header marita’s palace

Membicarakan Fitrah Seksualitas Ngeri-ngeri Sedap, Ini 3 Hal yang Harus Kita Siapkan!

Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Saking hectic-nya bulan ini, ditambah covid-19 yang semakin menyemarakkan hari, aku baru nyadar kalau jurnal fasil level 11 ini belum naik tayang. Ya Allah… Meski telat pakai banget, dan harusnya juga sudah disetor dari kapan hari, tapi sudah kadung disusun, sayang kalau nggak diterbitkan.

Level 11 ini memang nggak jarang bikin bergidik ngeri. Padahal sebenarnya secara konsep, fitrah seksualitas ini sangat sederhana lo. Mengajarkan anak untuk bertindak dan berperan sesuai fitrah gendernya masing-masing. Kalau gendernya laki-laki, ya harus bertindak dan berperan sebagaimana seorang laki-laki. Begitu juga kalau gendernya perempuan, ya harus bertindak dan berperan sebagaimana seorang perempuan.

Namun entah kenapa setiap kali membicarakan topik ini selalu meluas hingga ke penyimpangan fitrah seksualitas dan berujung pada paranoid dari para ibu-ibu muda. Padahal tak seharusnya kita paranoid berlebihan, ada Allah sebaik-baik penjaga. Tugas kita sebagai orangtua hanyalah fokus melakukan ikhtiar sebaik mungkin.

Serunya Level 11 di Bunsay #5 Bandung

Meski banyak menebarkan paranoid, level 11 juga meningkatkan kreativitas di antara teman-teman Bunda Sayang. Tak terkecuali, kelas Bunsay Bandung Batch #5. Berbeda dengan level-level sebelumnya, di sini teman-teman dituntut untuk belajar sambil berbagi ilmu. Kalau biasanya teman-teman hanya mengunyah materi yang dibagikan fasil. Kali ini para peserta Bunsay diminta untuk membuat kelompok-kelompok kecil, meramu tema yang disediakan menjadi presentasi yang menarik dan membagikan ke seluruh kelas.

Senangnya melihat antusiasme teman-teman dalam presenting the material. Cara presentasinya pun sangat menarik. Ada yang dilengkapi dengan infografis-infografis yang eyecatching, ada yang dilengkapi pula dengan video dan audio. Aku pun ikut takjub dibuatnya. Meski ada juga beberapa nama yang tidak ambil bagian dalam setoran T10 hari, namun antusiasme yang mau berperan serta bisa memberikan senyum tersendiri untukku.

Dari mereka yang nggak lelah berbagi dan melayani, kutemukan nama-nama inspiratif berikut ini:

Aliran Rasa Ter…


Fitri Kaniawati

Selain karena infografisnya yang menarik, isi dari aliran rasa Teh Fitri memberikan pengingat yang patut dijadikan pegangan bagi setiap orangtua.

“Ketakutan menjadi hal wajar, tapi tidak boleh berlebihan. Jangan sampai Rasa takut dan kekhawatiran berlebihan menumpulkan aqidah kita. Dari rasa takut, kita belajar bagaimana menjaga setiap fitrah anak kita agar terjaga. Mendidiknya sejak dini, memberikan contoh, dan menjadi tempat ternyaman bagi anak anak.”

Mahasiswi Apresiatif


Martalia Wahyu S

Mata siapapun yang membaca postingan Teh Martalia pasti akan termanjakan. Berbeda dengan postingan teteh lainnya, Teteh Martalia meresume diskusi menggunakan tulisan tangan yang sangat rapi dan detail. Saat difoto sebagai postingan IG pun tampak indah. Salut! Bukan hanya sekedar membagikan hasil diskusi, namun cara teh Martalia menyusun resume buatku… jempolan banget!


Mahasiswi Aktif



Eva Dwi

Teh Eva tidak hanya aktif dalam mengikuti diskusi setiap harinya. Saat grupnya menjadi pemateri, Teh Eva dan teh Syifa menyampaikan materi dengan sangat apik. Selain itu di level ini, Teh Eva juga terlibat sebagai host JH.

Mahasiswi Teladan


Luluk Ulinnuha

Postingan teh Luluk di level ini sangat inspiratif. Tidak hanya infografisnya yang menarik. Resume yang dibuat Teh Luluk tidak sekedar copy paste, tapi dituliskan dengan bahasa sendiri. Lebih dari itu, studi kasus yang diangkat di hari ke 11-15 sangat menarik. Dari permasalahan mandi bersama sampai cross hijaber. Tentunya karena teh Luluk mampu meraih badge OP di level ini juga menjadi pertimbangan khusus.

Koordinator Bulanan


Nunie Chatidiah Yusniar

Seharusnya Teh Nunie menjadi korlan di level 12, namun karena Teh Derini yang sejatinya bertugas di level 11 lost contact yang kemudian baru kami ketahui HPnya hilang. Alhamdulillah Teh Nunie mau mengemban amanah sebagai korlan, meski harus maju satu level.

Teh Nunie cukup baik dalam menjalankan tugasnya sebagai korlan level ini. Jika ada hal-hal yang tidak diketahui, Teh Nunie sangat aktif untuk bertanya kepada teman-teman perangkat kelas dan fasil.

