita sendiri.



5. Ajak ke Pameran/ Toko Buku dan Perpustakaan. Jadikan buku benda spesial untuk keluarga kita. Ajak anak-anak ke pameran buku, toko buku dan perpustakaan. Buatlah anak nyaman berada di antara buku-buku. Dan jadikan buku sebagai hadiah di setiap momen-momen spesial dalam keluarga.

6. Berdiskusi. Ajak anak untuk menceritakan kembali buku yang baru saja kita bacakan untuk mereka. Gali dan apresiasi pendapat mereka. Untuk anak yang lebih besar, kita bisa ajak berdiskusi tentang buku yang sedang dibacanya dan hal-hal apa saja yang bisa dia dapatkan dari buku tersebut.

7. Jam wajib baca. Jika di keluarga kita belum terbentuk budaya membaca, maka kita bisa memulainya dengan menentukan jam wajib baca. Di jam tersebut, anak-anak yang sudah bisa membaca diminta untuk membaca buku dan menceritakan ulang buku tersebut. Anak-anak yang belum bisa membaca akan didampingi orangtua dengan cara dibacakan dan dirangsang untuk bertanya mengenai bacaannya.



8. Menciptakan kondisi yang baik. Dalam hal ini meliputi pengadaan buku dalam berbagai genre agar anak kaya wawasan, siapkan ruang baca yang baik, tata koleksi buku dalam rak buku yang rapi dan klasifikasikan sesuai genrenya. Jangan lupa untuk menanamkan manfaat membaca kepada anak agar ia tahu bahwa membaca adalah kebutuhan.

Mengajari Membaca Tak Harus Mahal

Banyak orang mengeluh bahwa buku untuk anak itu mahal, apalagi buku dengan gambar yang besar dan bagus. Sebenarnya buku dengan gambar besar yang bagus hanyalah salah satu sarana, dan itu tidak wajib. Jika memang kemampuan ekonomi kita hanya bisa membeli buku-buku teks, tidak masalah. Yang terpenting adalah bagaimana kita mampu menyampaikan teks tersebut dengan menarik. Justru anak-anak yang sudah dikenalkan buku orang dewasa sejak kecil akan mudah melahap segala jenis buku nantinya. Jadi tak perlu berkecil hati ya. Kita juga bisa memaksimalkan perpustakaan daerah. Tidak harus membeli buku kok untuk membuat anak mau membaca.



Dunia Anak adalah Dunia Bermain

Dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka kita perlu mengemas suasana bermain setiap kali kita mengajari anak membaca. Pertama, kita harus mendorong anak untuk suka. Tunjukkan sebuah buku pada anak, dan buat anak tertarik kepada buku itu. Buat pengantar sebelum kita mulai membacakannya yang membuat anak tertarik untuk membaca bersama kita. Selalu ingat bahwa kemampuan untuk mendorong anak menyukai membaca jauh lebih penting daripada kemampuan mengajari anak bisa membaca. 

Buat buku sebagai mainan yang mengasyikkan. Kita bisa mengajak menata buku, mengklasifikasikan jenis buku, menghitungnya dan bermain jual beli buku bersama. Dengan melibatkan buku di setiap kegiatan anak, anak akan selalu dekat dengan buku. Berikutnya yaitu ajak anak untuk mengerti. Saat kita membacakan cerita pada anak, libatkan anak untuk bertanya tentang isi buku tersebut. Rangsang anak hingga ia mampu menyimpulkan isi dan hikmah dari cerita tersebut tanpa kita gurui, namun ia paham dengan sendirinya. 



Soal mengajari anak memahami isi buku juga harus dilakukan secara bertahap. Bisa jadi ada anak yang sekali diajak membaca buku langsung paham kandungan ceritanya, ada anak yang harus dibacakan hingga lima kali. Tak masalah, karena tujuan kita memberi pengalaman pramembaca kepada anak adalah untuk merangsang minat membaca mereka, bukan untuk memahami isi bacaan. Jadi yang terpenting anak menyukai waktu-waktu membaca bersama orangtuanya. Justru ketika anak meminta dibacakan cerita atau buku yang sama berulangkali setiap hari, itu menjadi bentuk minat anak terhadap proses membaca.

Hal terakhir yang harus kita pegang dalam menstimulasi membaca untuk anak yaitu jangan terlalu akademik. Sesuatu yang akademik cenderung membosankan bagi anak-anak, akhirnya minat membaca yang kita inginkan justru bisa jadi tidak tumbuh dan malah mati.

Asyik Membaca dengan Ira Ari



Masih berhubungan dengan stimulasi membaca untuk anak, ada satu koleksi bacaaan di rumah kami yang menurutku sangat cocok sebagai alat mengenal tahapan membaca. Judulnya yaitu Pustaka Ira Ari. Buku ini sudah ada sejak dulu kala entah tahun berapa, namun aku sendiri memilikinya sekitar tiga atau empat tahun lalu. Paket buku ini digadang-gadang sebagai program gemar membaca dari Tira Pustaka. Paket ini memiliki keunggulan karena disajikan dalam lima tingkat seri buku, dwi bahasa, dilengkapi dengan pena pintar dan ceritanya sangat Indonesia.



