header marita’s palace

Agrowisata Gunungsari Kopeng, Spot Asyik untuk Menikmati Keindahan Semesta dari Kaki Merbabu

agrowisata gunungsari kopeng
Saat suamiku mulai menyalakan kuda besi kami, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang lebih lima belas menit. Perjalanan sejauh 60 kilometer akan segera kami tempuh, tentu saja tak lupa kami rapalkan doa keluar rumah dan naik kendaraan.

Kabupaten Semarang selalu menjadi tujuan kami untuk healing tipis-tipis. Selain jaraknya yang tak terlampau jauh, kami sekeluarga lebih senang menikmati pemandangan pegunungan daripada pantai. Sama-sama ciptaan Allah SWT yang indah, tetapi hawa sejuk pegunungan selalu mampu menjadi tempat refreshing yang menenangkan.
Agrowisata Gunungsari Kopeng adalah tujuan perjalanan kami pada hari Jum’at, 30 Juni 2023 lalu. Mengisi liburan anak-anak, sekaligus menguatkan bonding keluarga, kami merasa tempat wisata yang baru dibuka pada 2017 tersebut cocok untuk dikunjungi.

Wisata tipis-tipis ini akan menjadi pengalaman pertama bagi suami dan anak-anakku menginjakkan kaki ke Gunungsari. Namun bagiku, ini akan menjadi kali kedua. Pada 29 September 2020, aku berkesempatan untuk mengunjungi agrowisata yang dibangun oleh Mbah Buang bersama rekan-rekan blogger dan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang.

Kenangan itu membekas dan meninggalkan kesan yang dalam bagiku. Aku menceritakan kepada suami tentang tempat wisata baru tersebut dan berencana untuk mengunjunginya kembali bersama keluarga.

Namun waktu bergulir cepat, tiga tahun telah berlalu dan rencana tersebut baru terealisasikan. Kurang lebih 90 menit perjalanan ditempuh, akhirnya kuda besi kami sampai juga ke Agrowisata Gunungsari Kopeng. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi dengan pemandangan yang indah, juga hawa dingin yang membuat kami semakin merapatkan jaket.

Lelah yang tadinya mulai bermunculan, berganti dengan rasa takjub yang berlipat. Berkali-kali asma Allah kami gaungkan. Padahal saat itu, gelap mulai mendekat, Gunungsari belum memamerkan pesonanya secara sempurna.
Setelah kami menyelesaikan administrasi, kami ditunjukkan letak tenda yang akan kami tempati. Tepat sejauh mata memandang, tiga gunung terhampar dengan indahnya. Lagi-lagi tidak ada yang bisa terucap, selain asma Allah yang agung.

Menceritakan pengalaman kami saat berlibur satu malam di dalam tenda Agrowisata Gunungsari Kopeng tak akan habis dalam puluhan kalimat. Terlalu indah untuk dikenang. Namun sebelum aku menjabarkan kisah liburan keluarga di Gunungsari, tahukah bahwa membicarakan Gunungsari, maka tak akan bisa lepas dari sejarah Gunung Merbabu, pals?

Beragam Legenda Desa Kopeng dan Gunung Merbabu

Dari namanya saja tentu sohib kongkow bisa menebak kan kalau agrowisata yang kukunjungi bersama keluarga ini terletak di Kopeng? Sebuah desa yang berlokasi di lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian sekitar 1500-1700 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Kopeng bukanlah tempat asing buatku, secara masa kecil kuhabiskan di Salatiga. Desa yang dulunya kukira masuk wilayah Salatiga ini selalu menjadi jujuganku saat liburan bersama keluarga besar.

Masih kuingat dengan jelas dulu keluarga besar ibu seringkali singgah ke Kopeng usai berkunjung ke rumah kami. Agar lebih hemat, eyang suka membawa makanan sendiri dari rumah, membawa tikar, dan kami menggelarnya di rerumputan. Piknik tipis-tipis kalau anak zaman now bilang.

