header marita’s palace

Menguatkan Jati Diri dan Menghalau Insecure dengan Al Quran

menguatkan jati diri dengan Al Quran
Ada sebagian orang yang tak butuh waktu lama untuk menemukan dan menguatkan jati diri. Aku seringkali dibuat terkagum-kagum pada mereka yang seperti itu. Apalagi pada anak-anak zaman now yang sudah tahu arah hidupnya dengan jelas sejak muda. Tak hanya berprestasi, tapi juga berpenghasilan sendiri.

Aku termasuk orang yang mungkin terlalu terlambat mengenali diri dan membaca keinginan pribadi. Bahkan sampai detik ini kadang aku merasa ada banyak hal yang belum tuntas dan membuatku terperosok pada insecurity issues yang itu-itu saja.

Banyak orang bilang aku kuat dan percaya diri, tapi sebenarnya itu hanyalah sebagian persona yang ingin aku tampilkan. Sejatinya aku tak sekuat dan sepercaya diri yang orang-orang lihat. Aku sangat rapuh dan mudah galau.

Latar Belakang Rasa Insecure

Sebenarnya kalau diingat-ingat, aku juga bukan orang yang terlalu minder atas diri sendiri. Hanya saja ada di titik-titik tertentu aku merasa hidupku itu abnormal. Bahkan aku pernah membuat coretan kata hati yang berjudul Destined Be Abnormal sebagai bentuk pertanyaanku pada Allah, kenapa sih hidupku begini banget.
di balik insecurity issues
Kala itu ada salah seorang teman kuliah yang belajar psikologi menanyaiku, “Apa yang tak normal darimu? Everything in you seems so normal. Bahkan kamu termasuk yang di atas rata-rata.” Mungkin yang dia maksud di atas rata-rata saat itu adalah prestasiku di kampus yang memang cukup membanggakan. 

Nyatanya ada banyak hal di belakang prestasi kuliah yang membuatku sesak dan tertekan. Beberapa hal ini yang kerap membayangi langkahku dan membuatku tak percaya diri:

1. Broken Home

Buat yang sudah pernah membaca tulisanku tentang Tidak Diakui Anak, mungkin tahu bahwa aku dibesarkan oleh keluarga yang tak sempurna. Well, meski sebenarnya memang tak ada keluarga yang sempurna kan?

Bapak dan ibuku memang tidak bercerai, tetapi pertikaian mereka mewarnai hari-hariku hampir setiap saat. Bahkan sampai aku menikah pun, aku masih sering menyaksikan pertikaian mereka.
broken home and insecurity issues
Keadaan keluargaku yang ‘unik’ ini tanpa sadar menyiksaku. Awalnya kupikir aku akan baik-baik saja. Setidaknya aku mencoba untuk baik-baik saja. Aku tetap bersekolah dan meraih prestasi. Namun bom dalam jiwa pada akhirnya meledak jua.

Bom itu perlahan meledak ketika aku mulai berhubungan dengan mantan pacar yang sekarang jadi suami, dan semakin membesar ketika ada anak. Ternyata efek pertikaian yang dilihat oleh anak setiap hari bisa sebesar dan semerusak itu. Menjadikan sebuah pelajaran bermakna bagi diriku setelah kini aku berumahtangga, untuk tak bertikai di hadapan anak-anak.

2. Minder pada Fisik

Tak hanya persoalan keluarga yang membuatku merasa jadi orang yang aneh dan berbeda. Sejak kecil aku merasa tidak cantik. Aku selalu sedih kalau melihat foto ibuku di masa muda. Tubuh ibu langsing dan tinggi, rambutnya tebal dan panjang. Menurutku ibu cantiiik sekali.

Apalagi kalau mendengar cerita beliau tentang banyaknya pria yang mengantre untuk menjadi kekasih hatinya. Aku jadi semakin merasa rendah diri. Maklum di saat teman-teman sekolahku mulai ‘ditembak’ cowok satu per satu. Aku hanya bisa gigit jari karena tak ada satupun cowok yang mendekati. Duh, kasian banget sih…

Lucunya suatu hari ibu dari salah seorang sahabatku berkata, “Besok nih pasti Ririt yang nikah duluan timbang yang lainnya.” Aku kaget mendengar pernyataan tersebut dan berkomentar, “Bagaimana bisa, lha wong yang lain udah pacaran berkali-kali, aku sekali aja belum lo bu.

