header marita’s palace

Tragedi Kanjuruhan Malang dan Trauma Psikologis yang Ditinggalkan

tragedi kanjuruhan Malang
Sejujurnya ketika topik Tragedi Kanjuruhan Malang diberikan sebagai tema pertama challenge dari Gandjel Rel, aku sudah bingung mau nulis apaan. Aku bukan penggemar bola, suamiku pun bukan penikmat bola. Jadi, obrolan tentang bola adalah hal yang sangat minimalis dan hampir nggak pernah dilakukan di antara kami.

Karena bener-bener nggak menguasai topiknya, aku langsung cuzz mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tragedi ini. Sedih banget sih, 125 orang tewas dalam peristiwa tersebut. Bisa dibilang ini adalah duka bagi dunia sepak bola di tanah air.

Sebelum membaca banyak referensi, baik itu artikel maupun podcast yang banyak beredar begitu tragedi ini mencuat. Kupikir tragedi itu diakibatkan karena adanya tawuran dari dua fanbase klub sepakbola.

Setahuku Persebaya vs Arema adalah dua klub yang dikenal sebagai musuh bebuyutan. Jadi mungkin ada gesekan yang terjadi karena salah satu fanbase nggak terima atas kekalahan tim kesayangannya.

Usut punya usut, perkiraanku salah besar. Pada pertandingan tersebut, fanbase Persebaya tidak diperbolehkan hadir ke stadion untuk menghindari adanya tawuran. Bahkan pertandingan ini masuk dalam kategori high risk.

Jadi satu stadion itu isinya Aremania semua. Alias pendukung dari tim Arema. Nah loh, terus kok bisa ada kerusuhan ya?

Itulah yang kemudian menjadi kebingungan dariku. Aku bahkan beberapa kali mencoba menonton video awal mula terjadinya kerusuhan, tapi masih nggak mendapat jawaban.

Intinya sih, dari kesimpulan yang kudapat dari beberapa kali nonton video, ketegangan mulai terjadi ketika beberapa Aremania masuk ke dalam lapangan. Awalnya sih beberapa orang yang turun benar-benar ingin memberikan support kepada para pemain Arema.

Namun kemudian semakin banyak Aremania yang masuk ke lapangan. Beberapa di antaranya terciduk melakukan kekerasan, dan kerusuhan. Oknum lah…

Polisi yang sudah berjaga-jaga mulai deh mengamankan agar tidak terjadi kerusuhan yang makin besar. Namun sepertinya polisi juga mulai kewalahan, hingga akhirnya ditembakkanlah gas air mata. Yang disayangkan adalah kenapa gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun, bukan hanya ke arah orang-orang yang masuk ke lapangan.

Sudahlah, makin ricuh, makin heboh. Ditambah ternyata gerbang stadion ditutup, semakin chaos lah keadaannya.

Coba aja bayangin, mau keluar susah, mau gerak susah. Di satu sisi tembakan gas air mata memberondong. Mencekam banget nggak sih, pals.

Well, aku nggak bisa menghakimi mana yang benar mana yang salah. Aku justru menyoroti betapa kejadian ini meninggalkan trauma psikologis yang sangat membekas di hati orang-orang yang hadir di lokasi saat itu. Juga orang-orang yang ditinggalkan oleh suaminya, kekasihnya, anaknya…

Ada balita yang menjadi korban. Ada ibu yang kehilangan dua anaknya sekaligus. Maka nggak heran jika kemudian aku temui beberapa komentar di TikTok dan YouTube yang membahas Tragedi Kanjuruhan, mereka bilang nggak akan lagi menonton sepak bola. Bahkan ada yang bilang sejak hari itu ia berhenti menjadi Aremania, saking trauma dan kecewanya dengan peristiwa tersebut.

Mengenal Apa Itu Trauma Psikologis

Trauma psikologis adalah kondisi psikis yang dirasakan setelah kita mengalami peristiwa buruk. Peristiwa ini biasanya meninggalkan perasaan tidak aman, tidak berdaya, ketakutan, kecemasan, bahkan bisa membuat kita tidak percaya pada orang lain.
Perasaan trauma tidak ditentukan oleh seberapa besar kejadian tersebut. Namun bagaimana kita merespon atau menerima peristiwa itu.

Bagi beberapa orang bisa saja Tragedi Kanjuruhan Malang tidak meninggalkan trauma berkepanjangan. Namun tak sedikit yang mengalami trauma hingga membuat mereka mengalami beberapa hal di bawah ini:
  • Terus merasa emosional dan sedih berlarut-larut.
  • Timbul rasa takut dan cemas ketika berada di lingkungan yang ramai.
  • Menjadi mudah lelah dan stres.
  • Overprotektif para orang-orang terdekat karena takut kehilangan.
  • Takut bepergian ke tempat-tempat ramai yang bisa membahayakan.
Kondisi trauma pada setiap orang akan memberikan efek yang berbeda-beda. Ada yang hanya butuh beberapa waktu untuk bisa pulih kembali. Namun tak sedikit pula yang justru mengalami efek berkepanjangan.