Namun ternyata aku keliru, pals. Setelah mengikuti kegiatan bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, aku baru tahu kalau Kopeng masuk dalam wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Sejak tahun 2010, desa ini telah ditetapkan sebagai Desa Vokasi dengan sayur organik, tanaman hias, makanan khas (ampyang dan stroberi salah satunya), dan berbagai kerajinan tangan khas yang menjadi keunggulan.

Asal-usul Nama Kopeng  

Dari berbagai sumber yang aku baca, kata Kopeng dipercayai berasal dari kata Gepeng. Hal itu berhubungan dengan sejarah Baru Klinting (Naga yang menjadi legenda Rawa Pening), yang diminta Ki Hajar untuk melilitkan tubuhnya ke sebuah gunung, sebagai pembuktian bahwa Baru Klinting benar-benar anak kandungnya.

Banyak catatan menuliskan bahwa gunung di mana Baru Klinting melingkarkan tubuhnya adalah Gunung Telomoyo. Namun tak sedikit pula yang menuliskan bahwa gunung itu adalah Gunung Merbabu. Bahkan ada pula yang menceritakannya sebagai Gunung Merapi.

Entahlah mana yang paling benar, namanya juga legenda ya. Cerita yang diturunkan dari mulut ke mulut lintas generasi.

Namun, menurut cerita orang-orang yang memercayai bahwa Baru Klinting melilitkan tubuhnya ke Gunung Merbabu, ada cerita tambahan, pals. Saat Baru Klinting berproses untuk melingkarkan tubuhnya ke gunung, banyak tantangan yang dihadapi.

Termasuk Ki Hajar yang mencoba menghalangi keberhasilannya. Ki Hajar meletakkan batu besar ke atas ekor Baru Klinting hingga gepeng. Nah, konon batu besar yang digunakan Ki Hajar tersebut berlokasi di Desa Kopeng, di area Umbul Songo. Begitulah awal mula nama Kopeng, pals.
asal usul nama Kopeng

Antara Kopeng, Kerajaan Demak dan Wali Songo

Selain legenda tersebut, Desa Kopeng juga erat kaitannya dengan kisah seorang ksatria sakti mandraguna dari Kerajaan Demak. Ksatria tersebut bernama Senopati Daraka.

Ksatria tersebut memiliki pusaka yang diberi nama Kyai Kukusan. Nama tersebut kini merupakan julukan untuk Puncak Muhtar, salah satu puncak yang ada di Gunung Merbabu.

Senopati Daraka konon pernah bertapa di Gunung Merbabu, tepatnya di Dusun Dakkan. Dusun ini masih ada hingga sekarang, berlokasi di Kopeng, tepatnya di sisi barat Gunung Merbabu.

Tak hanya itu, Kopeng juga ternyata punya sejarah dengan kisah Wali Songo. Diceritakan bahwa kesembilan wali besar tersebut pernah bertemu dan berkumpul di puncak gunung tertinggi di Jawa Tengah ini.

Saat itu mereka sedang berunding untuk menentukan siapakah yang akan menjadi pemimpin dari kesembilan wali tersebut. Untuk mengabadikan sejarah tersebut, puncak tertinggi di Gunung Merbabi disebut dengan Kenteng Songo.

Kyai Bakuh dan Retna Lestari, Legenda Gunung Merbabu  

Gunung Merbabu yang memiliki ketingggian 3.145 meter di atas permukaan air laut ini juga mempunyai cerita legenda lainnya yang tak kalah menarik. Ingin tahu ceritanya, pals?

Konon, dulu kala tinggal seorang raksasa bernama Kyai Bakuh di sebuah hutan belantara. Raksasa ini bersifat rakus dan tamak. Apapun yang lewat di hutan akan langsung dimangsanya, entah manusia ataupun hewan.

Penduduk desa pun menjadi ketakutan. Dewa di khayangan pun murka dengan perilaku si raksasa. Akhirnya diturunkanlah Retna Lestari, sesosok bidadari cantik, untuk menjebab Kyai Bakuh.

Seperti dugaan para dewa, Kyai Bakuh pastilah tertarik dengan kecantikan Retna Lestari. Kyai Bakuh mendekat dan berusaha memiliki Retna Lestari. Namun Retna Lestari berpura-pura takut. “Aku takut engkau akan memakanku,” ucapnya pada si raksasa.

