header marita’s palace

Uang Saku, Hadiah untuk Usia Ketujuh

jurnal leader bunsay level 8 mengelola keuangan


Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Mengajarkan anak cerdas finansial adalah tantangan dari jurnal leader Kelas Bunda Sayang batch #3. Membicarakan tentang cerdas finansial mengingatkan aku pada beberapa memori di masa kecil. Aku mempunyai sahabat bernama Imaniar, dulu sejak duduk di bangku SD, dia sudah mendapatkan uang saku bulanan dari kedua orangtuanya. Ketika ia bercerita padaku tentang hal ini, aku menganggapnya sebagai sebuah hal yang keren. 

Tentu saja dalam bayanganku saat itu pasti enak langsung diberi uang dalam jumlah besar dan aku bebas mau berbuat apa saja dengan uang tersebut. Setelah mendapat cerita darinya, sampai di rumah aku langsung mengajukan proposal kepada ibu untuk mendapat uang saku bulanan. Ibu terkekeh mendengar permintaanku. Sepertinya ibu sudah bisa menangkap apa yang ada dalam pikiranku. Namun kemudian ibu memberikanku tantangan sebelum aku lolos mendapat uang saku bulanan, “jangan langsung sebulan ya, kita mulai dulu dengan seminggu. Kalau seminggu kamu berhasil mengelola uang saku dengan baik, ibu akan beri uang saku per dua minggu. Jika kamu berhasil dengan konsep uang saku per dua minggu, baru ibu percaya memberikan uang saku bulanan. Gimana?”

quote cerdas keuangan david ramsey


Secara garis besar begitu yang beliau katakan, aku sendiri sudah lupa-lupa ingat bagaimana kalimat persisnya. Diberikan tantangan oleh ibu aku menjadi semangat. Aku iyakan tantangan tersebut. Dan taraaa…. ternyata mengelola uang saku tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ketika diberi uang saku harian, aku tidak perlu banyak berpikir bagaimana agar cukup sampai berhari-hari. Toh kalau hari itu habis, besok aku akan diberi uang saku lagi. Beda ketika diberikan uang saku per minggu, aku harus benar-benar memperhitungkan berapa uang yang bisa aku gunakan per hari agar tidak habis sebelum waktunya.

Minggu pertama aku hampir hopeless. Tapi aku nggak mau kalah dari tantangan yang diberikan oleh ibu. Alhamdulillah setelah dianggap layak dengan uji coba selama dua minggu, uang sakuku dinaikkan menjadi per dua minggu. Begitu seterusnya hingga saat duduk di bangku SMP, aku sudah dianggap layak untuk diberi uang saku per bulan. Hmmm, rasanya bangga dipercaya oleh orangtua kalau aku bisa diandalkan dalam mengelola keuangan dengan baik.

Saat duduk di bangku SMA, qodarullah keluargaku mengalami musibah yang cukup menghentakkan. Ibu yang saat itu sudah mulai sakit-sakitan shock ketika mendengar kabar eyang buyut meninggal dunia. Hubungan ibu dengan eyang buyut memang sangat dekat, karena eyang putri dulu melahirkan adik ibu hanya terpaut satu tahun. Eyang putri yang harus fokus dengan bayi barunya, memasrahkan ibu untuk lebih banyak diasuh oleh eyang buyut. 

financial quote david ramsey


Karena kondisi ibu saat itu yang tidak diperbolehkan terlalu gembira ataupun sedih membuat sakit ibu semakin parah. Ibu memutuskan untuk tinggal sementara di Semarang. Aku yang saat itu masih duduk di kelas 2 SMA, jelas tidak mungkin meninggalkan aktivitas sekolahku. Di saat itu, ibu memasrahkan semua keuangan keluarga kepadaku. Ibu menyerahkan seluruh gajinya kepadaku dan memintaku untuk mengelolanya dengan sebaik mungkin. Dari membayar asisten rumah tangga, tagihan listrik, air dan telepon, membayar sekolah, arisan hingga kebutuhan belanja harian, aku harus mengaturnya dengan rinci.