Ibu sahabatku itu tersenyum dan meyakinkanku, “Wis to, percaya saja. Buktikan sendiri.” Aku hanya terkekeh dan menganggap perkataan tersebut sebagai angin lalu.
insecure karena minder pada fisik
Siapa sangka, beberapa tahun setelah pernyataan tersebut disampaikan, aku benar-benar menikah duluan. Entah kebetulan, entah pernyataan ibu sahabatku itu diaminkan oleh malaikat, hehe.

Namun menikah tidak lantas mengubur keminderanku begitu saja. Justru aku semakin toxic dan positif sejak berhubungan dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami. Saking toxic-nya, aku bakal langsung bertanduk kalau doi dekat-dekat dengan perempuan lain, padahal hanya sebatas rekan kerja.

Aku juga sebenarnya sangat insecure dengan mantan-mantan perempuan yang pernah dekat dengan suami. La gimana nggak insecure, dari dulu pacarku ya cuma suami… Eh, doi punya mantan lebih dari satu yang kadang bikin aku gemeees banget, wkwkwk.

3. Gagal Memaafkan Diri Sendiri

insecure karena rasa bersalah
Dampak dari fatherless dan kerinduanku pada sosok ayah mengakibatkan beberapa hal negatif dalam perkembangan jiwaku. Salah satunya timbulnya rasa tidak dicintai yang kemudian memicuku untuk melakukan beberapa kesalahan fatal di dalam hidup. Apalagi setelah aku mengalami sebuah peristiwa kekerasan seksual yang membuatku merasa kotor dan semakin berbeda. 
Kesalahan-kesalahan fatal yang pernah kulakukan tersebut melahirkan penyesalan-penyesalan dalam hidup. Hal terberat dari penyesalan adalah ketika kita gagal memaafkan diri sendiri.
Tiga hal di atas yang selalu mampu membuatku rapuh dan ‘mudah pecah’. Aku bersyukur bahwasanya sekarang dikelilingi dengan teman-teman yang punya positibe vibes hingga aku bisa menguatkan jati diri dengan lebih baik. 

Aku juga punya satu seorang sahabat baik yang sering jadi ‘tempat sampah’ku. Kebetulan sahabatku ini belajar psikologi dan sedang mendalami tentang hipnoterapi. Jadi aku sering berkonsultasi kepadanya saat berada dalam titik not okay.

Tak hanya itu, aku juga sangat beruntung memiliki suami yang super sabar dan mau bertumbuh bersama. Doi telaten banget memahami istrinya yang super aneh. Meski latar belakang keluarganya tak jauh lebih baik dariku, tetapi suami punya agility ability yang cukup baik. Suami dan anak-anak adalah support system terbaikkku untuk terus bertumbuh lebih baik.

Caraku Menguatkan Jati Diri

Selain memiliki support system yang kuat, jati diri tak akan menguat jika tak dibarengi dengan usaha kita untuk menjadi the best version of ourselves. Salah satu hal terpenting yang kupelajari adalah mencintai diri sendiri dengan lebih baik.

Bagaimana mungkin aku meminta cinta dari orang lain, atau bisa memberikan cinta pada orang lain, kalau aku saja gagal mencintai diri sendiri? Alhamdulillah, saat ini meskipun belum sempurna, tapi at least aku sudah cukup bangga dengan usaha yang kulakukan.

Selain belajar tentang self love, aku juga melakukan usaha-usaha ini demi menguatkan jati diriku:
how to develop self identity

1. Mengikuti Kelas-kelas Parenting

Dengan latar belakang keluarga yang kurang harmonis, aku merasa butuh ilmu untuk menjadi orangtua yang layak bagi anak-anakku. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Luka pengasuhan bisa berdampak sedemikian dahsyat dalam tumbuh kembang anak-anak. Aku tahu nggak mungkin bisa menghindarinya sama sekali, setidaknya aku berusaha meminimalisir luka-luka yang bisa saja terjadi.

Dari kelas-kelas parenting yang kuikuti, aku tidak hanya mendapatkan ilmu dan wawasan di bidang pengasuhan anak. Namun juga bisa bergabung dengan komunitas-komunitas yang memiliki positive vibes dan membuatku tak lagi fokus pada hal-hal negatif yang hadir dalam kehidupanku.

2. Menemukan Passion dan Potensi Diri

Selain mengikuti kelas parenting, menemukan passion dan potensi adalah salah satu cara yang ampuh untuk menguatkan jati diri. Tidak hanya mampu membuat mataku berbinar, menemukan passion dan potensi bisa membuatku lebih berharga dan bermanfaat.