Kyai Bakuh pun meyakinkan bahwa ia tidak mungkin melahap gadis secantik Retna Lestari. Lalu Retna Lestari pun meminta bukti. Ia ingin diambilkan mega yang berawan kemerah-merahan di langit. Sang raksasa pun menyanggupi untuk mengambilkannya.

Namun Retna Lestari kemudian berujar, “Aku tidak ingin engkau yang mengambilnya. Biarkan aku mengambilnya sendiri.” Kyai Bakuh kebingungan, bagaimana caranya Retna Lestari bisa mengambil mega yang ada di langit tersebut.

Retna Lestari kemudian mulai menjalankan rencana yang telah disiapkan matang-matang. “Izinkan aku naik ke punggungmu, agar aku bisa mudah mengambilnya,” pinta Retna Lestari.

Sang Raksasa tak berpikir banjang dan mengiyakan permintaan sang bidadari cantik. “Aah ternyata belum sampai, aku beri tambahan batu di atas punggungmu ya, agar aku bisa menggapai mega tersebut,” Retna Lestari memohon kepada Kyai Bakuh.
asal usul nama Kopeng
Kyai Bakuh tak keberatan dan mempersilakan bidadari cantik yang mencuri hatinya itu melakukan apapun yang ia mau. Kemudian Retna Lestari terus menimbun tubuh Kyai Bakuh dengan batu demi batu, hingga Kyai Bakuh benar-benar tak bisa bergerak.

Saat si raksasa tersadar bahwa itu adalah jebakan untuk menangkapnya, batu yang ada di atas tubuhnya sudah terlampau banyak dan ia tak lagi bisa bergerak. Nah, batu yang menjulang tinggi di bagian kepala Kyai Bakuh dipercayai sebagai Gunung Merapi. Sementara, batu yang berada di bagian kakinya dipercayai sebagai Gunung Merbabu.

Masyarakat yang tinggal di sekitar dua gunung tersebut percaya bahwa kalau tiba-tiba tanah di gunung tersebut bergetar, tandanya Kyai Bakuh sedang meronta-ronta, berusaha membebaskan diri dari tumpukan batu yang menimbun tubuhnya.

Gimana, percaya dengan legenda ini, pals? Lumayan bisa jadi cerita pengantar tidur buat anak-anak nih, hehe. Sayangnya aku baru tahu legenda menarik ini dalam proses menuliskan artikel yang saat ini sedang kamu baca, pals.

Coba kalau sudah mengetahuinya beberapa saat lalu ketika berkunjung ke Agrowisata Gunungsari Kopeng, bisa jadi cerita seru di dalam tenda tuh. Apalagi pada 30 Juni 2023 di malam hari, ada gempa yang getarannya terasa sekali.

Gunung Merbabu bergoyang-goyang. Lampu-lampu hias yang ada di atas tenda juga bergoyang cukup kentara. Semua orang yang berada di dalam tenda berhamburan keluar. Tak lupa merapal asma-Nya memohon keselamatan.

Walau hanya berlangsung beberapa detik, tetap saja rasanya ser-seran, pals. Aku sendiri saat gempa itu terjadi sedang ada di dalam tenda, sementara anak-anak dan suamiku sedang membeli minuman di warung.

Bergegas aku berlari menghampiri mereka. Seumur-umur baru dua kali aku merasakan gempa. Mana gempa yang kedua ini kualami saat di gunung, berlipat-lipat rasa deg-degannya. Ternyata sumber gempanya di Yogya. Hmmm… apakah itu Kyai Bakuh yang sedang berusaha membebaskan diri? Hehe.

Sejarah Dibangunnya Agrowisata Gunungsari Kopeng

Sejarah dibangunnya Agrowisata Gunungsari tak kalah menariknya dengan legenda Gunung Merbabu dan Desa Kopeng lo, pals. Kehadiran Agrowisata Gunungsari tidak lepas dari tangan dingin seorang Slamet Buang, atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Buang.