Setelah dewasa aku anggap kalau itu training keuangan keluarga. Aku sedikit lupa berapa bulan kah kondisi itu berjalan. Namun pengalaman mengelola keuangan tersebut sangat membekas. Meski sampai sekarang pun aku masih harus banyak belajar, karena ternyata mengelola orang lain dan diri sendiri rasa tanggungjawab yang melekat cukup berbeda. Kadang kalau uang sendiri masih ada sedikit rasa, “uang-uangku terserah lah mau diapain.”

Dari pengalaman tersebut dan juga materi yang aku dapat dari berbagai sumber, khususnya dari kelas Bunda Sayang Ibu Profesional dan bukunya Abah Ihsan, aku menganggap pemberian uang saku adalah proses terpenting dalam hidup anak. Bukan hanya tentang mengenal nominal uang, namun dengan diberikan uang saku anak diajarkan untuk mengerti konsep kebutuhan dan keinginan, dan yang paling penting anak diajarkan untuk mengelola uang dengan baik.

Kapan Tepatnya Uang Saku Diberikan?


Menurut yang aku baca dan dengar dari buku serta seminarnya Abah Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, saat yang paling tepat memberikan uang saku kepada anak adalah pada usia tujuh tahun. Kenapa? Sama halnya dengan pembiasaan sholat dan keterampilan beribadah lainnya yang sebaiknya dimulai pada usia tujuh tahun, uang saku pun akan lebih tepat ketika dimulai di usia ini.

usia tepat diberi uang saku


Pada usia ini anak mulai bisa diajak untuk berpikir dengan konsep abstrak. Anak mulai bisa diajarkan tentang mengelola uang, bukan sekedar diberi uang lalu disuruh menghemat (menabung). Namun sebelum masuk ke proses pemberian uang saku, menurutku ada beberapa tips untuk mengenalkan anak tentang konsep kebutuhan dan keinginan.

proses sebelum diberi uang saku

1. Memberikan jadwal jajan

Ifa, anak pertamaku, termasuk anak yang tidak terbiasa meminta jajan ketika usianya di bawah lima tahun. Karena dari kecil memang tidak dibiasakan membeli jajan. Namun ketika ia berusia lima tahun dan mulai bersosialisasi di luar rumah lebih sering, ia mulai melihat bagaimana mudahnya teman-temannya meminta jajan kepada orangtuanya dan dikabulkan. Ia pun mulai sering merengek dan merajuk untuk diperlakukan sama dengan teman-temannya.

Saat permintaan jajan Ifa mulai berlebihan, saat itulah kami mulai membicarakan pada Ifa pentingnya ada jadwal jajan. Setelah berdiskusi, Ifa memilih hari Minggu sebagai jadwal jajannya. Selain hari Minggu, Ifa tidak diperbolehkan meminta jajan. Mau merajuk dengan cara apapun, kami tidak akan membelikan ia jajan. Namun jika orangtuanya yang berinisiatif membelikan jajan di luar jadwal tersebut, maka itu hadiah untuk Ifa.

Jangan dikira membiasakan jadwal jajan ini bisa langsung berjalan dengan sempurna hanya dalam seminggu atau dua minggu. Sampai hari ini pun terkadang Ifa masih suka merengek minta jajan di luar jadwalnya. Namun aku dan ayahnya sudah paham tentang hukum kekekalan ikhtiar, jadi woless saja. Kalau masih merengek juga aku ingatkan Ifa tentang artinya kebutuhan dan keinginan. Biasanya aku ajak dia mengingat cerita tentang sepatu ini:



Ya, sebenarnya Ifa sudah kami pahamkan bahwa kebutuhan adalah hal pokok yang harus dipenuhi. Misal membayar uang sekolah Ifa, membeli belanja sehari-hari, membeli beras, membeli popok untuk Affan. Sedangkan keinginan adalah hal yang tidak harus selalu dituruti, salah satunya jajan, membeli mainan, membeli buku, membeli baju. Sesuatu yang bisa ditunda dan tidak harus dibeli saat itu juga. 