Ira Ari Tingkat 1 merupakan sebuah buku mainan untuk anak yang bertujuan mempersiapkan kemampuan dasar untuk membaca. Pada tingkat ini, buku hanya berisi gambar saja, tanpa ada tulisan. Kita bisa mendengar cerita lewat pena pintarnya, atau kalau kita ingin membaca dengan suara kita sendiri, ada buku panduan yang bisa kita lihat untuk melihat cerita lengkapnya. Di tingkat ini anak diajak untuk belajar banyak kosa kata dalam dua bahasa dan merangsang keingintahuan anak pada gambar-gambar yang disajikan. Terdiri dari 6 judul dan dilengkapi dengan stiker gambar untuk menciptakan suasana membaca yang asyik. 



Ira Ari Tingkat 2 merupakan tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika tingkat 1 benar-benar tanpa gambar, di tingkat 2 ini mulai diperkenalkan beberapa tulisan kata. Di tahap ini anak sudah mulai diajak untuk menangkap alur cerita. Di sini cerita sudah jauh lebih panjang dari tingkat 1 sehingga bisa memperpanjang rentang konsentrasi anak. Terdiri dari 6 judul dan dilengkapi dengan stiker kata untuk permainan bersama anak.



Ira Ari Tingkat 3 mulai memperkenalkan kalimat. Anak mulai diajak untuk menangkap hubungan teks dengan gambar, meningkatkan imajinasi, konsentrasi dan ingatan anak, serta meningkatkan rasa percaya diri anak dalam membaca. Di sini anak diharapkan belajar untuk mengerti alur cerita dan situasi yang lucu serta bisa membaca kalimat. Terdiri dari 6 judul berisi teks kalimat sederhana.



Ira Ari Tingkat 4 mendorong anak untuk membaca sendiri serta merangsang anak untuk menciptakan cerita dengan kata-katanya sendiri. Anak diajak untuk bermain imajinasi di tingkatan ini. Anak sudah mulai dikenalkan dengan paragraph-paragraf pendek. Terdiri dari buku-buku mainan meliputi tiga flap books, 1 buku belah dua, 1 buku belah empat dan 1 buku berlubang.



Ira Ari Tingkat 5 merupakan tahapan tertinggi. Di sini anak diharapkan sudah mampu mahir membaca sendiri. Di tahap ini anak didorong untuk suka membaca meski tanpa mainan dan ilustrasi. Anak juga diajarkan untuk mampu menangkap perasaan yang dialami tokoh-tooh cerita. Terdiri dari 6 judul buku yang isinya 21 halaman. Rata-rata dalam satu halaman ada empat baris teks. Ceritanya ringan, menyenangkan dan dekat dengan kehidupan anak-anak. Dalam buku panduan juga terdapat beberapa pertanyaan pancingan yang bisa kita tanyakan pada anak.



Inilah beberapa cara yang aku pelajari dari buku Membuat Anak Gila Membaca dan aku praktekkan langsung ke Ifa dan Affan. Alhamdulilah meski belum bisa membaca, Ifa dan Affan sudah akrab dengan buku dan menunjukkan minat terhadap membaca. 

Tak ada teori yang bagus jika kita tidak menerapkannya, begitu pernyataan penutup ustaz Fauzil Adhim dalam buku favoritku ini. Maka ayo kita bergerak segera memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan untuk anak-anak tanpa nanti dan tapi, agar kemauan membaca mereka bisa tumbuh dengan maksimal. Aku memulainya salah satunya dengan Ira Ari, kalau kalian buku apa yang dipakai untuk menstimulasi anak suka membaca? 

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.



Referensi:

1. Adhim, Fauzhil. Membuat Anak Gila Membaca.2015. Yogyakarta: Promedia.
2. Alimah TF, Dkk. Bunda Sayang: 12 Ilmu Mendidik Dasar. 2013. Jakarta: Gazza Media.
3. -. Anak Anda Tidak Suka Membaca? - Jakarta: PT Tigaraksa Satria, Tbk Educational Product Division. (Buku panduan Ira Ari)

3 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Mau aku praktekin ini mbak. Intensitas membacakan cerita masih kurang.

    ReplyDelete
  2. Suka banget sama postingan ini. Krn aku pernah ketemu calon pembeli buku anak, bilangnya 'mana ngerti anakku buku cerita, paling cuma dilihat gambarnya'. Postingan ini bantu banget jelasin ke orang tua kenapa penting mengenalkan buku sejak dini, tujuannya bukan bisa membaca, tapi membentuk minat baca dan akrab dg buku.

    ReplyDelete
  3. Suka mupeng kalo foto rak2 buku mbak marita... impian aq dan suami pgn punya perpustakaan mini di rumah, koleksi buku2 buat baron sama temen2nya .. klo buku bergambar biar dapet harga murah aq belinya diloakan mbak di stadion �� Lumayan masih bagus juga

    ReplyDelete