Peserta Jumat Hangat


Erlyn Permanasari

Tamu Jumat Hangat pada 6 Maret 2020 kali ini adalah sosok yang jago baking dan bisnis. Awalnya karena ingin mengembangkan hobi bakingnya menjadi bisnis, Teh Erlyn mulai masuk ke rumbel bisnis. Di rumbel tersebut justru banyak belajar mengenai marketing. Dukungan suami dirasakan menjadi pendorong utama untuk dirinya dalam mengembangkan potensi diri.

Quote dari Teh Erlyn: 
Jangan berhenti belajar, karena anak-anak kita berhak mendapatkan ibu terbaik. Dan jangan takut untuk mencoba segala sesuatu, percaya diri dan fokus, serta pegang selalu prinsip untuk selalu coba saja dulu.

3 Hal Menuju Fitrah Seksualitas

Thank you, tetehs Bunsay Bandung.. kalian so inspiring. Dari kalian juga aku jadi bisa belajar tentang 3 hal yang harus kita persiapkan dalam merawat fitrah seksualitas anak berikut ini:

1. Penguatan Fitrah Keimanan

Sebelum anak-anak dikuatkan dan dikenalkan tentang fitrah seksualitas, menurutku fitrah keimanan di diri anak harus lebih dulu dikuatkan. Karena fitrah keimanan adalah pondasi bagi setiap lini kehidupan manusia. Ketika fitrah keimanan telah terjaga dan terawat sebagaimana mestinya, ada gangguan segala rupa, anak akan tetap berpegang pada aturan Allah yang semestinya. Anak-anak tak akan mudah tenggelam dalam hawa nafsu karena memiliki pegangan syariat yang teguh. Mereka tahu dan sadar bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Mereka tahu dan sadar bahwa segala takdir Allah adalah baik, dan tak pernah ada yang salah tempat. Maka tugas pertama sebelum orangtua mengenalkan dan menguatkan fitrah seksualitas pada diri anak, fitrah keimanan dalam diri anak harus tuntas terlebih dahulu, atau setidaknya sudah diperkenalkan di awal.

2. Keterlibatan Kedua Orangtua

Fitrah seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan anak sejak lahir sampai usia 15 tahun dengan figur ayah dan ibu secara utuh dan seimbang.

Ayah berperan memberikan suplai maskulinitas dan ibu memberikan suplai femininitas. Anak-anak laki-laki mendapatkan suplai 75% maskulinitas, dan 25% femininitas, sedangkan anak perempuan 75% femininitas dan 25% maskulinitas.

Oleh karenanya tidak bisa pendidikan anak hanya bertumpu pada ibu atau ayah saja. Baik ibu dan ayah harus sama-sama terlibat. Keterlibatan kedua orangtua menjadikan fitrah seksualitas tumbuh sesuai porsinya. Ada tahapan-tahapan dalam proses ini:

  • Usia 0 - 2: dekatkan anak kepada ibu lewat proses menyusui (ASI)
  • Usia 3 - 6: dekatkan anak dengan kedua orangtua; bermain bersama, belajar bersama, beraktivitas bersama. Anak belajar bagaimana kedua orangtua bertindak dan berperan sesuai gender masing-masing, dari pemilihan cara berpakaian hingga gaya pengambilan keputusan.
  • Usia 7 - 10: dekatkan sesuai gender. Anak perempuan didekatkan dengan ibu dan anak laki-laki didekatkan dengan ayah. Di sinilah masa-masa penguatan gender, bagaimana anak perempuan mulai belajar menjadi perempuan seutuhnya dari sang ibu, begitu juga sebaliknya.
  • Usia 11 - 14: dekatkan lintas gender. Anak perempuan didekatkan dengan ayah, dan anak laki-laki didekatkan dengan ibu. Di sinilah anak-anak belajar memahami dan saling menghormati lawan jenis. Di sini pula anak-anak mendapatkan cinta dari lawan jenis secara paripurna, sehingga tidak perlu ada anak perempuan yang haus kasih sayang ayah, dan sebaliknya.
  • Usia > 15 tahun: di usia ini seharusnya anak sudah tumbuh aqil baligh secara bersamaan dan sudah siap berperan sesuai fitrah gendernya, serta sudah siap menjadi ayah dan ibu.

3. Allah Sebaik-baiknya Penjaga

Tema terkait fitrah seksualitas kadang meluas hingga ke penyimpangan dan penyakit-penyakit seksualitas, hal ini banyak membuat para ibu ketakutan. Namun sebagai penguatan diri, ingatlah bahwa ada Allah sebaik-baiknya penjaga. Jika kita sebagai orangtua sudah melakukan ikhtiar sebaik mungkin, maka yang tersisa hanyalah doa dan tawakal. Insya Allah usaha terbaik yang diiringi dengan doa dan tawakal, akan melahirkan hasil yang terbaik.

Fitrah seksualitas sejatinya bukanlah tema yang mengerikan. Hanya karena kita terlampaui dijejali dengan kekhawatiran yang berlebihan, maka seringkali rasa takut tersebut melampaui logika kita. Semoga Allah selalu menjaga anak-anak kita. Dan semoga Allah selalu menjaga kita agar bisa menjadi sebaik-baiknya orangtua. Aamiin.

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com