header marita’s palace

9 Tradisi Pernikahan Budaya Jawa yang Penuh Filosofi

9 tradisi pernikahan budaya Jawa penuh filosofi
Bagi orang berjiwa modern, tradisi pernikahan budaya Jawa mungkin terkesan ribet. Namun jika teman-teman kongkow mengetahui filosofi di balik setiap tradisinya, pasti akan dibuat jatuh cinta kepada hal-hal yang dibilang ribet tersebut. 

Aku tak memiliki kesempatan untuk menikah dengan tradisi Jawa yang komplit. Lebih kepada hemat waktu dan hemat biaya, wkwk. Pernikahan dengan menggunakan tradisi yang komplit membutuhkan biaya yang tak sedikit, juga persiapan yang cukup matang. Sementara 13 tahun lalu, tujuanku menikah adalah sesegera dan sesederhana mungkin.

Maka setelah berdiskusi dengan ibu, kami memutuskan untuk tidak menggunakan adat sama sekali. Meski tetap ada beberapa hal yang tetap bisa dimasukkan pada rangkaian acara. Kalau kata bulik yang kebetulan juga meriasku di hari pernikahan, “idep-idep simbol.”
menikah tanpa prosesi adat Jawa
Jujur one day kalau anak-anak menikah pun, aku tak terpikir untuk menggunakan adat Jawa dalam prosesi pernikahan mereka. Kecuali memang mereka menginginkan dan punya dana sendiri, wkwkw. Namun aku selalu suka menikmati setiap prosesi pernikahan budaya Jawa, apalagi kalau kita mampu memaknai setiap filosofi yang ada di dalamnya. 

Nah, kebetulan beberapa waktu lalu, sepupuku nikahan menggunakan adat Jawa yang lebih komplit dariku. Meski tidak sekomplit saat adiknya menikah beberapa tahun sebelumnya. Dikarenakan pandemi, jadi acaranya sengaja dibuat seminimal mungkin, hehe.

Dari acara dua sepupuku tersebut, aku jadi lebih mengenal dan memahami filosofi di balik tradisi pernikahan Budaya Jawa. Sebelumnya mah aku cuek-cuek saja, hanya suka melihat tanpa tahu lebih dalam. Kalian mau tahu juga, pals?

9 Tradisi Menuju Hari Pernikahan

Pernikahan adalah sebuah keputusan sakral dalam kehidupan dua manusia. Maka tak heran jika persiapan yang dilakukan menuju hari H pun tak bisa hanya sehari dua hari. Bahkan untukku yang memutuskan menikah dengan konsep sesegera dan sesederhana mungkin, tetap butuh 2 bulan sejak lamaran hingga hari H.

Perlu ada komunikasi antara keluarga calon mempelai pria dan wanita, dan rapat-rapat koordinasi dengan panitia acara agar pernikahan berjalan lancar. Apalagi jika pernikahannya menggunakan tradisi Jawa komplit, ada banyak hal yang harus diperhatikan.

Nah, tradisi pernikahan dalam budaya Jawa tak hanya dilakukan saat hari H. Menuju hari pernikahan pun ada beberapa tradisi lo. Oya, rangkaian tradisi ini biasanya dilakukan di rumah pihak keluarga putri. 
tradisi pernikahan tarub, kembang mayang dan tuwuhan

1. Memasang Tratag dan Tarub

Tratag alias tenda mulai dipasang. Digelar pada H-1 sebelum  prosesi pernikahan dimulai. Berbeda dengan acara lainnya, pada pernikahan Jawa, pemasangan tratag pun diwarnai dengan tradisi yang penuh filosofi.

Setelah tratag dipasang, akan dipasang hiasan yang terbuat dari janur alias daun kelapa muda. Hiasan ini disebut dengan tarub. Dipasang di depan pintu masuk sebagai pertanda bahwa ada keluarga yang akan mantu. Sedangkan janur kuning yang melengkung memiliki makna sebagai doa dan pengharapan kepada Yang Maha Kuasa agar kedua mempelai mendapat berkah dan kemakmuran.

2. Memasang Kembar Mayang

Tarub bukan satu-satunya dekorasi yang dipasang. Masih ada dekorasi lain yang harus ada dalam tradisi pernikahan Jawa; Kembar Mayang. Yaitu sebuah ornamen yang dibuat dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah.