Namun namanya juga anak-anak, seringkali tergoda melihat temannya asyik makan jajanan. Maka tugas orangtua adalah tetap konsisten mengingatkan. Karena anak-anak yang konsisten tentu saja lahir dari orangtua yang konsisten.

2. Mengenalkan nominal uang

Sampai usia lima tahun, Ifa belum diberi hak untuk jajan ke warung sendiri. Saat ia mau jajan maka ia harus ditemani dengan ayah atau bundanya. Selain karena untuk menuju ke warung harus menyebrang jalan, juga agar Ifa lebih menghargai nilai uang.



Menuju usia tujuh tahun, Ifa sudah mulai dibiasakan jajan sendiri. Meski seringkali masih ditemani dengan temannya. Ia punya pengalaman buruk pernah tertabrak motor saat mau menyebrang. Sudah diajarin untuk tengok kanan kiri sebelum menyebrang, namun melepaskan traumanya yang masih sedikit sulit. Ifa mulai belajar uang Rp 2000 bisa untuk membeli wafer dua buah, permen empat buah, dan sebagainya. Ifa juga mulai belajar ada berapa nominal uang di Indonesia, dari Rp 500 - Rp 100.000.

Setelah dua hal di atas mulai tertanam, Ifa insya Allah akan mulai mendapat uang saku pertamanya tepat di semester baru yang akan datang. Qodarullah Ifa akan berumur 7 tahun pada 28 Desember 2018, berhubung pas akhir bulan dan sepertinya masih masa liburan, maka aku sudah memberi informasi kepadanya kalau uang saku pertamanya akan diberikan saat sudah kembali masuk sekolah.

Rencananya nanti proses pemberian uang saku akan diberikan dalam beberapa tahap:

tahap belajar mengelola uang saku


Tahap 1 - uang saku akan diberikan setiap dua hari sekali. Masa ini berlangsung sekitar satu tahun sampai Ifa selesai kelas 2 SD. Bisa jadi berjalan lebih cepat atau lebih lambat tergantung hasil evaluasi nantinya.

Tahap 2 - setelah Ifa lolos evaluasi di tahap 1, maka uang saku akan diberikan setiap tiga hari sekali. Masa ini berlangsung saat Ifa duduk di bangku kelas 3 SD. Bisa jadi berjalan lebih cepat atau lebih lambat tergantung hasil evaluasi nantinya.

Tahap 3 - setelah lolos persyaratan untuk masuk ke tahap 3, Ifa berhak untuk mendapat uang saku per lima hari sesuai dengan jumlah hari ia bersekolah. Jika lancar tahap ini akan berlangsung saat Ifa duduk di kelas 4-5 SD. Bisa jadi berjalan lebih cepat atau lebih lambat tergantung hasil evaluasi nantinya.

Tahap 4 - saat Ifa kelas 6 SD, diharapkan Ifa sudah mulai bisa diberikan uang saku per dua minggu. Sehingga nanti ketika SMP, Ifa sudah bisa mengelola uang saku bulanan. Apalagi jika nanti Ifa bersekolah di pondok atau Madrasah Al Fatih yang harus tinggal terpisah dengan orangtua, maka mengelola uang saku harus menjadi hal yang wajib dia kuasai.

Dari jauh-jauh hari, aku sudah sounding ke Ifa bahwa saat usia 7 tahun ia akan mendapat hak-hak spesial. Salah satunya mendapat uang saku. Dengan mendapatkan uang saku, maka jadwal jajan dan mainan resmi dicabut. Ifa bisa membeli jajan dan mainan dari uang sakunya. Untuk buku karena merasa itu kebutuhan kami sebagai orangtua, masih akan diberikan jadwal setiap bulan. Namun jika Ifa mau membeli buku di luar jadwal yang ditentukan, maka dia harus membelinya dari uang sakunya sendiri.

