header marita’s palace

Menikmati Serunya Manfaat Family Time Ditemani Biskuit Kokola, Camilan Halal dan Aman



Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Hari libur selalu dinanti oleh anak-anak. Meskipun di luar hari libur, aku dan ayahnya tetap berusaha menjalankan Gerakan 1821, tetap saja di hari libur anak-anak merasa lebih puas karena bisa seharian bersama kedua orangtuanya. Bahkan anak-anak sudah pandai melakukan aksi protes ketika kami sesekali membuka gadget di hari libur. Ujung-ujungnya, anak-anak bisa minta nonton YouTube ketika orangtuanya nggak konsekuen menemani mereka main. “Kalau ayah bunda pegang HP, aku dan Affan nonton YouTube saja deh,” protes Kak Ifa sambil manyun ketika kami tak benar-benar fokus bersama mereka.

Dekat vs Bersama


Sebagai orangtua, kita seringkali merasa sudah meluangkan waktu untuk anak-anak. Ada di dekat anak-anak saat mereka bermain, ada di samping anak-anak saat mereka membaca buku, atau menemani saat mereka sedang menonton televisi. Namun benarkah saat di dekat mereka, kita benar-benar fokus bersama mereka? Apakah dekat selalu berarti bersama?

Ternyata tidak, pals.

Kita bisa saja di dekat anak-anak, tetapi ketika mereka bermain, kita hanya duduk manis sambil asyik chatting di whatsapp. Ketika anak-anak membaca buku, kita pun khusyuk dengan buku sendiri. Saat anak-anak nonton televisi, kita bahkan mungkin sedang melakukan pekerjaan sambilan; motong-motong sayur atau menyapu lantai, bahkan tak tahu siapa saja tokoh-tokoh dan bagaimana jalan cerita di serial yang sedang ditonton anak-anak.

dekat atau bersama?

Dekat itu ukuran secara fisik. Tubuh kita berada dalam jarak yang dekat dengan anak-anak. Namun apakah pikiran dan jiwa kita seutuhnya bersama mereka?

Lalu seperti apakah bersama itu?

Bersama anak-anak artinya ketika mereka bermain, kita pun ikut bermain. Saat anak-anak membaca buku, kita yang membacakan bukunya atau mendengarkan cerita yang dibacakan mereka. Ketika anak-anak nonton serial di televisi, kita pun ikut menonton bersama, sehingga bisa saling berbincang tentang tokoh dan jalan ceritanya.

Bersama itu artinya bukan saja fisik kita dan anak-anak yang berdekatan. Namun juga terbangunnya bonding emosi dan psikis kita dengan anak-anak. Ada keterlibatan kita di setiap aktivitas anak-anak. Sayangnya masih saja hal ini banyak kita abaikan. Merasa sudah dekat, namun seringkali tanpa sadar belum benar-benar bersama.

Our Family Time; 1821 dan Piknik Tipis-tipis


Tidak bisa dipungkiri selain sebagai orangtua, kita pun memiliki kesibukan lainnya. Anak-anak pun semakin bertambah usia, semakin banyak aktivitas di luar rumah. Entah itu sekolah ataupun sekedar bermain bersama teman-temannya. Itulah kenapa penting sekali untuk mengalokasikan family time setiap harinya, tidak hanya di hari libur. 

Gerakan 1821 adalah salah satu upaya untuk fokus bersama keluarga, tanpa gangguan segala hal berbentuk kotak. Apa itu? Televisi, HP, koran, kompor dan kotak-kotak lainnya yang mungkin bisa mengganggu fokus kita saat bersama anak-anak dan pasangan. 

Dinamakan 1821 karena terkait dengan jam operasional kebersamaan keluarga yang paling mungkin diwujudkan, yaitu jam 18.00 - 21.00. Kenapa dalam rentang waktu tersebut? Karena biasanya di jam-jam itulah seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di rumah. Namun jika ingin mengagendakan di luar jam tersebut juga sah-sah saja sih, disesuaikan saja dengan kebutuhan keluarga masing-masing.




Pada saat 1821, kita fokus melakukan 3B; bercerita, belajar, dan bermain. Kita bisa ngobrol apa saja bersama anak-anak dan pasangan, tentang aktivitas dan perasaan mereka hari itu. Kita bisa menemani mereka mengerjakan PR, murojaah hafalan ataupun tebak-tebakan pelajaran. Yang paling mengasyikkan kita bisa terlibat dalam permainan anak-anak; petak umpet, dakon atau ular tangga. 

