header marita’s palace

Covid Bikin Kamu Paranoid? Yuk, Ikuti 3 Cara Nabi Muhammad Ketika Menghadapi Masalah Berat!


Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Apakah pemberitaan-pemberitaan mengenai covid-19 alias corona virus disease 2019 semakin meningkatkan kecemasan di dalam hati kalian, pals? Jika iya, berarti sudah saatnya mulai puasa media sosial dan menyortir berita mana saja yang penting untuk dibaca. Ingat lo, salah satu pemicu imunitas menurun adalah kekhawatiran yang berlebihan.

Nah, daripada terus-terusan menghabiskan waktu untuk cemas, khawatir dan paranoid atas hadirnya Covid-19, yuk kita mencoba memahami apa maksud Allah menghadirkan salah satu tentaraNya tersebut hingga meluluhlantakkan hampir semua sendi kehidupan di dunia.

Anyway, materi ini merupakan catatan yang kubuat saat menyimak kajian streaming Sapa Pagi bersama Ustaz Budi Ashari tadi pagi ya, pals. Namun ada beberapa poin yang sengaja kutambahkan karena berkaitan dengan materi kajian tersebut. Jika ada kesalahan-kesalahan dalam penyusunan catatan ini, murni kesalahanku dan mohon dimaafkan ya, pals. Jika ada kesalahan, mohon juga aku ditegur.

Ustaz Budi Ashari mengawali kajian seperti biasa dengan kalimat-kalimat indah dan penuh makna.
Ketenangan hati adalah hal yang mahal di muka bumi. Tidak bisa dibeli menggunakan harta. Ketenangan hanya bisa didapat dari hati orang yang beriman.

Hanya Allah yang mempunyai tentara di langit dan di bumi. Corona hanya salah satu tentaraNya. Dalam menghadapi kondisi ini, kita perlu tetap tenang dan waspada. Dalam menjalani kehidupan, orang beriman seharusnya tidak sekedar menafsirkan segala sebab dari sisi materialistik dan fisik. Orang beriman sebaiknya justru lebih mengedepankan tafsir ruhiyah, karena jatah ruhiyah harus jauh lebih besar dari jatah fisik.

Lalu Ustaz Budi Ashari mengajak peserta kajian streaming merenung dengan menghantarkan sebuah contoh kasus.

Masjidil Haram dan masjid-masjid lain ditutup dengan adanya Covid-19. Jika kita hanya menafsirkan secara fisik, yang kita dapatkan hanyalah “masjid ditutup dikarenakan untuk mensterilkan lokasi dan menghindari terjadinya kerumunan orang banyak sehingga aman dari penularan virus.”

Lantas kira-kira apa tafsir ruhiyah dari kondisi ini? Siapa sebenarnya yang menutup rumah-rumah Allah tersebut? Tak sadarkah kita bahwa sejatinya yang menutup rumah-rumah Allah bukanlah pemerintah, melainkan Allah sebagai Sang Pemilik Rumah yang menutupnya sendiri. Covid-19 diturunkanNYA, dan atas izinNYA, rumah-rumahNYA ditutup. Pernahkah kita merenung hingga sejauh ini? Apa yang membuat Sang Pemilik Rumah sampai menutup pintu rumahNya?

Kondisi ini adalah sebuah teguran serius untuk seluruh umat manusia. Teguran untuk mengingatkan diri kita agar tidak menjadi orang yang sombong dan tidak ada rasa “AKU” serta paling di dalam hati. Sesungguhnya tidak ada yang lebih tahu tentara-tentara Tuhanmu, kecuali Allah.

Semoga kita dijauhkan dari rasa sombong sebagaimana anak Nabi Nuh yang menolak ikut naik ke kapal ketika sang ayah mengajaknya. Ia lebih memilih naik ke gunung untuk mencari perlindungan, sedangkan sejatinya Allah adalah Sang Maha Pelindung.
Teguran serius ini jika kita renungi lebih dalam, merupakan pesan tersembunyi agar memperbaiki shalat-shalat kita. Teguran ini juga merupakan tanda agar kita semakin mendekat kepadaNya.
Ustaz Budi Ashari mengingatkan bahwa sebaiknya dalam mengimani dan menafsirkan sebuah keadaan, kita tak hanya mengedepankan data dan akal, namun juga harus selalu membawa Allah di setiap situasi dan kondisi.

Lewat teguran ini, terselip sebuah nikmat karena kita terlahir sebagai umat nabi Muhammad. Salah satu nikmat tersebut yaitu bumi yang luas ini bisa dijadikan tempat-tempat beribadah. Maksudnya, kita bisa beribadah di manapun, tak harus di masjid, semua tempat bisa dijadikan ruang-ruang ibadah, tentunya dengan memperhatikan SOP yang berlaku, seperti kebersihannya. 

Makna dari dibolehkannya kita shalat di mana saja di muka bumi ini yaitu bahwasanya Allah begitu dekat. Lantas sedekat apakah hati-hati kita padaNya? Setelah masjid-masjid ditutup, akankah kita lebih mendekat kepadaNya atau justru semakin menjauh dariNya?

Ketika datang sebuah musibah besar, hal yang paling utama dalam menghadapinya adalah menundukkan hati-hati kita. Maksudnya di sini yaitu, Allah meminta kita untuk menjaga lisan. Jangan sampai apa yang keluar dari lisan kita adalah keluhan, ketakutan dan kekhawatiran.

Mengimani Takdir Allah Selalu Baik

Ini adalah saat yang tepat untuk kembali kepadaNya. Benar-benar bergantung hanya kepadaNya. Setelah semua ikhtiar yang disarankan oleh pemerintah dan ahli kesehatan dilakukan, mulai dari physical distancing, menjaga pola makan dan hidup dengan lebih sehat, hingga berjemur untuk meningkatkan imunitas tubuh. 