Fungsi Diberikannya Uang Saku


Banyak dari kita yang sedari kecil dilatih dan menyimpan uang (hemat) dengan menabung, tetapi sedikit dari kita yang dilatih orangtua untuk membelanjakan uang. Padahal keterampilan mengelola belanja adalah modal dasar untuk dapat mendayagunakan sumber daya menjadi investasi yang lebih baik. Akibat tidak dilatih mendayagunakan uang, sebagian orang dewasa bisa melakukan saving, tetapi sedikit yang mampu melakukan investing. Dengan menerapkan uang saku anak-anak dilatih dari kecil untuk tidak hanya memiliki keterampilan menabung, tetapi juga dilatih agar memiliki keterampilan membelanjakan uang dengan tujuan mereka dapat mengendalikan konsumsi, bukan dikendalikan oleh konsumsi. (Dikutip dari buku Abah Ihsan “Anak Saleh Lahir Dari Orangtua Saleh”)

Aku akui kalimat-kalimat Abah tersebut benar adanya. Selama ini kita banyak diajarkan menabung. Bahkan uang tabungan pun seringkali bukan dari hasil mengelola uang sendiri, tapi karena diberi orangtua. “Nih, buat kamu. Ditabung ya.” Jadilah konsep menabung menjadi sesuatu yang tidak melekat dengan baik. Menabung jika ada ekstra pendapatan, jika tidak ada pendapatan lebih ya tidak perlu menabung.

Dengan memberikan uang saku, anak-anak diharapkan tidak hanya bisa menabung namun mampu mengelola uang secara bijak. Lebih dari itu anak-anak bisa memberikan penghargaan terhadap uang secara tepat. Bahkan uang tidak dinilai dari sekedar nominal besar kecilnya, namun seberapa manfaat yang bisa dihasilkan.

manfaat uang saku


Pernahkah mendengar anak kecil saat diberikan THR dengan nominal Rp 2000 berkomentar seperti ini, “halah dua ribu thok kok, pelit.” Anak yang seperti ini biasanya tidak dibekali dengan pengalaman mengelola uang saku, ia hanya tahu cara menghabiskan uang tersebut. Tidak tahu bagaimana susahnya mengelola uang.

Anak yang sudah terbiasa mengelola uang saku akan sangat menghargai uang bahkan jika itu hanya Rp 1000. Karena ia tahu tanpa ada Rp 1000, tidak akan bisa ada Rp 100.000. Karena ia tahu betapa untuk bisa mengelola uang agar bisa menabung Rp 1000, ia membutuhkan usaha yang tidak main-main. Menekan keinginannya jajan, beli mainan dan buku yang diidam-idamkan.

Melalui pemberian uang saku, kita tidak perlu menjelaskan teori kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang pada anak-anak. Tapi, secara otomatis mereka memiliki kemampuan untuk mempelajarinya jika kita memberinya kesempatan untuk mengelola uangnya sendiri tanpa campur tangan berlebihan dari kita.

Anak-anak yang dilatih soal keuangan akan bisa menghargai uang secara lebih bijak meski mereka berkecukupan. Dari pembelajaran diberikan uang saku mulai dari 7 tahun, anak-anak akan belajar soal penting atau tidak ya membeli barang-barang ini, berapa ya yang harus aku tabung, berapa ya yang harus aku donasikan. Insya Allah mereka tidak akan mudah menderita karena kekurangan uang. Sebaliknya, anak-anak yang tidak dilatih mengelola uang akan dengan mudahnya menghamburkan uang pada saat berkecukupan dan akan lebih mudah merasa menderita saat berada dalam kondisi kekurangan uang.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

smart financial quote from david ramsey




Referensi:


Bukhari, Ihsan Baihaqi Ibnu. 2014. Mengajarkan Kemandirian Kepada Anak. Bandung: Khazanah Intelektual.

Bukhari, Ihsan Baihaqi Ibnu. 2018. Anak Saleh Lahir dari Orangtua Saleh. Jakarta: Tangga Pustaka.

School of Parenting, Diakses pada 29 Oktober 2018. Remaja Makin Konsumtif? Bagaimana Solusinya?.https://schoolofparenting.id/remaja-makin-konsumtif-bagaimana-solusinya/




Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com