header marita’s palace

Kopi Darat yang Berkesan; Sebuah Proyek Team yang Menghangatkan dan Menguatkan




Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Seperti biasa di akhir sesi level kelas Bunda Sayang, fasilitator mendapat tugas untuk membuat catatan hal-hal yang menarik sepanjang proses pembelajaran sesi tersebut. Level ini mengingatkanku pada saat aku menjalani kelas Bunda Sayang batch 3 kurang lebih setahun lalu. Alhamdulillah, jurnal belajarku level 3 di kelas Bunsay Leader mendapat apresiasi dari tim Bunsay dan mendapat kesempatan untuk dibukukan bersama-sama karya mahasiswi dan fasilitator dari seluruh Indonesia. Jejak Langkah Bunda Sayang, begitulah judul buku tersebut. Masih bisa lo didapatkan lewat KIPMA bagi yang belum memilikinya.




Bisa dikatakan level 3 adalah salah satu level favoritku. Membuat family project itu ternyata sangat menyenangkan. Sebelum ikut Bunda Sayang, family project hanya sebatas angan dan ide belaka. Berkat Bunda Sayang, semua angan dan ide tersebut akhirnya berhasil diwujudkan. Ternyata menjalankan sebuah proyek keluarga bisa bikin ketagihan. Hal tersebut jugalah yang kemudian banyak disampaikan oleh teman-teman mahasiswi di Bunsay #5 Jateng saat sesi review Tantangan 10 Hari.

Senang rasanya mendengar ungkapan tersebut dari teman-teman. Sebenarnya sempat sedih karena lagi-lagi terjadi penurunan jumlah mahasiswi yang menyetor tantangan 10 hari. Jika di dua level sebelumnya, aku memasrahkan pada korlan untuk menghubungi para mahasiswi yang tidak setor tantangan. Di level ini, aku sempatkan untuk menghubungi teman-teman yang belum setor secara personal. Aku ingin tahu kendala apa yang mereka hadapi, sehingga siapa tahu aku bisa memberikan solusi.

Ternyata di luar dugaan, ada mahasiswi yang ternyata sedang mengalami masalah keluarga hingga tak yakin bisa setor tantangan di level ini karena sedang fokus menata hati dan hidupnya. Ada pula mahasiswi yang dengan sangat menyesal harus off mulai level ini karena anak-anaknya sedang mendapat problem kesehatan, sehingga harus fokus dalam proses penyembuhan. Ada pula mahasiswi yang bingung memulai tantangan karena LDR dengan suami dan belum memiliki momongan. Namun sebagian besar lebih kepada manajemen waktu yang masih amburadul, terutama karena masih jetlag akibat libur panjang lebaran yang berkelanjutan dengan libur sekolah anak-anak. Aah, kalau manajemen waktu mah jadi kendala buatku juga saat kelas Bunsay dulu kala. Proyeknya sih jalan terus, tapi setor tantangannya mandheg di tempat. Apalagi buat teman-teman yang tak terbiasa menulis, menyetorkan T10Hari dalam bentuk tulisan jelas sebuah tantangan tersendiri.

Kopdar Hangat yang Menguatkan


Jika ada hal teristimewa di level ini tentu saja karena teman-teman menginisiasi adanya kopi darat alias temu offline. Bertempat di kafe milik salah seorang mahasiswi - mbak Nurul Hidayah, kafe Lost in Coffee, alhamdulillah kopdar berjalan sangat lancar. Ya, meski belum semua mahasiswi Bunsay #5 Jateng bisa hadir, namun kopdar yang dilakukan pada hari Minggu, 30 Juni 2019 lalu memberikan kesan yang sangat luar biasa. Tidak hanya bagi yang hadir, namun juga bagi mereka yang tak hadir.

Apalagi ketika sebuah video yang diambil oleh suami salah seorang mahasiswi dibagikan di WAG, kehangatan dan semangat yang tadinya hanya dirasakan oleh mereka yang hadir, lewat video tersebut semangatnya pun ikut teralirkan kepada para mahasiswi yang tak hadir.







