header marita’s palace

14 Cara Melatih Mental Anak Agar Berani, Ortu Wajib Tahu!

14 cara melatih mental anak agar berani
Banyak orangtua salah kaprah dalam menerapkan cara melatih mental anak agar berani. Dipikirnya dengan menakut-nakuti, itu adalah cara mendidik anak agar berani dan percaya diri. Nyatanya jika kita tidak tahu cara yang tepat, bukannya tumbuh jadi anak berani, bisa jadi si anak malah mengalami trauma berkepanjangan.

Begitu juga jika orangtua mendorong anak terlalu keras, tanpa diberikan dasar pemahaman yang baik mengenai apa itu keberanian, dan kenapa harus memiliki rasa percaya diri. Anak-anak bisa jadi malah tumbuh dengan rasa penuh ketakutan. Lalu gimana ya cara mendidik anak agar cerdas dan percaya diri, sekaliggus memiliki mental yang berani?

Aku akan membagikan beberapa tips menarik tentang cara membuat anak berani dan percaya diri yang kudapatkan dari sebuah website perkembangan diri, mau tahu apa sajakah itu? Cekidot!

Cara Mendidik Agar Anak Berani dan Percaya Diri #1: Menjelaskan Apa Itu Keberanian

Sebelum kita fokus melatih mental anak agar berani, salah satu hal terpenting yang harus mereka ketahui adalah bahwa keberanian memiliki banyak bentuk. Ada kalanya dari luar, keberanian terlihat mengesankan, kuat, dan percaya diri. Sedangkan di waktu yang lain, keberanian bisa jadi terlihat sembrono atau mendebarkan. Namun dari dalam, hal tersebut bisa terasa menakutkan dan tidak terduga.

Bahkan ada kalanya keberanian datang bersama perasaan yang bertolak belakang, seperti kecemasan, atau ketakutan, bahkan keraguan terhadap kemampuan. Sampaikan pada anak, bahwa itu adalah hal yang wajar. Keberanian dan ketakutan memang sering kali hadir bersamaan. Jika tidak ada rasa takut, maka tidak perlu ada keberanian.

Anak-anak perlu tahu bahwa keberanian bukanlah tentang hal ajaib yang tiba-tiba bisa membuat diri mereka tidak memiliki rasa takut sama sekali. Justru letak dari keajaiban dari sebuah keberanian akan muncul ketika mereka telah mampu melewati ketakutan, keraguan diri, kecemasan, dan melakukan hal-hal yang terasa sulit atau berisiko.
Terkadang, keberanian bisa muncul hanya dalam beberapa detik. Namun ada kalanya butuh waktu lama untuk memanggilnya datang.
Anak-anak juga perlu tahu bahwa efek keberanian tidak selalu bisa dirasakan. Lalu berikan pada mereka contoh-contoh keberanian sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari. Misalnya, keberanian untuk bisa bersikap baik kepada anak baru di kelas, mencoba sesuatu yang baru, atau menyampaikan pendapat di depan umum.

Semua keberanian tersebut tak lantas menghasilkan sebuah perubahan secara langsung. Namun jika setiap tindakan didorong oleh keberanian, akan selalu ada perbedaan yang terjadi, meski perlahan.

14 Cara Melatih Mental Anak Agar Berani dan Percaya Diri

Nah, setelah anak sudah mulai punya pandangan terhadap arti keberanian, kita bisa mulai melakukan beberapa hal ini untuk memupuk keberanian anak:

1. Apresiasi Keberanian yang Anak Lakukan Sekecil Apapun

Untuk lebih memahamkan anak tentang makna berani, kita bisa membantu mereka mengerti dengan cara mengapresiasi keberanian-keberanian kecil yang mereka lakukan. Misalnya, hari ini anak berani berkenalan dengan teman baru, kita bisa mengucapkan, “Wah, anak bunda hebat sekali berani berkenalan dengan teman baru. Siapa tadi namanya?”

Bahkan saat anak masih belum berani menunjukkan keberanian, kita tetap bisa menunjukkan motivasi dengan lembut, daripada menjatuhkan harga dirinya. Misal, hari ini dia menolak maju ke depan kelas untuk membacakan deklamasi. Alih-alih mengatakan, “Kenapa nggak berani maju, kan cuma baca aja.” Cobalah mengatakan, “Bunda tahu hari ini kakak belum mau maju untuk berdeklamasi karena belum berlatih dengan maksimal ya? Bunda yakin lain kali pasti kakak sudah lebih berani. Betul kan?”