3. Menonton Film-film yang Membangun

Sebagai orang yang gaya belajarnya visual, aku sangat menikmati film dan drama. Menonton film dengan genre motivasi atau slice of life mampu memberi wawasan baru bagiku untuk menjalani hidup. Imperfect dan NKCTHI adalah dua film yang cukup memberikan motivasi agar aku lebih bersyukur dalam hidup.

4. Membaca Buku dan Menonton Tayangan bertema Self Development

Tak hanya film, buku juga bisa menjadi penguat saat aku merasa gundah gulana dan kembali dibayang-bayangi dengan sisi abnormalku. Saat ini aku sedang menuntaskan membaca buku Pulih. Buku-buku dengan genre psikologi dan self development saat ini menjadi favoritku untuk menguatkan jiwa. Selain buku, tayangan-tayangan semacam talkshow yang bertema self development juga jadi hiburan tersendiri buatku.

5. Ikut Kajian Keagamaan

Hidup tanpa adanya pedoman yang haq tentu akan mudah goyah. Oleh karenanya, tak hanya melulu film dan buku-buku, aku juga sering mengikuti kajian keagamaan untuk menguatkan ruhiyahku. Beruntung di sekolah anakku, ada kajian bulanan yang rutin diadakan dan wajib diikuti oleh kedua wali santri.

Al Quran Sebagai Penguat Jiwa

Pada 30 Juli 2020 yang lalu, aku mendapat asupan bergizi untuk jiwaku. Tausiyah bernas yang disampaikan oleh Ustaz Budi Ashari bertajuk "Al Quran sebagai Bekal Ruh" memberikan tambahan kekuatan bagiku untuk menguatkan jati diri.
Al Quran adalah asupan terbaik untuk ruh kita. Tidak ada obat terbaik untuk gundah gulana, hati yang kering dan mati, selain dzikrullah. Salah satu cara dzikrullah adalah membaca Al Quran.

Ishm Mausul, Salah Satu Kekuatan Al Quran

Bahasa Quran selalu memiliki ruh di dalamnya. Tidak kaku, namun mampu menggedor jiwa-jiwa kita dan membekali ruh kita untuk terus menjadi individu yang lebih baik.
Kata sambung dalam Al Quran berjumlah 1722 kali. Di setiap halaman mushaf setidaknya ada sekitar 3 kali. Dalam bahasa Indonesia kata sambung ini mungkin hanya berarti YANG. Namun dalam Al Quran, YANG ini memiliki ruh untuk jiwa kita. Salah satu mukjizat Quran adalah hadirnya kata sambung ini.

Bahkan salah satu yang membuat Al Quran cocok di segala zaman adalah hadirnya kata sambung tersebut. YANG tidak menyebutkan nama atau peristiwa tertentu, sehingga bisa dihubungkan di segala hal dan di segala zaman.
Al Quran itu lebih dari buku sejarah. Quran mampu membasahi ruh kita.

jenis-jenis ishm mausul
Jadi apa fungsi kata sambung (ism maushul) sebanyak itu di dalam Al Quran?

Mendidik ruh dengan akal. 
Ishm maushul adalah satu-satunya alat untuk memisahkan antara sosok dan sikap. Kita perlu memaksimalkan akal yang diberi Allah dengan sebaik-baiknya. Namun gunakanlah akal tersebut dengan metode Al Quran.

Berpikir dengan metode Al Quran, hasil pikiran dapat, ruhnya juga dapat. Inilah yang ingin kita dapatkan lewat usaha menghafal Al Quran. Menghafal sejatinya bukanlah target, tetapi sebuah sarana. Dari menghafal bisa mendapat banyak kebaikan.

Lewat menghafal, kita belajar ketekunan dan kesabaran. Bagaimana melatih kebosanan, mengulang-ulang hal yang sama. Namun lebih dari itu, dengan anak-anak diajarkan dekat dengan al Quran sejak dini, anak-anak diajak untuk terbiasa berpikir sesuai metode al Quran.
Kembali ke ishm maushul, bahwasanya sosok dan sikap harus dipisahkan. Orang yang mencuri, antara sosok orangnya dengan perbuatannya harus dipisahkan. Yang dihakimi bukan sosoknya, tapi perbuatan buruknya.
Pengulangan kata di dalam bahasa Arab tidak akan dilakukan jika tidak ada maknanya. Bahasa Arab suka sesuatu yang singkat. Namun di dalam Al Fatihah (salah satu contohnya) ada pengulangan kata.