Ornamen ini memiliki filosofi sebagai motivasi bahwa dalam menjalani kehidupan rumah tangga, kedua mempelai harus penuh kebijaksanaan. Ornamen-ornamen tersebut biasanya dilipat sedemikian rupa dan ditancapkan pada batang pisang hingga memiliki bentuk seperti gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung.

3. Memasang Tuwuhan

Dekorasi lainnya yaitu Tuwuhan. Merupakan tumbuh-tumbuhan yang harus diletakkan di tempat siraman. Ditambahkan pula buah-buahan, biasanya sih setandan pisang, diletakkan pada sisi kanan dan kiri. Aku baru tahu kalau makna dari keberadaan Tuwuhan ini adalah sebagai harapan dan doa agar sang pengantin kelak cepat memperoleh buah hati.
prosesi siraman, ngerik dan dodolan dawet

4. Siraman

Siram dalam bahasa Jawa artinya mandi. Maka sudah bisa menebak kan kalau ini adalah prosesi di mana calon pengantin dimandikan oleh kedua orangtuanya. Biasanya pengantin pria pun pada jam atau hari yang sama juga menjalani prosesi ini di tempat terpisah.

Air yang digunakan nggak sembarangan, pals. Biasanya terdiri dari 7 mata air yang berbeda. Lalu ada utusan dari pihak mempelai perempuan yang membawa segentong air dari rumah menuju tempat siraman mempelai laki-laki. Dan kalau nggak salah akan mendapat balasan air yang berasal dari pihak laki-laki. Nantinya air tersebut akan dijadikan satu pada wadah air yang digunakan untuk siraman.

Prosesi siraman ini memiliki unggah-ungguh yang bisa jadi satu artikel tersendiri. Jadi buat yang mau tahu komplitnya terkait siraman, boleh lah kapan-kapan kutulis versi lengkapnya. Btw, secara ringkasnya, siraman ini memiliki makna untuk melakukan pembersihan diri sebelum melakukan rangkaian ritual yang lebih sakral.

Di akhir prosesi ini, akan ada kendi yang dipecah sebagai tanda ‘wis pecah pamore’ alias si pengantin putri sudah menuju tingkatan hidup yang baru. Kemudian ia akan digendong oleh ayahnya menuju kamar pengantin.

5. Ngerik

Selesai siraman, perias akan melakukan upacara paes di kamar pengantin. Sebelumnya rambut-rambut halus di bagian wajah calon pengantin perempuan akan dikerik terlebih dahulu. Biasanya sang ibu dan beberapa ibu sepuh dari pihak keluarga atau tetangga yang dituakan akan ikut serta dalam proses ini. Tujuan dari ngerik untuk menghilangkan hal-hal buruk dari calon pengantin perempuan, serta agar wajah sang pengantin terlihat bersih dan bercahaya, alias manglingi.

6. Dodolan Dawet

Rangkaian tradisi selanjutnya, kedua orangtua melakukan acara Dodolan Dawet. Yaitu mereka menjual dawet kepada para tamu. Ini nggak beneran jualan ya, pals. Para tamu membeli dawetnya nggak pakai uang beneran, tapi menggunakan kreweng alias pecahan tembikar dari tanah liat.

Ternyata ada maknanya di balik kreweng ini. Yaitu sebagai pengingat bawah pokok kehidupan berasal dari bumi. Aku dong baru tahu, kalau kalian gimana?

Pada saat prosesi jualan dawet ini, sang ibu melayani pembeli dan ayah memayungi ibu. Makna dari kegiatan ini yaitu memberikan contoh kepada pengantin bahwa dalam hidup berumahtangga nanti harus ada saling. Saling gotongroyong, saling bantu-membantu dan saling mendukung.
dulangan pungkasan dan midodareni

7. Potong Tumpeng dan Dulangan Pungkasan

Tumpeng adalah sajian nasi dengan model kerucut. Diletakkan pada sebuah nampan bulat terbuat dar anyaman bambu. Lalu ada aneka lauk pauk yang ditata sedemikian rupa mengelilingi tumpeng tersebut.