Aku beruntung pernah berkesempatan untuk bertemu muka dengan pemilik Agrowisata Gunungsari ini ketika kunjungan bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang pada 29 September 2020 lalu. Bahkan para peserta kunjungan wisata saat itu bisa mendengarkan cerita langsung dari beliau.

Disampaikan olehnya, ia memang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Karena orang tuanya terjerat kemiskinan, Mbah Buang hanya mampu bersekolah hingga kelas 1 SD. Namun ia merupakan sosok yang gesit dan tekun, apa saja ia jalani untuk bertahan hidup.

Sejak remaja, Mbah Buang sudah pandai berdagang. Awalnya ia berdagang sayuran. Dari hasil dagangnya, Mbah Buang mulai membeli sepetak demi sepetak lahan pertanian sejak tahun 1993.

Mbah Buang kemudian menikah dan memiliki dua orang anak. Satunya bekerja di perusahaan rokok yang berlokasi di Jawa Timur, sedangkan satu anaknya menggeluti usaha kuliner di Kota Salatiga. Mbah Buang lalu alih profesi menjadi blantik alias jual beli ternak.

Dari hasil jualan ternak, Mbah Buang tidak hanya mampu membeli lahan pertanian lebih banyak lagi, tetapi juga bisa membangun rumah pribadi. Mbah Buang yang menyukai tantangan pun banting setir dengan berjualan tembakau, di sinilah kesuksesan mampu ia raih hingga bisa memiliki penghasilan hingga milyaran rupiah.
Slamet Buang Agrowisata Gunungsari Kopeng
Dari hasil jualan tembakau itulah, pada tahun 2011 Mbah Buang mampu membeli lahan seluas 1,6 hektar di Dusun Dukuh, tempat Agrowisata Gunungsari Kopeng kini berdiri. Sayangnya kesuksesan tersebut hanya sebentar ia cicipi. Pada 2017, Mbah Buang mengalami kerugian hingga Rp1,2milyar.

Namun Mbah Buang pantang menyerah dan tak habis akal. Laki-laki tua ini kemudian menjual tanah kebun di dusunnya senilai Rp400juta. Dari hasil penjualan tanah tersebut, mulailah Mbah Buang membangun Agrowisata Gunungsari sejak Oktober 2017.

Prosesnya dimulai dengan mendirikan bangunan berbahan dasar bambu dan kayu glugu/ kelapa. Salah satu spot menarik yang ada pada Agrowisata Gunungsari adalah Gardu Menara Pandang yang menjulang setinggi kurang lebih 15 meter.

Melalui gardu tersebut, kita bisa menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Sayangnya pada saat aku kembali berkunjung ke Agrowisata Gunungsari pada 30 Juni 2023, gardu pandang tersebut tidak lagi bisa dinaiki.
Gardu Pandang Gunungsari 2020 vs 2023
Walau masih berdiri dengan kokoh, di lantai paling bawah gardu ini disekat untuk menghalangi pengunjung untuk naik ke atas. Hmm, sayang sekali, padahal aku sudah excited untuk menantang suami dan anak-anakku untuk menaiki gardu pandang tersebut, hehe.

Namun sohib kongkow nggak perlu khawatir, tiga tahun berlalu sejak aku terakhir kali menclok ke Agrowisata Gunungsari, perkembangannya cukup pesat. Sesuai dengan impian Mbah Buang yang ingin terus mengembangkan tempat wisata tersebut semakin baik lagi dan lagi.

Mau tahu ada apa saja di Agrowisata Gunungsari? Kuy, baca hingga akhir ya, pals. Tapi boleh deh, intip sekilas video dokumentasi yang kubuat ini:


Fasilitas-fasilitas di Agrowisata Gunungsari Kopeng

Saat main ke Agrowisata Gunungsari pada tahun 2020, hotel dan villanya belum jadi. Tempat bermain anak di sayap kanan gardu pandang juga belum ada. Nah, saat berkunjung lagi ke tempat ini di tahun 2023, alhamdulillah hotel dan villanya sudah full booked.
 