Buat yang belum pernah mencoba gerakan 1821, bisa dicoba deh dalam satu minggu, insya Allah akan merasakan manfaatnya.


Lebih lengkap tentang 1821, bisa dibaca di “Liburan Hemat bersama Program 1821


Jujur, keluargaku pun masih sering bolong 1821. Kata Abah Ihsan, pelopor gerakan tersebut, jika dalam seminggu minimal bisa berhasil mengerjakan lima kali insya Allah masih dalam kategori orangtua bertanggungjawab. Namun jika kurang dari lima kali, apalagi sudah ikut Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA), sungguh terlalu, apa kata dunia, wkwkw.




Selain 1821, aku dan suami punya hobi piknik tipis-tipis. Maksudnya pergi ke luar rumah yang tak terlalu jauh untuk refreshing dan mencari suasana baru. Tidak harus ke tempat wisata, bahkan kadang hanya beli jajanan di minimarket, lalu nongkrong di terasnya sambil asyik menikmati kudapan yang sudah dibeli. Begitu saja aku dan anak-anak sudah happy, wkwk. Receh banget yaks?

Sampai-sampai Affan hafal kebiasaan ini. Begitu ayahnya selesai membayar barang di kasir, dia langsung ngibrit keluar dan ambil posisi di teras. Padahal kadang aku dan ayahnya nggak rencana mau nongkrong di depan minimarket, tapi karena Affan sudah pewe (posisi wuenak), akhirnya kami ikut selonjoran deh.

Selain nongkrong di minimarket, kami juga suka mengajak Ifa dan Affan ke taman-taman di dekat rumah. Bersyukur sekarang Semarang Hebat ya, banyak taman ramah anak yang bisa jadi tempat wisata murah meriah, misal Taman Meteseh atau Taman Tirto Agung. Apalagi kalau weekend, manusia bakal tumpah ruah di sana. Anak-anak bebas berlarian atau main di playground, orangtua bisa mendampingi sambil ngobrol atau seru juga ikut lari-larian bareng mereka.

Family Time dan Camilan Halal


nyemil dulu gaess

Sebagai keluarga yang suka nyemil, rasa-rasanya ada yang kurang kalau saat family time nggak ada camilan. Jadilah kami seringkali memburu snack atau pun biskuit yang bisa jadi teman nongkrong atau piknik tipis-tipis bareng anak-anak. Memilih camilan yang dimakan bareng anak-anak itu gampang-gampang susah. Apalagi Kak Ifa di sekolahnya sudah mulai diajari tentang makanan halal dan thayyib. Jadi setiap kali masuk ke minimarket, doi selektif sekali memilih camilan. Selalu dicek apakah ada label halalnya. Kadang Kak Ifa juga meminta bantuanku atau ayahnya untuk memastikan camilan yang dipilihnya sudah halal. 

Kak Ifa juga mulai paham bahwa selain halal, memilih camilan pun harus yang aman. Tidak mengandung bahan pengawet dan pewarna. Kalaupun ada jumlahnya tak berlebihan. Sebaiknya juga tidak ada bumbu-bumbu penyedap. 

Baru-baru ini saat piknik tipis-tipis ke Taman Tirto Agung, kami menemukan biskuit baru yang tak hanya halal dan aman, tapi juga enak. Bahkan nggak sampai sehari biskuit tersebut langsung ludes tanpa sisa. Aku saja kebagian sedikit, anak-anak dan ayahnya kalap banget makan biskuitnya. 




Ini lo biskuit yang bikin anak-anak dan ayahnya nagih pengen beli lagi dan lagi. Biskuit Kokola! Biskuit ini asli buatan Indonesia, tepatnya diproduksi di Gresik. Senang deh kalau ada camilan lokal yang kualitasnya nggak kalah sama pabrikan dari luar. Usut punya usut, ternyata Kokola ini bukan barang baru. Bahkan sudah ada sejak 40 tahun lalu. Sekarang produk-produknya nggak cuma dipasarkan di Indonesia saja, tetapi juga ke pasar global. Daebaaak, ke mana saja aku selama ini. 