Tumpeng identik dengan gunung dan memiliki makna sebagai simbol kesejahteraan dan kemakmuran. Keberadaan tumpeng dalam rangkaian prosesi pernikahan sebagai doa agar pasangan pengantin diberkahi kesejahteraan dan kemakmuran.

Proses pemotongan tumpeng dilakukan oleh kedua orangtua dengan mengambil bagian puncak tumpeng dan dilengkapi dengan lauk pauk yang ada. Lalu dilanjutkan dengan proses Dulangan Pungkasan, artinya suapan terakhir. Sebagai tanda bahwa tanggungjawab sebagai orangtua telah berakhir, sang anak akan menuju kehidupan barunya.

8. Menanam Rambut dan Melepas Ayam

Selanjutnya, kedua orangtua akan menanam potongan rambut dari kedua calon mempelai. Maknanya yaitu mengubur hal-hal buruk yang ada pada mereka agar keburukan itu dijauhkan dari rumah tangga keduanya.

Dilanjutkan dengan proses melepas ayam jantan berwarna hitam. Memiliki makna keikhlasan kedua orangtua dalam melepaskan anaknya untuk hidup lebih mandiri. Sebagaimana seekor ayam yang telah mampu mencari makananya sendiri.

9. Midodareni

Berasal dari kata bidadari, malam midodareni adalah bridal shower-nya gadis Jawa. Alias ritual malam sebelum melepas masa lajang. Biasanya setelah calon pengantin putri selesai dipaes dan didandani, ia akan meminta izin kepada ayah ibunya untuk menikah. Kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan nasehat dan petuah yang berhubungan dengan pernikahan. Beberapa di antaranya juga mengisi malam midodareni dengan pengajian.

Pada malam ini, pihak keluarga pria biasanya juga datang berkunjung untuk bersilaturahmi. Namun calon mempelai putri dilarang untuk menemui calon suaminya. Biasanya calon ibu mertua yang akan mengintip sebentar ke kamar pengantin putri untuk memastikan bahwa calon istri anaknya dalam keadaan baik-baik saja.

9 tradisi di atas tak kulakukan saat menikah meski aku orang Jawa tulen. Nggak nyesel juga sih, karena dengan kondisi fisik ibu saat itu pun, sepertinya kurang memungkinkan untuk menyelenggarakan prosesi sepanjang itu.

Pada malam midodareni, aku tetap dirias. Namun acaranya diganti dengan pengajian. Hal tersebut justru membuat momennya menjadi lebih sakral. Saat para bapak pengajian, aku bercengkrama bersama ibu untuk terakhir kalinya dengan statusku sebagai single. Dan inilah foto favorit di malam midodareni yang selalu kutatap saat aku merindukan sosok ibu: 
memory with ibu di malam midodareni

Tradisi Pernikahan Budaya Jawa pada Hari H

9 tradisi yang kusebutkan di atas baru secuil prosesi menuju hari besar. Pada hari pernikahannya sendiri, ada tradisi-tradisi lain yang biasanya dilaksanakan setelah ijab qobul usai. 9 tradisi pada hari H ini tak kalah menarik dan penuh makna.

Setelah menyelesaikan ijab qobul ataupun pemberkatan pernikahan, pasangan pengantin akan bertemu secara resmi sebagai suami istri. Pengantin putri diapit oleh kedua orangtuanya, diantarkan untuk bertemu suaminya dari sisi yang berlawanan. Mereka berdiri terpaut kurang lebih lima langkah. Prosesi yang disebut dengan panggih ini, meliputi rangkaian tradisi sebagai berikut:
proses panggih; balangan suruh, ngidak endog, sinduran

1. Balangan Suruh

Balangan maksudnya adalah melempar. Di titik yang masih sama dengan upacara panggih, kedua mempelai saling melempar daun sirih yang berisi kapur sirih dan telah diikat dengan benang. Saat saling melempar suruh, kedua mempelai harus tersenyum satu sama lain.

Pengantin laki-laki melempar ke arah dada pengantin perempuan, bermakna ia telah mengambil hati sang gadis. Sementara pengantin perempuan melempar ikatan suruhnya ke arah lutut/ paha pengantin laki-laki, merupakan tanda baktinya kepada suami.