Tak hanya itu, camping area juga sudah penuh. Aku sampai masuk antrian waiting list lo saat itu. Senangnya Agrowisata Gunungsari sekarang makin terkenal, dan banyak pengunjung yang datang. Masih ingat pada tahun 2020, Mbah Buang pernah cerita kalau masih banyak calon pengunjung agrowisata yang salah lokasi.
perkembangan Agrowisata Gunungsari
Memang kalau tidak berhati-hati, sohib kongkow bisa jadi gagal menemukan lokasi Agrowisata Gunungsari. Mudahnya, jadikan lokasi Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai acuan. Lurus terus aja dari situ, Agrowisata Gunungsari ada di ujung jalan.

Luar biasa memang Mbah Buang yang berani berspekulasi membangun tempat wisata di jalan buntu. Namun kuakui pemandangan di Agrowisata Gunungsari Kopeng memang luar biasa indahnya. Kalau cuaca sedang cerah, kita akan disuguhi view deretan gunung, antara lain Sindoro Sumbing, Telomoyo dan Andong.

View yang super mahal tersebut akan membuat kita merapal asma Allah berkali-kali, saking cantiknya. Berada pada ketinggian kurang lebih 1500 mdpl, kawasan Gunungsari ini sangat sejuk. Udaranya segar karena dikelilingi hutan pinus dan jauh dari keramaian kota serta asap kendaraan.

Dijamin temen kongkow usai berlibur di sini, pikiran yang tadinya mbundhet jadi fresh dan siap untuk menjalani hari-hari penuh tantangan lagi. Hal asyik lainnya dari Agrowisata Gunungsari adalah kita bebas memetik dan makan jambu di kebunnya.

Hanya saja Mbah Buang berpesan agar jambunya hanya dimakan di lokasi Gunungsari. Mbah Buang bercerita terkadang ada saja pengunjung yang membawa plastik dan mengambil jambu untuk dibawa pulang ke rumah. Hmm, walau dibebaskan oleh sang pemilik, pastikan untuk tetap menjaga adab ya, pals.
fasilitas di Gunungsari Kopeng
Secara lengkap, berikut ini fasilitas yang bisa ditemukan di Gunungsari Kopeng:
  • Harga Tiket Masuk (HTM) Rp25.000/Orang. Sementara kalau temen kongkow mau camping, HTM camping-nya Rp 50.000/org.
  • Buat yang nggak punya tenda, Agrowisata Gunungsari menyediakan sewa 1 set tenda senilai Rp200ribu/ set. Satu setnya sudah termasuk tenda, kasur, bantal, selimut, sleeping bag dan lampu. Camping terasa mewah dan nikmat, pals. Kapasitas tendanya bisa muat untuk 4 orang dewasa.
  • Pengen menyemarakkan camping dengan api unggun, ada layanan extra api unggun dengan menambah biaya Rp100ribu/ set. Sedangkan untuk paket barbeque bisa didapat dengan merogoh kocek Rp120ribu/ pax untuk dua orang. Dengan harga segitu, kamu bisa dapat daging, ayam, sosis, lalapan, saus barbeque.
  • Kalau sohib kongkow bawa keluarga besar, better sewa villa saja. Biayanya Rp1juta/ malam. Di dalamnya ada tiga kamar bisa memuat minimal 10 orang. Jika ditambah extra bed, bisa dipakai kurang lebih 20an orang. Mantap kan?
  • Untuk keluarga kecil yang nggak mau camping, bisa menginap di Family Hotel seharga Rp750ribu/ malam. Biaya tersebut sudah termasuk Android TV dan sarapan pagi lo, pals.
  • Tersedia free WiFi di setiap sudut lokasi Agrowisata Gunungsari.
  • Pengen senam sambil menikmati pemandangan gunung? Ada paket senam mulai dari Rp55.000/orang.
  • Pemandangannya bagus tapi kamu merasa nggak jago foto? Jangan khawatir tersedia fotografer profesional yang siap mengambil gambar terbaik. Cukup dengan Rp2500/ file.
  • Buat calon pengantin, cuzz deh ambil paket Pre-wedding, mulai dari Rp800ribu.
  • Tersedia parkir yang cukup luas, bus juga bisa masuk ke dalam.
  • Ada amphitheatre juga lo, asyik buat ngumpul sama temen, bikin api unggun dan pementasan kecil-kecilan. Pasti seru deh.
burung hantu Agrowisata Kopeng Gunungsari
  • Sohib kongkow juga bisa ketemu sama burung hantu yang bulunya cantik banget. Si burung ini suka banget difoto, apalagi kalau dikasih makan, hehe.
  • Loket buka dari jam 07.00 - 18.00. Namun khusus untuk yang menginap, lokasi ini buka 24 jam, pals.
Buat yang pengen datang bersama rombongan, insya Allah ada harga khusus lo. Silakan untuk informasi lebih lengkap, sohib kongkow bisa langsung menghubungi Customer Service di nomor ini:
  • 081227011203 (WA Only)
  • 085727000857 (WA / Call)
Pastinya Agrowisata Gunungsari bikin nagih untuk datang lagi dan lagi. Anak-anakku bahkan sudah request untuk segera camping lagi di tempat tersebut.
spot foto di Gunungsari Kopeng
Pemandangannya yang apik dan tempatnya yang resik menjadi poin plus. Tersedia musholla yang cukup luas, juga playground untuk anak-anak. Masalah makan juga nggak perlu khawatir, ada restoran dan cafe tersedia. Hanya saja restoran dan cafenya buka sampai jam 20.00 malam.