Inilah saatnya untuk berhenti mengeluh dan cemas berlebihan, serta mengimani bahwa takdir Allah tak pernah salah dan selalu baik.

Sebagaimana dinukil dari Al Quran dan hadits-hadits di bawah ini:

1. Al Quran Surat At Tagabun: 11

2. Al Quran Surat An Nisa: 45


3. Al Quran Surat Al Baqarah: 155

4. HR Bukhari dan Muslim

Tidak ada musibah yang menimpa umat Islam hingga sekecil duri menusuknya, melainkan Allah Azza wa Jalla akan menghapus dosa-dosanya.

5. HR Bukhari

Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang menahun, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, atau hanya tertusuk duri, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya.

6. HR Muslim

“Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena ia akan menghapuskan kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana alat pandai besi itu dapat menghilangkan karat besi.”

Dari ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits di atas, kita bisa simpulkan bahwasanya:


1. Tidak ada sebuah kejadian di muka bumi ini jika tak atas izinNya. Covid-19 hadir mengguncang dunia atas izinNya.
2. Tidak ada satu pun kejadian di muka bumi ini hadir tanpa adanya hikmah dan kebaikan. Maka yakinlah bahwa dibalik kondisi yang terasa buruk ini, kondisi ini juga membawa kebaikan.
3. Dalam menjalani takdir ini, kita diminta untuk selalu memohon pertolongan hanya kepada Allah, karena tidak ada sebaik-baik penolong selain diriNya.
4. Jalani takdir ini dengan penuh kesabaran. Karena hanya orang-orang yang sabar akan mendapatkan kabar gembira; diberikan petunjuk dan diampuni dosa-dosanya.

Semoga setelah kita memahami bahwa ada hikmah di balik kedatangan Covid-19, tak ada lagi rasa cemas berlebihan di hati.

3 Cara Baginda Nabi Menghadapi Masalah Berat

Jikalau kesedihan dan kecemasan masih terus-menerus hadir, mari kita ikuti 3 cara Rasululah Shalallahu Alaihi Wassalam ketika sedang menghadapi masalah berat dan kedukaan yang sangat dalam.

Cara Pertama - Shalat

Sebagaimana termaktub dalam firman Allah, Al Quran Surat Al Baqarah: 153,


Setiap kali ditimpa masalah yang besar, Rasulullah Muhammad selalu menjadikan rasa sabar dan shalat sebagai obatnya. Tidak hanya cukup menjalankan shalat wajib, Nabi Muhammad juga akan menambah shalat-shalat sunnah. Semakin besar masalah yang dihadapi, semakin besar rasa duka di hati, akan lebih baik jika semakin banyak shalat yang kita tegakkan. Maka yuk mulai perbaiki shalat-shalat kita, dan tambahkan minimal shalat sunnah dua rakaat setiap hari.

Cara Kedua - Dzikir Pagi dan Petang

Ada doa yang biasa kita lantunkan dalam dzikir pagi dan petang, yang ternyata menjadi cara Rasulullah menghibur hatinya yang sedang berduka atau saat dilanda masalah berat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Fatimah (puterinya), “Apa yang menghalangimu untuk mendengar wasiatku atau yang kuingatkan padamu setiap pagi dan petang yaitu ucapkanlah:

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.

Artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya. (HR. Ibnu As Sunni dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah no. 46, An-Nasa’i dalam Al-Kubra 381: 570, Al-Bazzar dalam musnadnya 4/ 25/ 3107, Al-Hakim 1: 545.)

Cara Ketiga - Berdoa

Ada banyak doa yang bisa kita munajatkan di saat musibah wabah corona terjadi, namun Rasulullah Muhammad saat dihadapkan dengan masalah besar sering mengucapkan doa di bawah ini:

لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْØ­َÙ„ِيمُ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْØ´ِ الْعَظِيمِ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّÙ…َاوَاتِ Ùˆَرَبُّ الأَرْضِ Ùˆَرَبُّ الْعَرْØ´ِ الْÙƒَرِيمِ

La Ilaha Illallahul ‘Azhimul Halim, La Ilaha Illallahu Rabbul ‘Arsyil ‘Azhim, La Ilaha Illallahu Rabbus Samawati wa Rabbul’ Ardhi wa Rabbul ‘Arsyil Karim.

Artinya : Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung lagi Lemah-Lembut, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan Pemilik Arsy yang agung, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Tuhan pemilik langit dan bumi, dan pemilik Arsy yang mulia.

Semoga dengan menduplikasi 3 cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam saat menghadapi masalah berat dan kedukaan yang sangat dalam di atas, hati kita menjadi lebih ringan dalam menghadapi wabah covid-19. Semoga kita senantiasa dijaga kesehatannya dan dijauhkan dari virus covid-19. Semoga kerabat atau saudara-saudara kita yang telah terpapar virus ini bisa segera diberikan kesembuhan. Semoga para tenaga kesehatan, petugas-petugas keamanan, relawan dan tenaga kerja harian yang tak bisa menjalankan masa-masa work from home dilancarkan pekerjaannya dan senantiasa dilindungi olehNya.

Di masa-masa ini, apalagi menjelang datangnya ramadhan, mari fokus pada kebaikan dan hapus kekhawatiran serta perbanyak ibadah. Semoga bermanfaat, sampai jumpa di catatan-catatan berikutnya.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Makasih, Mba Marita. Masyaa Allah, nasehatnya indah sekali untuk masa-masa sulit seperti ini :')

    ReplyDelete