2. Berikan Anak Izin untuk Menjadi Tidak Sempurna

Ada banyak orangtua hanya melihat hasil akhir dibandingkan proses yang telah dilewati sang anak. Mereka hanya akan dipuji saat berhasil, dan ketika gagal tak ada apresiasi sedikit pun. Padahal bukankah proses yang mereka lalui juga merupakan sebuah keberanian yang patut diacungi jempol?

Anak-anak yang terlalu dikritisi ketika melakukan kegagalan, bisa tumbuh menjadi sosok yang takut gagal. Lalu perlahan timbul perfeksionisme di dalam diri. Semuanya harus berjalan dengan sempurna, jika tidak ia merasa belum melakukan apa-apa.

Di sinilah peran kita sebagai orangtua yang sebaiknya meyakinkan anak bahwa gagal itu tidak masalah, tidak sempurna itu hal yang wajar. Proses dan pengalaman yang telah dilalui jauh lebih penting dan bermakna daripada hasil akhir yang didapatkan.
Ketidaksempurnaan mengajarkan anak makna penting dari belajar, berproses dan bertumbuh.

 

3. Kita Tak Selalu Merasa Siap, Itulah Gunanya Berani!

Ada kalanya waktu memberikan kesempatan untuk mempersiapkan keberanian lebih lama. Anak-anak bisa menjalani rencana yang sudah dibuat, hingga akhirnya berani tampil dengan nyaman saat sudah siap.

Sayangnya tak selamanya kondisi akan seperti itu. Ada kalanya sebuah keadaan memaksa kita untuk siap, saat sebenarnya kita belum siap. Saat itulah keberanian akan muncul dengan sendirinya, secara magis dan ajaib.

4. Dorong Anak untuk Mencoba Sesuatu yang Baru

Dorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru yang bisa memunculkan keberanian secara alamiah. Entah itu mengikuti kelas drama, musik ataupun olahraga. Apapun yang bisa meyakinkan anak-anak bahwa ketakutan bisa dihadapi dengan keberanian.

5. Jadilah Teladan

Semua yang orangtua lakukan tampak seperti bongkahan emas di mata anak-anak. Ceritakan pada mereka tentang momen-momen di saat kita merasa gugup dan berhasil melewatinya. Ceritakan saat kita berani mengatakan 'tidak' atau 'ya', ketika semua orang mengatakan hal yang berlawanan.

Ceritakan pula ketika kita berhasil melewati ketakutan, kelelahan, kesedihan, kemarahan, demi melakukan hal yang sesuai dengan keyakinan. Ceritakan tentang ide-ide berisiko, atau saat kita berpikir secara berbeda, melakukan sebuah keputusan secara berbeda, dan saat kita merasa kecil tetapi melakukan sesuatu yang besar. Biarkan anak-anak merasa bahwa keberanian yang ada dalam diri orangtuanyam juga ada di dalam diri mereka.

Selain lewat cerita, kita juga bisa menunjukkan keberanian-keberanian sederhana dalam keseharian. Misal, biasanya kita takut dengan kecoa. Tunjukkan di suatu pagi, kita berani mengusir kecoa tanpa perlu memanggil sang ayah. Atau kita bisa mengangkat galon, meski awalnya takut jatuh dan terluka.
Hal-hal sederhana ini akan tercatat dalam ingatan anak, bahwa keberanian mungkin tak selalu ada, tetapi bisa dipanggil saat benar-benar dibutuhkan. Keberanian bisa dilatih asalkan mereka mau.

6. Beri Mereka Kesempatan untuk Mengutarakan Pendapat

Orang tua seringkali menginginkan anak yang berani, tetapi di sisi lain orang tua seringkali menegur anaknya terlalu kerasa ketika mereka memiliki kreativitas, pertanyaan, atau pendapat yang berbeda. Atas nama kepatuhan, anak-anak seringkali dipaksa untuk bungkam. Lalu dilabeli dengan pernyataan, “Anak kecil tahu apa?”
Bagaimana mungkin keberanian bisa tumbuh ketika terlalu banyak batasan yang tidak pada tempatnya? Tidak ada salahnya kok anak bertanya secara kritis. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa membuka hati dan pikiran. Yang penting pertanyaannya dilakukan dengan santun.
Salah satu alasan orang-orang yang terkenal di dunia melakukan hal-hal hebat adalah karena pikiran muda yang cukup berani untuk menantang keadaan. Mereka yang sejak kecil diperbolehkan menginginkan sesuatu, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang berani mewujudkannya.