Pengulangan kata biasanya menggunakan ishm maushul. Di Al Fatihah kebenaran diulang 2x, agar kita paham bahwa kebenaran jangan hanya ditempelkan kepada sosok.
Saat kita terlalu mengidolakan sosok tertentu, dan sosok itu melakukan keburukan, bisa jadi kita akan berpaling dari sosok tersebut. Padahal bisa jadi keburukan yang dilakukannya hanya sekali, dan masih ada banyak kebenaran yang bisa dipelajari dari sosok tersebut.
Contoh kasus pada QS Al Mujadilah: 1
al quran surat mujadilah ayat 1

Contoh kasus pada QS Al Hasyr: 11
al quran surat al hasyr ayat 11

Contoh kasus pada QS Al Baqarah: 258
al Quran surat al baqarah ayat 258
Wanita dalam QS Al Mujadilah: 1 mengacu pada Khaulah binti Tsa’labah. Orang munafik pada QS Al Hasyr: 11 mengacu pada Abdullah bin Ubay bin Salul. Sementara orang yang mendebat Ibrahim pada Al Baqarah: 258 mengacu pada Raja Namrud.

Namun nama-nama tersebut digantikan menggunakan ishm maushul agar kita tidak fokus pada sosoknya, namun pada perilaku/ sikapnya. Agar kita fokus bahwa jika ada perilaku tersebut, bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut.

Aplikasi Kata Sambung di dalam Al Quran bagi Kehidupan Nyata

Siapa sangka kata sambung dalam Al Quran memiliki banyak pengaruh untuk kehidupan kita sehari-hari.

  • Jiwa: membenci perilaku, namun tidak membenci sosok.

Ishm mausul dalam Al Quran mengajarkan jiwa kita bahwa saat membenci sosok karena perilaku buruk yang dilakukannya, kita sama saja membantu setan. Kita harus belajar untuk membenci perilakunya, namun tidak membenci sosoknya.

  • Rasa: cinta karena Allah dan benci karena Allah.
Ishm mausul juga mengajarkan kita soal rasa. Kita akan selalu gagal melihat kebaikan orang lain hanya karena sosoknya menjengkelkan. Padahal di balik sosok yang menjengkelkan itu masih tersimpan banyak kebaikan.

Hanya karena satu atau dua perbuatan menjengkelkan, kita tutup mata dengan kebaikan orang lain. Penting bagi kita untuk tidak hanya melihat sosoknya, tapi melihat sikap-sikapnya secara keseluruhan. Oleh karenanya kita harus mencintai dan membenci karena Allah, bukan karena hawa nafsu.

Bahkan sekelas istri-istri nabi saja pernah memiliki perilaku menjengkelkan sampai Rasulullah SAW pernah meninggalkan istri-istrinya selama satu bulan. Namun apa pernah Rasulullah sampai memukul istri-istrinya? Tidak!

Ada sebuah hadits nabi yang berbunyi;
Engkau bisa jadi tidak suka pada sebagian sikap seseorang, namun engkau ridho pada sebagian sikap lainnya.
Dari ishm maushul, kita bahkan bisa belajar kunci merawat rumah tangga, bertetangga dan bagaimana birrul walidain.

  • Dakwah: menegur perilaku jauh berbeda dengan menegur pelaku.
Tak hanya soal jiwa dan rasa, ishm mausul bahkan mengajarkan tata cara berdakwah yang tepat.

Jangan mudah mengkafirkan orang lain. Tidak semua orang yang melakukan kekafiran, pantas disebut kafir. Perilakunya bisa jadi kafir, namun belum tentu dia orang kafir.

Kalau ada kasus seperti ini, temui orang tersebut dan tanyai jangan-jangan ada syubhat di kepalanya. Setelah berdialog dan berdakwah, barulah kita mampu menentukan orang itu kafir atau tidak.

Contoh menegur pelaku: “ Hey, musyrik kamu!” Jika kita menegurnya seperti itu, berarti kita langsung mencacat sosoknya.

Berbeda jika kita menegur perilaku: “Hey kawan, yang kau lakukan adalah sebuah kemusyrikan.” Teguran itu artinya yang kita tegur bukan sosoknya, tapi hanya salah satu sikap yang dilakukannya.
Jika kita ingin memperbaiki umat, maka jangan benci orang karena sikapnya, sehingga kita tidak bisa membedakan antara sosok dengan perbuatannya. Bencilah sikapnya, tapi bukan membenci sosoknya.
Ketika ada keburukan pada seseorang, maka Rasulullah SAW hanya fokus pada keburukan tersebut, tidak fokus pada sosoknya. Namun ketika ada kebaikan pada seseorang, Rasulullah SAW tidak hanya fokus pada kebaikannya, namun juga pada sosoknya. Rasulullah SAW memuji-muji kebaikan tersebut.