Jadi kalau sohib kongkow stay di sini, entah di villa, hotel atau camping area-nya, perlu siap-siap amunisi yaa. Karena udaranya yang sejuk dengan temperatur rata-rata 18 derajat celcius, jadi gampang laper gitu loh. Buat yang camping, better bawa alat masak sendiri dari rumah sih. Jadi sewaktu-waktu laper, bisa bikin makanan sendiri, hehe.

Oya, satu lagi yang menggelitik dari tempat ini adalah informasi yang tertempel di dalam pintu kamar mandi. Bikin senyum-senyum sendiri. Bahkan aku yang sudah baca tiga tahun lalu, saat kembali membacanya kok ya masih geli, hehe. Penasaran apa isi tulisannya? Cuzz lihat gambar di bawah ini saja, pals.
tata tertib di toilet Gunungsari lucu
Akhir kata, buat temen-temen kongkow yang cari tempat wisata keluarga yang sejuk, resik, airnya bersih, udaranya seger, Agrowisata Gunungsari Kopeng adalah pilihan yang tepat. Diingat-ingat ya alamatnya ada di Jalan Umbul Songo, Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50774.

Kalau dari jalar lingkar Salatiga, cuzz naik saja ikuti jalan. Lokasinya ada di gang sebelum masuk ke taman wisata Kopeng. Ancer-ancernya sih, ambil jalan yang menuju ke Taman Nasional Gunung Merbabu.

So, siap menikmati keindahan semesta dari kaki gunung Merbabu? Cuzz aja ke Agrowisata Gunungsari Kopeng. Buat sohib kongkow yang sudah pernah ke tempat wisata ini, boleh dong ceritain pengalamannya di kolom komentar.***

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang"

Referensi:
  • https://budaya-indonesia.org/Legenda-Kopeng
  • https://www.hipwee.com/narasi/agrowisata-gunungsari-kopeng/
  • https://www.kompasiana.com/bamset2014/5b3f21bdab12ae36b94f2892/jebolan-kelas-1-sd-ciptakan-agrowisata-di-kopeng
  • https://www.diadona.id/travel/fakta-dan-mitos-gunung-merbabu-si-pecinta-alam-harus-tahu-2112063.html
  • https://phinemo.com/kisah-misteri-gunung-merbabu-dan-sosok-hantu-gadis/
  • https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4641084/5-fakta-tentang-gunung-merbabu-anak-gunung-wajib-tahu
  • https://www.superlive.id/superadventure/places-gears/4-fakta-dan-misteri-gunung-merbabu-ketahui-sebelum-mendaki
  • https://mbludus.com/legenda-gunung-merapi-merbabu/
  • https://www.instagram.com/agrowisata.kopeng/?hl=en
  • http://agrowisatakopeng.com/

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com