Mintalah pendapat mereka akan beberapa keadaan. Katakan pula pada anak-anak bahwa mereka boleh tidak setuju dengan pendapat orang tuanya. Beberapa ide hebat yang mendunia sering kali dimulai dengan ide-ide kecil yang awalnya tidak masuk akal sama sekali pada saat diungkapkan.

7. Berani Boleh, Tetapi Harus Tetap Santun

Ketika anak mulai menunjukkan keberaniannya, tetapi ditampilkan dalam wujud perilaku yang kurang baik, orangtua perlu menunjukkan apresiasi tetapi tetap memberikan arahan pada perilakunya. Misal, anak berani mengatakan ketidaksukaannya pada temannya yang suka merisak teman lainnya, tetapi ia melakukannya dengan cara yang kasar. 

Kita bisa menyampaikannya seperti ini, “Bunda senang sekali kakak berani bicara dan bertindak membela korban, tetapi jika kakak melakukannya dengan kasar, tindakan tersebut kurang tepat.”

8. Berikan Ruang Agar Intuisi Mereka Berkembang dan Ajari Cara Menggunakannya

Intuisi bukanlah sihir dan bukan hocus pocus. Ini adalah kenangan, pengalaman, dan pembelajaran seumur hidup yang berada di suatu tempat, di dalam diri kita semua, tepat di luar kesadaran kita. Sering disebut juga dengan 'firasat'. 

Respons ketakutan bawaan, atau perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, sangat dipengaruhi oleh pesan yang dikirim melalui saraf vagus dari perut ke otak. Bagian yang paling sulit, sekaligus bagian yang membutuhkan banyak keberanian, adalah bertindak berdasarkan firasat atau intuisi dan melakukan apa yang terasa benar, terlepas dari dari kebisingan yang memberitahu kita untuk melakukan sebaliknya.
Dorong anak-anak untuk memperhatikan perasaan yang muncul ketika ada sesuatu yang terasa benar atau salah bagi mereka. Hal ini berarti memberi mereka izin untuk melepaskan kebutuhan untuk membenarkan atau menjelaskan alasan mereka merasa seperti itu. 
'Ketika kamu sedang diam dan tenang, apa yang hatimu katakan, Nak?' 'Apakah kamu memiliki perasaan tentang apa yang harus kamu lakukan? Terkadang perasaan itu datang dari bagian dirimmu yang tahu apa yang terbaik. Mendengarkan dan memperhatikan perasaan itu bisa menjadi sangat berharga.’

9. Ajarkan Anak-anak Mengendalikan Self Talk

Self-talk adalah salah satu cara terbesar untuk menghentikan diri kita agar tak menjelajah di luar batas. Self-talk bisa otomatis dan hampir tidak terlihat, tapi terkadang bisa sangat membatasi. Mereka bisa muncul dengan suara-suara di dalam diri lewat bentuk 'tidak bisa', 'seharusnya', 'tidak boleh', dan 'bagaimana-jika'. Self-talk bisa menjadi kalimat persuasif yang menempatkan keberanian dalam kotak untuk sementara waktu.
Biarkan anak-anak tahu bahwa betapapun takutnya mereka, atau apa pun yang mereka katakan pada diri mereka sendiri tentang betapa mereka 'tidak bisa', mereka akan selalu lebih berani daripada yang mereka kira.
Berani bisa berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Jika mereka tidak merasa cukup berani atau percaya bahwa mereka cukup berani, mereka hanya perlu bertindak seolah-olah mereka berani. Tubuh dan otak mereka tidak akan tahu bedanya. Berani itu berani, betapapun banyak ketakutan dan keraguan diri di baliknya.

10. Tidak Pernah Ada Kata Terlambat untuk Berubah

Beri tahu mereka bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah, berganti teman, atau berubah pikiran. Semua pengalaman akan selalu membawa pertimbangan baru. Selama pertimbangan baru itu bisa menghasilkan keputusan yang benar, tidak apa-apa. 

Akan selalu ada rencana B, pintu belakang, jalan keluar atau jalan mundur. Tapi pertama-tama, untuk memulai semuanya, mereka perlu mendatangkan keputusan yang berani.