Yang menimbulkan kerusuhan sekarang ini adalah kita lebih banyak menegur pelakunya, bukan menegur perilakunya. 
ishm mausul dan konsep kehidupan

  • Konsep Berpikir: Membuat kita tidak terjatuh pada hal-hal yang parsial dan tetap di kaidah besar.
Ishm mausul juga mengajarkan kita sebuah konsep yang penting. Jika kita hanya fokus pada sosok, kita akan mudah tersulut kebencian. Lalu ada pertarungan antar kelompok agama.

Perdebatan para ahli ilmu sepanjang sejarah islam itu terjadi. Namun umat yang tidak mengerti apa-apa jangan dilibatkan. Perbedaan pendapat akan bisa diatasi jika kita tidak fokus pada sosoknya, kita fokus saja pada perilakunya.
Ishm maushul mengajari kita untuk mampu melihat sesuatu secara utuh, bukan setengah-setengah.
  • Politik: Menyebabkan kebencian yang tidak berkepanjangan sehingga lupa kesepakatan.
Membenci sosok bisa membuat kita dendam pribadi. Hanya satu kesalahan yang dibuat, namun kita mengingatnya sedemikian dashyat dan tidak melihat ada kebaikan lain di dalam dirinya. Bukankah yang demikian ini merugikan diri sendiri?
  • Wawasan: Agar mampu memisahkan antara kebiasaan dan syariat.
Akal memisahkan antara perilaku dan pelaku. Kemudian ketika berubah perilaku, sikap terhadap pelaku pun berubah.
Jika kita membenci sosok, maka saat perilaku sosok itu berubah baik, kita terlanjur membenci dan tidak mau melihat sisi baik tersebut. Namun saat kita hanya membenci perilakunya, saat sosok itu melakukan hal baik, kita bisa bersikap baik kepada sosok tersebut.

Ishm Mausul dan Perjalanan Penguatan Jati Diri 

Kajian mengenai ishm mausul dalam Al Quran tersebut menancap erat di jiwaku. Aku bisa mengambil beberapa hal yang sangat bermanfaat agar bisa lebih menghargai diri sendiri dan memaafkan kesalahan-kesalahan yang pernah kulakukan di masa lampau.
meaning of ishm mausul and life
keistimewaan ishm mausul dan kehidupan
Tak hanya itu aku juga jadi berkaca bahwasanya selama ini amarah yang memenuhi dadaku karena aku terlampau membenci sosok. Padahal di balik sosok itu, masih ada banyak kebaikan. Sayangnya aku hanya fokus pada perilaku buruknya. 

Memahami ulang kajian tersebut, aku juga jadi mampu memaknai keistimewaan yang Allah berikan dalam perjalanan hidupku. Sebagaimana ishm mausul yang merupakan salah satu bentuk keistimewaan al Quran, aku pun diciptakan olehNya dengan istimewa dan unik.

Keistimewaan tersebut seharusnya membuatku jauh lebih percaya diri. Tidak boleh fokus pada kekurangan yang dimiliki, namun harus berusaha untuk memusatkan pikiran pada kelebihan dan potensi yang telah diberikan Allah. Tentu saja dengan terus belajar dan pantang menyerah dalam memberikan usaha terbaik setiap harinya.
memahami hubungan ishm mausul dan kehidupan
Kekurangan yang ada di dalam diri bukanlah sesuatu untuk disesali dan diratapi. Namun hal itu adalah bentuk muhasabah bahwa kita hanyalah makhluk. Dan sudah sepatutnya makhluk selalu tak sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Kekurangan yang ada di dalam diri adalah bentuk kasih sayangNya agar kita tak terlampau jumawa.  Agar kita tersadar bahwa sekuat apapun usaha, ada Dzat yang Maha Agung, tempat kita memasrahkan setiap ikhtiar terbaik.
Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik penolong. Maka sudah sepatutnya kita tak perlu khawatir pada hal-hal yang tak penting. Bahkan saat kita dirundung banyak masalah, Allah selalu siap dengan 'obat' terbaik. Masalahnya, mau nggak kita mengambil obat tersebut.

Itulah prosesku dalam menguatkan jati diri. Di antara banyak cara lainnya, tidak ada cara terbaik selain mendekatkan diri pada Al Quran sebagai sebaik-baik pedoman hidup. Kalau kalian, punya cara seperti apa dalam proses penemuan dan penguatan jati diri, pals?

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com