Pada kopdar tersebut, mbak Fiqih Nindya alias mbak Nine, peraih predikat mahasiswi teraktif selama dua level berturut-turut, sebagai sie acara mampu membuat konsep acara yang sangat detail, hangat dan guyub. Benar-benar membawa kesan yang tak terlupakan dan sangat unforgettable. Intinya sih tujuan acara kopdar tersebut agar lebih mengenal lebih dalam dan dekat satu sama lain, namun mbak Nine mampu membuatnya menjadi lebih istimewa dan unik. Thanks for mbak Nine dan tim dapur Bunsay #5 Jateng untuk acaranya yang keren banget.

Saat kopdar ini banyak kisah-kisah inspiratif yang bergulir. Salah satunya adalah kisah dari mbak Anggi Widya Rezania, yang di level ini terpilih sebagai Mahasiswi Teladan. Sosok yang sederhana, namun visi hidupnya tidak sederhana. Dari mbak Anggi aku belajar banyak tentang bagaimana mengelola waktu dengan sebaik mungkin untuk menebar manfaat. Setiap hari mbak Anggi tidur jam 12.00, bangun jam 03.00 untuk mulai membuat bubur bayi dijual di pagi hari. Setelah itu masih mengajar PAUD dan antar jemput anak-anaknya.



Pada kopdar tersebut, mbak Anggi memaparkan bahwa ia ingin menjadi pengusaha yang bukan hanya mengejar nominal, namun keberkahan. Ia terinspirasi dari Tukang Bubur Naik Haji, setidaknya mbak Anggi pengen jadi tukang bubur naik umroh. Dalam mengembangkan bisnis buburnya, mbak Anggi tidak mau mengembangkan sistem franchize yang memberatkan rekan bisnisnya. Mbak Anggi bahkan memberikan modal dengan mengajari rekan kerjanya hingga bisa membuat bubur sesuai standar kualitas mbak Anggi. Masalah bagi hasil nanti dipikirkan setelah ekonomi sang rekan kerja berjalan dengan baik. Masya Allah.

Lalu apa hubungannya dengan perkuliahan Bunda Sayang hingga akhirnya mbak Anggi bisa terpilih sebagai mahasiswi teladan? Dengan waktunya yang begitu sibuk, mbak Anggi tetap bisa menyetor T10 hari tanpa alasan sibuk, nggak ada waktu, dsb. Masya Allah luar biasa. Keep fighting and inspiring, semoga cita-citamu terwujud ya mbak. Aamiin. Itulah alasanku memilih mbak Anggi sebagai mahasiswi teladan, semoga teman-teman bisa belajar dari mbak Anggi, termasuk juga aku sendiri. Belajar menepiskan segala alasan yang muncul dan fokus pada tujuan hidup :) Terima kasih untuk inspirasinya ya mbak Anggi.

Muncul Nama-nama Baru


Di dua level sebelumnya, nama-nama yang tercatat sebagai mahasiswi berprestasi berkutat di nama-nama yang sama. Namun di level ini mulai banyak yang menunjukkan ‘taring’nya. Ada mbak Walida Kurniati yang berhasil menyabet gelar Mahasiswi Apresiatif. Tulisan-tulisan T10harinya mbak Walida di level ini mampu mencuri perhatian teman-teman sekelas. Dan aku akui, proyek mbak Walida untuk mengajarkan cerdas emosi ke anak sangat sederhana tapi kreatif. Saya sampai terkagum-kagum baca postingan 10 harinya, punya baby dan masih sempat menyiapkan uba rampe kegiatan buat si kakak. Kereen.

Lalu di saat sesi Jumat Hangat #1, hadir sosok Ibu muda pecinta karya sastra bernama mbak Asri Nur Aini. Jumat Hangat bersamanya bisa lebur dan malam itu berubah layaknya malam cinta untuk karya sastra dan membawa memori-memori masa-masa sekolah. Sejak menyukai karya Ahmad Tohari, mbak Asri tidak bisa berhenti belajar dan mencintai karya sastra. Di akhir sesi Jumat Hangat, mbak Asri membagikan karya buatannya yang sangat apik.