11. Hasil Tidak Lebih Penting dari Prosesnya

Ketika anak-anak merasa perlu untuk bermain aman, mereka hanya akan fokus pada akhir, atau kebutuhan untuk menghindari kegagalan. Oleh karenanya, tugas kita sebagai orangtua adalah mendorong mereka untuk mengalihkan fokus mereka kepada proses. Misal, keputusan yang mereka buat, tindakan yang mereka ambil, dan keberanian yang mendorong semua itu.
Banyak anak-anak, dan bahkan orang dewasa, menahan diri dari perilaku berani karena takut gagal. Yakinkan anak-anak bahwa terkadang keputusan berani dan keputusan konyol bisa terlihat sama, tetapi jika prosesnya telah dipikirkan dan konsekuensinya dipertimbangkan, maka keberanian untuk mencoba lebih penting daripada hasil apa pun.
Tentut saja mereka harus siap menelan dan mengatasi kekecewaan. Namun setiap kali mereka mengambil kesempatan untuk menjadi berani, mereka akan memperkuat kualitas diri.

12. Memotivasi Jiwa Petualang di Dalam Diri Anak

Dorong mereka untuk merasakan petualangan baru. Petualangan tersebut akan mengajarkan anak-anak untuk mempelajari cara berpikir dan bertindak yang baru. Petualangan tak selalu harus hal yang besar, bisa dilakukan dengan cara mengambil tempat duduk yang berbeda, duduk bersama kawan yang sebelumnya tak terlalu dekat, mencoba makanan yang berbeda, atau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,
Menjalani hal-hal baru adalah bagian dari menemukan kapasitas diri sendiri untuk mengatasi keraguan. Dan itulah bahan bakar para pemberani.

13. Ajak Anak Merayakan Keberanian

Bangun ritual baru di dalam keluarga. Lakukan secara mingguan, pada program 1821, biarkan setiap anggota keluarga menceritakan hal-hal berani apa saka yang telah mereka lakukan pekan ini. Cara ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada anak-anak bahwa keberanian datang dalam berbagai bentuk. Bahkan orang dewasa pun terkadang berjuang untuk menjadi berani.

Lalu bersama-sama saling memberi hadiah, meski hanya berupa kartu ucapan selamat untuk hal-hal berani yang telah dilakukan selama sepekan.

14. Berani adalah Tentang Melakukan Apa yang Benar untuk Mereka

Terkadang keberanian adalah tentang melakukan hal yang menakutkan, tetapi di sisi lain keberanian lebih pada melakukan hal yang benar. Misalnya sekelompok teman mengajak anak untuk menonton film berkategori dewasa secara diam-diam. Sangat mudah bagi anak-anak untuk berpikir bahwa jika mereka menonton film tersebut, artinya mereka anak yang berani.

Namun jika di dalam diri anak merasa bahwa menonton film tersebut adalah sesuatu yang tidak benar, keberanian yang sejati justru muncul ketika ia berani mengatakan 'tidak'. Mengatakan 'tidak' pada hal yang terasa tidak benar adalah keberanian terbaik yang bisa kita lakukan sebagai manusia.

Ada tiga petunjuk yang dapat membantu mereka mengatasi kebimbangan dan menemukan hal yang benar untuk dilakukan:
  • Apakah tindakan itu akan melanggar aturan penting atau bertentangan dengan hukum?
  • Apakah tindakan itu bisa menyakiti atau merugikan seseorang?
  • Apakah tindakan itu terasa tepat untuk diri sendiri atau malah merugikan?
Memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah adalah langkah pertama. Bagian tersulit adalah menemukan jalan keluar yang aman. Tidak selalu mudah mengatakan 'tidak', itulah sebabnya di sinilah keberanian terjadi.
Dan akhirnya yakinkan anak-anak bahwa masing-masing dari mereka adalah pahlawan bagi diri sendiri. Memiliki rasa takut adalah wajar, terima kondisi itu. Karena justru saat mereka berani menerima rasa takut, keberanian yang sejati baru akan muncul.
Semoga 14 cara melatih mental anak agar berani di atas bisa membantu para orangtua mengembangkan kepercayaan diri anak. Berbahagialah menjadi orangtua, dan anak-anak pun akan tumbuh dengan aliran kebahagiaan tersebut. Selamat mengasuh dan mendidik putra-putri tercinta, pals!

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Anak sering banget malu-malu, kalau dibiarkan beranjak tidak berani di depan orang, berujung introvert dan pemalu besarnya. Perlu banget melatih mereka untuk berani bicara depan dan menunjukkan dirinya.

    ReplyDelete