Apabila kita merasa memiliki trauma, sebaiknya segera konsultasikan kepada ahlinya. Karena trauma psikologis yang tidak diatasi dengan tepat, bisa saja mengarah pada kondisi-kondisi lain, seperti:
  • PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) - Respon yang paling umum dirasakan ketika trauma psikologis menghampiri. Biasanya PTSD terjadi maksimal 2 pekan setelah kejadian. Namun jika setelah 2 pekan kok PTSD-nya tak segera membaik, sebaiknya kita konsultasi pada ahlinya saja ya untuk dapat penanganan yang tepat.
  • Depresi - Biasanya kasus ini terjadi ketika kita mencoba melupakan dan memendam kejadian yang tidak menyenangkan tanpa ditangani secara tepat. Akhirnya muncul perasaan demi perasaan yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan bisa membuat kita kehilangan fokus. Tak sedikit yang jadi nggak bisa bangun dari tempat tidur dan malas bertemu orang. Kalau sudah seperti ini, bertemu dengan Psikolog atau Psikiater adalah opsi yang tepat.
  • Anxiety Disorder - Trauma psikologis juga bisa berdampak melahirkan rasa cemas berlebihan. Jika rasa cemas ini berlangsung secara berkelanjutan dan membuat kita susah beraktivitas harian, mencari bantuan ahli kejiwaan untuk mendapat penanganan yang tepat adalah solusi terbaik.
cara mengatasi trauma psikologis

Cara Mengatasi Trauma Psikologis

Btw, trauma psikologis tidak hanya terjadi pada korban atau orang-orang yang berada di lokasi Tragedi Kanjuruhan Malang, pals. Trauma psikologis bisa dirasakan oleh orang-orang yang mengalami kecelakaan, kehilangan orang tercinta secara mendadak, KDRT, pengabaian orang tua, dan hal-hal lain.

Nah, kalau kita menyadari ternyata memiliki trauma, gimana ya cara mengatasinya? Berikut ini beberapa poin yang sudah kukumpulkan dari berbagai referensi:

1. Self Healing secara Mandiri

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah menemukan sumber trauma. Apa sih peristiwa yang menjadi sumber dari trauma yang kita alami. Jika sumbernya sudah ditemukan, kita bisa memulai proses healing.

Ada banyak cara healing ya, temen-temen kongkow bisa pilih mana yang paling cocok. Apakah dengan melakukan journaling, SEFT dan metode lainnya.

Lalu, lakukan validasi emosi. Terimalah segala emosi yang muncul, apakah takut, sedih, marah atau perasaan lainnya. Jangan tolak emosi tersebut, terima dan katakan pada diri sendiri bahwa it’s okay to feel that. Kita hanya bisa tumbuh lebih kuat saat kita sudah mampu menerima semua emosi tersebut.

Jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bernutrisi, menjaga tidur yang cukup, berolahraga secara rutin dan tetap berinteraksi dengan orang lain. Temukan juga hobi yang bisa menjadi sarana healing.

2. Terapi

Apabila dirasa self healing masih belum cukup, kita bisa menemui psikolog atau terapis yang memiliki keahlian dalam pengobatan jiwa/ psikoterapi. Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah hypnotherapy.

Aku sendiri pernah melakukan hypnotherapy dibantu oleh mbak Dian Ekaningrum. Recommended buat sohib kongkow yang mungkin memiliki trauma psikologis atau inner child yang ingin diatasi.

Selain hypnotherapy, writing for healing, cognitive behavioral therapy dan somatic experiencing adalah beberapa terapi yang bisa dijalankan.

3. Menggunakan Obat-obatan

Jikalau self healing dan psikoterapi sudah dilakukan secara intens, tetapi trauma psikologis masih terus mengganggu. Bahkan sampai membuat temen kongkow tak bisa fokus berkegiatan sehari-hari, ada baiknya untuk menemui Psikiater atau dokter jiwa.

Psikiater akan mendengarkan keluhan kita atas trauma yang dialami, lalu akan meresepkan obat-obatan untuk mengurangi rasa cemas dan gejala depresi apabila dibutuhkan. Obat-obatan ini tidak boleh dibeli tanpa resep dan konsultasi terlebih dahulu ya, pals.

Eniwei, hari Jumat (7 Oktober 2022) lalu, aku baru saja menemui psikiater di klinik kesehatan jiwa Rumah Sakit Wongsonegoro untuk pertama kalinya. Next, aku bakal ceritain bagaimana pengalamanku ini di postingan tersendiri. Tungguin ya…

Akhir kata, semoga Tragedi Kanjuruhan Malang membawa hikmah buat kita semua ya. Untuk bisa lebih berhati-hati, lebih waspada, dan lebih menjaga sikap di manapun dan kapanpun.

Buat siapa saja yang mengalami trauma psikologis akibat tragedi tersebut, semoga Allah mudahkan, pulihkan dan kuatkan kalian ya. Salam sehat mental!

1 comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Mengingat kejadian di Kanjuruhan tentu meninggalkan luka dan trauma mendalam untuk para supporter arema yang hadir. Melihat kejadian sebesar itu dan memakan banyak korban tentu meninggalkan ketakutan tersendiri sih apalagi saat ada di sana. Terima kasih informasinya!

    ReplyDelete