Menurut informasi yang aku dapat, Biskuit Kokola saat ini punya empat varian; Crackers Garlic Bread, Malkist Olezz, Kukis Butter dan Malkist Susu. Namun hari itu aku hanya menemukan tiga variannya saja. 

Kokola Crackers Garlic Bread




Bungkusnya warna merah, isinya kalau nggak salah ada 10. Di antara tiga varian Biskuit Kokola yang kami dapatkan hari itu, ini yang jadi favoritku dan suami. Soalnya rasanya gurih, ada sedikit campuran manis-manisnya gitu. Anak-anak kurang suka varian yang ini. Sepertinya memang lebih cocok untuk lidah orang dewasa. Akhirnya Crackers Garlic Bread ini habis di tangan suami sebagai teman pendamping saat doi lagi ngoding. Aku dong sebel, waktu selesai ngetik, tangan menjulur ke bungkus si merah, eeh udah kosong aja. Wkwk.

Malkist Olezz Kokola


Nah, kalau yang ini favoritnya anak-anak banget. Baru dibuka, nggak ada lima menit sudah tandas. Bahkan Affan saking doyannya dan takut dihabiskan si kakak, langsung ambil dua dipegang di tangan kanan dan kiri. Memang enak sih rasanya, selai strawberry yang ada di atas biskuit malkist-nya menurutku enggak eneg dan pas manisnya. Selainya pun warnanya asyik. 




Kan ada ya biskuit yang pakai olesan-olesan begini, tetapi warnanya terlalu mencolok dan manisnya lebay banget. Kokola ini bisa pas banget di mulut.

Kukis Butter Kokola




Kalau butuh camilan yang bisa dinikmati seluruh keluarga, maka Kukis Butter inilah pilihannya. Selain isinya yang banyak, rasanya pun netral. Baik anak-anak dan orangtua sepertinya cocok dengan rasanya. Namun aku lebih sreg menikmatinya sambil dicelup ke dalam teh hangat, kayanya lebih endess. 

Seneng deh bisa menemukan biskuit Kokola untuk teman family time. Sepertinya setiap minggu harus beli Kokola dalam jumlah banyak buat stok, hehe. Oh ya, ada yang mau ngintip keseruan kami saat family time di Taman Tirto Agung hari Minggu lalu? Cekidot ditonton videonya.




Manfaat Family Time


Kembali ke family time, ternyata menghabiskan waktu bersama keluarga itu punya banyak manfaat lo. Mau tahu apa saja manfaatnya?

1. Menumbuhkan Bonding


Bonding itu tidak tercipta dengan sendirinya. Meski sejak kecil kita yang menyusui anak-anak secara langsung, ketika bonding tersebut tidak dijaga, kelekatan emosi tersebut perlahan bisa menghilang. Makanya agar tetap terjaga, salah satunya dengan meluangkan waktu bersama keluarga secara rutin.

Dengan rajin berbincang dengan anak-anak, kita jadi lebih mengenal perasaannya dan karakternya. Kita jadi bisa memahami apa potensinya. Ketika kita sudah biasa ngobrol dan menghabiskan waktu bersama anak-anak secara intens, kita juga akan bisa menangkap perubahan-perubahan yang terjadi. Anak pun akan lebih nyaman bercerita kepada kita tentang segala hal, tanpa ada sekat atau takut dimarahi/ dihakimi.




Terciptanya bonding juga akan menumbuhkan perasaan dicintai, diakui dan diapresiasi. Perasaan-perasaan ini penting untuk menumbuhkan self esteem dan self worth anak-anak. Mereka bisa tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan cerdas emosi.


2. Stress Releasing


Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan, baik yang bekerja di ranah publik ataupun domestik, berkumpul bersama keluarga tanpa ada gangguan HP, televisi dan segala hal kotak lainnya akan membuat kita jauh lebih fresh. Tekanan yang kita hadapi saat bekerja, segala macam deadline dan urusan-urusan di luar rumah bisa teralihkan ketika melihat tingkah polah dan celoteh anak yang menggemaskan.

Fokus berkumpul bersama keluarga secara tak sadar akan membuat stress kita berkurang. Ketika stress berkurang, rasa bahagia pun tumbuh lebih berlipat. Kebahagiaan berdampak baik untuk kesehatan jiwa dan tubuh kita. Tidak hanya untuk kita, bahkan untuk anak-anak, tekanan di sekolah dan pertemanan bisa teratasi dengan asyik ngobrol bersama orangtua. Anak-anak yang bahagia akan tumbuh lebih optimal.