Yang menarik lagi di level ini ada dua member yang akhirnya membuat blog! Mbak Annisa Dian yang tulisannya selalu menarik dan banyak juga direkomendasikan teman-teman, sebelumnya menuliskan T10 harinya hanya lewat Gdocs. Saat itu aku pernah memberi saran kepadanya akan lebih baik jika ditulis untuk publik lewat blog atau sosmed karena tulisannya bagus dan inspiratif. Alhamdulillah akhirnya bikin blog juga. Selain mbak Annisa, ada juga mbak Wiwit Sujalmini yang akhirnya membuat blog. Yeaay, senengnya bisa menularkan virus ngeblog.

Berhubung semakin banyak yang setor T10 hari lewat blog, aku meminta dik Widi Utami yang ngeblognya udah tingkat dewa, untuk share materi blogging untuk pemula. Tujuannya sih paling tidak biar blognya lebih rapi dan enak dibaca. Alhamdulillah teman-teman cukup antusias. Semoga di level 4, tulisan teman-teman semakin meningkat kualitasnya.

Selain mengapresiasi para mahasiswi sesuai arahan tim Bunsay Pusat, aku juga memberikan apresiasi pada nama-nama berikut;


Apa yang spesial dari mereka? Mereka berhasil setor 17 hari, meski hanya mendapatkan badge dasar karena sempat rapel atau bolong setoran. Buatku, hal ini pantas diapresiasi… karena itu artinya mereka konsekuen dan komitmen melaksanakan Bunsay, tidak sekedar soal mengejar badge.

Sedangkan dua nama di atas adalah nama yang akhirnya pecah telur di level ini. Setelah dua level sebelumnya membuatku deg-degan karena tak kunjung setor T10 hari, akhirnya di level ini mereka berhasil setor juga.



Di level 3 aku sangat terbantu oleh korlan yang luar biasa, mbak Shofyatul Fuadiyah. Mbak Shofy, sosok ibu muda yang gesit, nggak banyak bicara tapi kerjanya langsung terpampang nyata. Lembut tapi semua pekerjaan korlan terselesaikan dengan rapi. Laporan-laporan yang disajikan untuk memantau setoran teman-teman selalu on time. Di sela-sela momong buah hatinya, dan setumpuk aktivitas lainnya, mbak Shofy masih menyediakan waktu untuk mengingatkan teman-teman yang belum setoran. Nggak sungkan-sungkan japri dan mengingatkan setoran. Talk less, do more = mbak Shofy!

Oya, di akhir level 3.. mbak Cinantya sempat memberi saran agar para mahasiswi berprestasi berbagi tips dan trik mereka dalam konsisten menjalani Bunsay. Kemarin beberapa sudah sempat berbagi sih, mungkin di level 4 nanti bisa lebih terkondisikan saat-saat sharing seperti ini. Di awal level 3, teman-teman di dapur Bunsay #5 Jateng, terutama koordinator PG, juga sempat berbagi cara-cara meningkatkan keaktifan Peer Group agar lebih optimal. Sungguh-sungguh terharu, kelas ini benar-benar luar biasa semangat “semua guru, semua murid” dan “berbagi melayani”nya. Terima kasih banyak ya teman-teman, sangat beruntung dan bersyukur menjadi fasil kalian.



Semoga ke depannya semua mahasiswi Bunsay #5 Jateng semakin istiqomah setor tantangan, sudah tidak jetlag lagi kerena liburan dan semangatnya kembali meningkat. Sebagai fasilitator aku juga semoga bisa semakin lebih memahami dan mengenal teman-teman di kelas Jateng, sehingga bisa membersamai lebih baik lagi.

Go go go Bunsay #5 Jateng, Lulus Bareng… and welcome to Level 4, selamat bertugas mbak Farikhah!





Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.



Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com