Selain mengandung makna tersebut, konon upacara ini juga memiliki maksud untuk mengusir roh jahat dari dalam diri masing-masing pengantin.

2. Ngidak Endog

Tradisi selanjutnya yaitu pengantin pria akan menginjak telur ayam mentah, bermakna agar bisa segera mendapat keturunan. Kemudian, pengantin perempuan akan membersihkan kaki pengantin laki-laki dengan air rendaman bunga yang telah disediakan, bermakna sebagai bentuk kasih sayang dan tanda baktinya kepada suami.

3. Sinduran

Sindur adalah kain yang memiliki warna merah dan putih. Memiliki makna sebagai doa dan harapan agar kedua pengantin akan menjalani pernikahan dengan penuh keberanian, semangat dan gairah. Pada prosesi ini, sang ayah mempelai putri akan membalut kedua pengantin di belakang tubuhnya dan mengantarkan mereka ke pelaminan.
bobot timbang, rujak degan dan kacar-kucur

4. Bobot Timbang

Sesampainya di pelaminan, ayah mempelai putri akan memangku kedua pengantin di sisi kanan dan kiri. Lalu sang ibu mempelai putri akan naik ke pelaminan dan bertanya pada sang ayah, “Siapa yang lebih berat, Pak?”

Ayah akan menjawab, “Sama beratnya.” Makna di balik prosesi ini untuk memberikan keyakinan di hati kedua mempelai bahwa kedua orangtua akan menyayangi mereka tanpa membeda-bedakan mana yang anak kandung, dan mana yang menantu.

5. Rujak Degan

Rujak Degan adalah jenis minuman yang dibuat dari serutan dan air kelapa muda. Saat prosesi ini, sekeluarga harus minum Rujak Degan dalam satu gelas yang sama. Dimulai dari ayah mempelai putri, lalu diberikan kepada sang ibu dan berakhir kepada kedua mempelai. Makna dari prosesi ini adalah untuk membersihkan rohani seluruh keluarga pengantin.

6. Kacar-kucur

Pada ritual ini, pengantin pria akan mengucurkan uang logam dan simbolisasi kebutuhan pokok, seperti beras ataupun biji-bijian kepada sang istri. Maknanya bahwa suami memiliki tanggungjawab untuk menafkahi keluarganya.

Sementara di sisi lain, sang istri harus menerima kucuran dari suaminya dengan hati-hati dan memastikan tidak ada yang terjatuh. Maknanya bahwa istri akan bertanggungjawab dalam mengelola nafkah yang diberikan suami sebaik-baiknya.
dulangan, mapag besan dan sungkeman di pernikahan jawa

7. Dulangan

Kedua pengantin pada saat prosesi ini harus saling menyuapi makanan dan minuman sebanyak tiga kali. Makna yang terkandung dalam prosesi ini adalah bahwasanya dalam pernikahan suami istri harus saling menolong dan memadu kasih hingga ajal memisahkan.

8. Mapag Besan

Memiliki arti menjemput besan. Yaitu prosesi kedua orangtua pengantin putri menjemput kedua orangtua pengantin pria untuk sama-sama duduk di pelaminan. Pada prosesi panggih, orangtua mempelai putra tidak diperkenankan hadir. Baru setelah selesai ritual dulangan, kedua orangtua mempelai putra dihadirkan untuk masuk ke sesi sungkeman.

9. Sungkeman

Prosesi panggih ditutup dengan kedua mempelai berlutut di hadapan orangtua kedua belah pihak secara bergantian. Sebagai bentuk terima kasih atas jasa kedua orangtua yang telah membesarkan keduanya. Juga memohon doa restu agar lembaran baru yang mereka jalani bisa berkah dan lancar.

Setelah semua prosesi panggih ini terlaksana, pengantin biasanya akan melakukan kirab yaitu prosesi berganti busana. Baru deh setelahnya akan diteruskan dengan acara resepsi.

Gimana pals, setelah tahu semua tradisi pernikahan budaya Jawa, apakah kalian tertarik untuk menikah sesuai tradisi atau mau pakai konsep nikahan minimalis? Apapun pilihannya, setiap pernikahan pasti ingin mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Yang belum menikah, semoga disegerakan bertemu dengan calon imamnya. Yang sudah menikah, semoga langgeng terus till jannah ya!

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com