3. Installing Software dan Kisah-kisah Kebaikan


Saat melingkar bersama keluarga, secara langsung dan tidak langsung akan lebih mudah bagi kita untuk menanamkan software dan kisah-kisah kebaikan. Menasehati anak dengan kaku dan penuh omelan hanya akan membuat stress. Berbeda ketika saat berkumpul bersama dan kita biarkan anak menceritakan dulu segala hal yang dirasakan dan dialaminya, anak akan merasa lega dan kita bisa sisipkan nasehat-nasehat kebaikan kepadanya. 


Ifa berceloteh tentang harta karun, aha moment buat nyeritain kisah si Qarun

Memberikan nasehat ketika belum mengeluarkan hati anak tidak akan banyak memberikan dampak. Namun ketika kita sudah menyediakan telinga lebih dahulu untuk segala permasalahan mereka, dan mereka puas mengeluarkan segala uneg-unegnya, nasehat akan jauh lebih mudah diterima. 

Saat berkumpul bersama keluarga juga jadi momentum yang pas untuk bercerita tentang kisah-kisah kebaikan, contohnya waktu family time Minggu lalu tiba-tiba Ifa berceloteh tentang harta karun. Aha momen banget untuk sekalian mengingatkan Ifa tentang kisah Qarun, seorang hartawan yang tinggal di masa Nabi Musa. Dulunya saat belum kaya, Qarun rajin beribadah dan bersedekah. Namun setelah kaya, Qarun justru menjauh dari Allah. Pada akhirnya karena Qarun tak juga sadar, ia pun mendapat azab dikubur bersama harta-hartanya. Dari situlah muncul istilah harta karun. Ifa pun saat mendengarkan kisah itu (lagi) bisa menyimpulkan bahwa harta tidak boleh membuat kita lupa beribadah kepada Allah dan harus menyisihkan harta untuk bersedekah. 

Ternyata sepenting itu ya manfaat dari family time? Manfaat-manfaat di atas memang nggak selalu langsung bisa dirasakan. Namun yakin deh kebersamaan yang indah akan selalu menjadi warisan dan portfolio rasa bagi anak-anak. Yuk, selalu sempatkan family time meski hanya satu atau dua jam setiap hari bersama anak-anak. Karena sejatinya yang anak-anak butuhkan dari kedua orangtuanya adalah kehadiran dan keterlibatan, dibandingkan segala macam materi dan kemewahan.


Mumpung Affan tidur, mamam sambil selonjoran dulu...

Jangan lupa biar family time-nya semakin seru, siapkan stok biskuit Kokola sebanyak-banyaknya! Have fun with your family, pals.

Wassalammualikum warohmatullahi wabarokatuh.

11 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Sama nih, anak2ku juga paling suka yang malkist olezz Strawberry. Enaknya memang terlalu ya hihihi..

    ReplyDelete
  2. Makasih kak. Aku jadi belajar nih untuk kelak menjadi orangtua yang bisa selalu mendampingi semua kegiatan anak. Haha.

    ReplyDelete
  3. 1821. baru tahu mbak. thanks infonya^^

    ReplyDelete
  4. Penasaran sama gerakan 1821 ternyata setelah baca berikutnya baru tahu hehehe...

    Pelajaran yang berharga ni, buat bekal saat mendapat gelar ibu nanti😊

    ReplyDelete
  5. Kalau lagi ngODOP, sulit menerapkan 1821 nya, mbak... Hehe ...

    Keren tulisannya, Mbak.. udah mastah ini mah 💖

    Salam dari grup Valetta 💐

    ReplyDelete
  6. Bekal nih buat calon mamah muda 😍

    ReplyDelete
  7. Wahh, emang panutan banget nih mba. Hehehe

    ReplyDelete
  8. Parenting lagi 😍

    Mari berkunjung ke Vallenta hihi

    ReplyDelete
  9. Mau dong dibagi biskuitnya... he-he-he, bonding memang harus terus diupayakan, sist

    ReplyDelete
  10. Biskuit kesukaan keluarga yang enak, dan lezat. Tulisannya selalu menginspirasi Mbak. Terima kasih.

    ReplyDelete
  11. tulisannya lengkap banget. kombinasi konten edukasi dan konten promosinya yang epik.

    ReplyDelete